4. I am Strong!!!

67 5 0
                                    

Pagi telah tiba, dengan sejuta semangat aku keluar dari istana tempat aku dibesarkan oleh kedua orangtua ku. Selama perjalanan aku mencoba melupakan semua hal yang paling menyakitkan dalam hidupku, walaupun itu sulit bagiku tapi aku harus bisa demi orang-orang yang sangat aku cintai.

Masa depanku masih panjang! Aku tidak mau karena masalah cinta semuanya hancur berantakan. Mulai sekarang aku bertekad merubah semua keadaan yang suram ini menjadi suasana yang penuh dengan cahaya keabadian, layaknya pelangi yang muncul setelah hujan turun.

Kini, butir-butir senyum mulai terlintas dibibirku. Semangat baru mulai merasuk dalam jiwaku. Tidak terasa aku sudah sampai di depan gerbang sekolah yang menjulang tinggi ke atas langit. Ku lihat seseorang yang tinggi besar mengenakan pakaian putih dengan celana biru, memakai topi, dan membawa tongkat hitam hendak menutup gerbang yang kokoh berdiri. Lirikan mataku tertuju pada jam biru yang melingkar ditanganku, ternyata jarum jam itu sudah menghampiri pukul 06.55 WIB, aku bergegas untuk bisa lolos masuk sebelum gerbang itu tertutup rapat seperti hatiku saat ini.

“Aaaaaww, hei hati-hati dong!" Langkahku terhenti ketika sebuah sepeda menyalip ku dari belakang dan membuat genangan air hujan membasahi seragam sekolah ku.

“Maaf aku buru-buru.” Dengan entengnya dia melontarkan kata maaf tanpa rasa bersalah sedikitpun dan dia terus mengayuh sepeda nya.

“Duuuhh dasar nggak punya sopan santun, awas aja kalau aku ketemu sama kamu, habis kamu ditanganku!” Ocehanku dengan terus berjalan sedikit pincang.

“Huuuusstt….huuusstt, biduan mau masuk nggak ? gerbangnya mau mamang tutup udah jam 7 nih!" Bisik mang Amir dari balik gerbang dan menunjuk jam dinding sekolah.

BTW biduan adalah panggilan khas untukku karena aku hobi menyanyi lagu-lagu dangdut, melayu, nyinden, tarling (Musik khas Cirebon), dan sering diajak show baik oleh ibu ataupun bapak guru yang sedang hajatan. Hmmmm....jangan berpikir macam-macam dulu ya tentang penyanyi dangdut, karena tidak semua penyanyi dangdut itu berpenampilan tidak sopan. Masih banyak penyanyi dangdut yang berprestasi dan bisa mengharumkan Indonesia di kancah internasional melalui musik asli Indonesia yaitu dangdut. Bahkan pepatah bilang Bukan orang Indonesia kalau nggak suka musik dangdut.

Selain senang bisa menghibur orang, aku juga bangga karena bisa mendapatkan uang dari hasil jerih payah ku sendiri. Uang itu aku tabung untuk membantu orangtua dan biaya pendidikan ku kelak. Motivasi yang selalu aku pegang teguh adalah "Aku berprestasi dengan kemampuan dan cara ku sendiri". Kuncinya hanya satu yaitu jangan pernah memperdulikan omongan haters! Karena haters hanya akan menghambat kesuksesan kita.

Aduh kok malah ceramah disini sih. Oke kita kembali ke topik awal.

“Ehhh hehehe ya iyalah mang Amir, mang anak songong itu siapa sih mang?"

"Oh itu Den Verrel neng, pindahan dari Bandung."

"Mang Amir kok tau sih." Tanya ku heran.

"Oh ya jelas Mang Amir tau. Orangtua nya itu adalah salah satu pengusaha sukses di Indonesia neng." Jelasnya.

"Oh gitu."

"Ya udah sok sana masuk bentar lagi Upacara Bendera, nanti kalau telat baris kena hukuman lho!” Mendorong pundakku agar cepat masuk ke gerbang.

“Oke, makasih ya mang udah ngebolehin aku masuk.” Menunjukkan jempolku dan kedipan mata.

“Sami-sami neng. Tapi lain kali jangan telat lagi ya neng!" Jawabnya sambil menutup pintu gerbang. Anak ABG jaman sekarang kalau belum telat berangkat sekolah rasanya belum menikmati keindahan dunia ini, celotehnya.

"Oke!"

Lapangan upacara bagaikan lautan manusia, semua siswa-siswi telah berbaris rapih layaknya barisan akademi militer. Dari arah belakang, aku bingung mencari barisan VIII A, karena wajah mereka tak terlihat satu pun.

Cinta Setangkai Bunga DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang