Chapter 5

3K 152 3
                                    

"Kyaa!!" Teriakku kaget dan mencoba melepaskan cengkraman tangan laki-laki itu dari bahuku.

"Ikut kakak ke tempat yang bagus yuk!" Kata laki-laki itu masih mencengkram bahuku dan sekarang lenganku.

Apa-apaan orang ini!! Menyebalkan!! Aku mulai gemetaran . Aku takut! Gimana nih! Pikirku.

"Le...lepaskan..." ucapku yang masih gemetaran.

"Kamu gemetaran ya? Manis sekali!" Kata laki-laki itu masih mencengkram tanganku.

Apa yang harus kulakukan?!!

"Ja..." kataku tersendat, lalu tiba-tiba ada yang menarik tanganku. Gyut!

"Jangan!" Teriakku sambil menutup mata. Tep!

"Cukup!" Kata suara seorang cowo yang kukenal. Ryuu?!!

"Jangan menyentuhnya lagi!" Kata Ryuu.

Ternyata sekarang tangan kiri Ryuu memelukku dan tangan kanannya mencengkram keras tangan laki-laki yang gak kukenal tadi

Deg! Jadi yang tadi menarik tanganku itu Ryuu?! Aku hampir mau menangis.

"Sakiiit!" Kata laki-laki tadi sekarang merasa sakit tangannya di cengkram keras sama Ryuu.

"Apaan sih! Kamu pikir aku lelaki hidung belang ya?!" Kata laki-laki itu, lalu Ryuu melepas cengkramannya dan laki-laki itu langsung pergi.

Ryuu melepas pelukannya. Aku langsung terduduk ditanah.

"Kamu gakpapa? Maaf, tadi antri dikasirnya agak lam..."

"Aku... aku takut..." kataku yang benar-benar ketakutan dan tanpa sadar aku menangis.

Ya ampun! Aku menangis dihadapan Ryuu!

Lalu Ryuu jongkok didepanku dan menghapus air mataku dengan tangan kanannya sambil tersenyum.

"Maafin aku ya. Ayo kita pulang." Kata Ryuu, lalu menepuk kepalaku "kamu manis ya kalo lagi nangis."

Ma..manis??
Tentu saja setelah Ryuu berkata seperti itu wajahku mungkin sudah terlihat seperti kepiting rebus.

"Apaan sih?!" Kataku sambil mengusap air mataku dengan tangan.

......

"Aaaahh!! Aku capeek!!" Ucapku setiba di kamar dan langsung menghempaskan tubuhku ke kasur.

Huh. Menyebalkan. Ryuu tadi melihatku menangis. Aku gak tahan sama takut sih.

Aku melepas jaketku dan berjalan menuju dapur. Aku melihat Ryuu membuka sayuran dan wortel dari wadah plastik yang memang sudah terkemas di mini market.

Sreekk! Sreekk!

"Kau bisa masak?" Tanyaku, sambil membantunya. Lalu aku mencari pisau untuk memotong wortel.

"Bisa dong. Oh iya, aku bangunin Rei dulu ya." Kata Ryuu teringat tadi Rei minta dibangunin jam 7.

"Ok." Jawabku datar sambil memotong wortel. Aku melihat Ryuu berjalan keluar dapur dan menuju kamar Rei. Hm.. aku gak nyangka akan mudah akrab dengan Ryuu. Tapi entah kenapa sejak kejadian tadi waktu aku menangis dihadapannya dan dihibur sama dia sampai aku berhenti nangis, aku melupakan perasaanku sama Rei.

Kenapa begitu cepat ya? Masa aku jatuh cinta sama... ah, nggak. Aku gak mau jatuh cinta lagi. Tapi, aku bingung. Apa perasaanku ke Rei itu namanya Cinta ya? Rasanya gak mendebarkan. Atau mungkin aku cuma kagum aja ya sama Rei. Yah.. sudahlah.

Setelah Ryuu membangunkan Rei, Rei mandi. Lalu Ryuu membantuku memotong sayuran. Setelah itu, Ryuu mengeluarkan daging sapi segar dari kemasan plastik mini market tadi. Ryuu dan aku lalu memasak steak dan sayuran itu.

Hmmm... ternyata Ryuu pintar memasak. Aroma masakannya benar-benar menggoda. Wah, aku kalah sama cowo. Aku gak begitu bisa masak. Bisa, tapi gak sehebat Ryuu. Hehe.

Setelah selesai masak, aku, Ryuu dan Rei makan sambil menonton kaset anime yang dibawa Ryuu. Wah! Ternyata Ryuu dan Rei juga suka anime!
Malam ini untuk pertama kalinya aku tertawa riang dan bersenang-senang ngobrol sambil nonton bersama mereka. Sepertinya perasaanku pada Rei benar-benar hilang.

Sampai akhirnya kami bertiga tertidur di depan TV. Rei tertidur di sofa. Lalu aku dan Ryuu di....

My First Kiss'S My Love ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang