Denia

15

"Jadi,Denia udah putus sama Angga, terus lo harus maju Van," Vano mengangguk menyetujui ucapan Bintang.

"Iya Bin, gue tau, masalahnya, gue ga tau cara nembak dia gimana." balas Vano. Bintang mengangguk kecil sambil mengelus dagunya, tanda berpikir.

"Ini susah ini, walaupun gue pakar cinta, otak gue buntu mendadak." Vano menoyor kepala Bintang.

"Jangan sok pakar deh Gong!"

"Apaan Gong?" Bintang mengernyit bingung.

"Bagong!" Vano langsung melesat pergi meninggalkan Bintang yang tadinya hendak memberi hadiah manis pada Vano.

•••

Denia duduk di halte, menunggu Angga menjemputnya, walaupun mereka sudah putus sebagai sepasang kekasih, namun keduanya sepakat bahwa akan tetap dekat dan menganggap Angga sebagai kakaknya.

Vano yang melihat gadis berambut coklat itu sendiri, memutuskan menghampirinya.

"Hey De." Denia mendongak,

"Hey Van." gadis itu tersenyum tipis.

"Lo.. Belum pulang?" pertanyaan bodoh,

Denia memutar matanya, "Lo bisa liat sendiri." Vano terkekeh, menyadari betapa konyol pertanyaan yang ia lontarkan tadi.

"Kok belom pulang De?" tanya Vano lagi,

"Angga belum jemput," kening Vano berlipat mendengar Denia menyebutkan nama Angga. Denia yang menyadarinya langsung berkata lagi,

"Kita sepakat jadi sahabat sama adek kakak kok," lipatan-lipatan itu hilang digantikan ekspresi lega.

"TING!"

Denia meraih handphonenya, tertera sebuah pesan dengan nama 'Kak Angga'

From: Kak Angga

Text: De, aku ga bisa jemput, tadi model majalah Giovanni tiba-tiba kecelakaan, jadi  pak Havi nyuruh aku gantiin. Kamu pulang sendiri ga papa? Atau gak, pulang sama Vano aja. Maaf banget ya De.

Denia mengehela napas panjang, lalu membalaskan pesan tersebut,

To: Kak Angga

Text: Yaudah gapapa, yang bagus ya gantiinnya.

Send!

Gadis itu menghela napas untuk kesekian kalinya, membuat Vano bingung,

"Kenapa De?"

Denia menatap Vano, "Angga ga bisa jemput."

Ucapan Denia membuat mata Vano berbinar, pemuda itu menemukan cara mendekati Denia agar bisa menyatakan cintanya.