7. Jangan

157 25 4
                                    

Khadijah POV

Ku telusuri ruang demi ruang di gedung ini. Namun tak ada 1 pun jejak yang tertinggal dari Jacob.

Jacob, kau dimana? Aku sangat khawatir. Kemana lagi aku harus mencarimu?

Kaki ini tak sanggup lagi untuk melangkah. Aku terduduk kaku dan meratapi langit-langit gedung ini. Awalnya aku sangat bahagia akan perayaan ke-4 tahun kami di tempat ini. Tapi jika akhirnya seperti ini, aku lebih memilih untuk merayakannya di apartemen saja.

Tiba-tiba.

"Kau mencari ini Khadijah?" ucap seorang yang tak asing bagiku sambil menunjukkan foto Jacob yang berlumuran darah.

"Azka? Kemana kau membawanya? Apa yang kau lakukan padanya!" tanpa basa-basi aku langsung berteleportasi ke belakangnya dan dengan cepat mengunci tubuhnya dengan jeratan tanganku di lehernya.

"Ternyata benar. Kau adalah seorang Whiteside. Haha! Pantas saja dengan mudah kau mengalahkanku." Azka tertawa tak mempedulikan jeratan tanganku.

"Kemana kau membawa Jacob? Apa yang kau lakukan padanya!" tanyaku keras, jeratan tanganku semakin kuat mencekik lehernya.

"Uuuhhhk! Apa kau pikir dengan membunuhku dapat mengembalikannya? Hah, kau salah. Kau hanya akan mengotori tanganmu. Kini kau tahu kan bagaimana rasanya?" Azka melontarkan senyuman jahat. "Kini kau tahukan bagaimana rasanya kehilangan hal yang sangat berarti bagimu?" sambungnya.

"Jadi ini sebuah dendam? Apa kau pikir ini lelucon, Azka! Hanya karena nilai dan reputasimu yang hilang kau berani melakukan ini kepadaku? Kau belum tahu aku siapa ha!" seruku. "Kau hanya seorang Blackside!" sambungku.

Sisi jahat itu muncul. Aku tak bisa mengontrol diriku lagi.

Kreeek!

Bunyi leher Azka terdengar di telingaku. Aku membunuhnya.

Ku bawa dia ke suatu tempat yang tak bisa dilihat Blackside karena takutnya jika ku biarkan di dalam gedung masalahnya akan bertambah panjang.

Sesampainya disana ku lepaskan tubuhnya lalu pergi ke suatu tempat, tempat dimana aku sering meluapkan seluruh amarahku. Ya, sebuah pegunungang yang indah dimana tak seorangpun tinggal disana.

"Jacob! Kau dimana!" aku teriak sekencang-kencangnya.

*** *** *** *** *** *** *** *** *** ***

1 tahun setelah kejadian itu, aku tak pernah melihat Jacob lagi. Aku sangat khawatir dan juga merindukan dirinya. 1001 cara telah ku lakukan untuk mencari Jacob. Namun, tak ada 1 jejakpun yang tercium.

Hari demi hari telah ku lalui tanpa adanya cinta di hatiku. Kehidupan terasa hampa. Ingin rasanya menyudahi kehidupan ini.

Aku berdiri di tepi rooftop apartement tempat aku dan Jacob tinggal. Kurasakan angin dengan lembut membelai helai rambutku. Kupejamkan mata ini dan merasakan segarnya udara di pagi hari. Aku ingin merasakan indahnya dunia sebelum aku pergi meninggalkannya.

Ibu, Ayah, Omak, Bapak, dan Jacob, kenapa kalian tega meninggalkan ku? Aku sangat menyayangi kalian. Selama ini aku mencoba untuk tetap tegar dan mencari kebahagiaanku di bumi. Tapi Tuhan berkata lain. Aku tak mendapatkannya. Kita harus menempuh hubungan jarak jauh ini. Bukan jarak di bumi atau pun galaksi. Melainkan jarak antara kehidupan sementara ini dengan kehidupan setelah kematian. Aku tak sanggup Tuhan. Aku ingin segera bertemu orang yang aku kasihi.

Tiba-tiba.

"Dija!" seseorang yg berada tepat dibelakangku menarik dengan cepat pergelangan tangan ini, dan segera menghentikan langkahku untuk terjun dari atas apartement.

LDRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang