Lantunan Rasa Cinta - 1

1.7K 52 32
                                    

Di ujung remang malam, suara kendaraan mulai terdengar lengah seperti aku saat ini yang sudah jengah menunggu seseorang. Entah sudah menghabiskan berapa banyak gelas green tea latte sampai harus bolak-balik ke kamar mandi hanya untuk sekedar membuang yang seharusnya memang terbuang.

Aku mencoba mengusir rasa bosanku dengan membuka buku Sobotta-Atlas Anatomi Tubuh Manusia yang memang selalu kubawa kemana pun aku pergi.

"Musculus deltoideus terletak di lengan atas. Clavicula dextra sinistra. Apex cordis berada pada Intercostal 4 dan 5," gumamku sambil mengetukkan pena yang berada di sela-sela jariku ke arah meja yang sudah penuh dengan gelas-gelas kosong.

Perkenalkan, namaku Vanya Gardenella. Saat ini aku sudah berkuliah di salah satu universitas ternama di Jakarta, dan aku juga sekarang sedang menggeluti jurusan Pendidikan Dokter yang konon katanya sangat menakutkan. Ah! Tidak semenakutkan itu, nyatanya aku masih baik-baik saja sampai sekarang.

Dari kejauhan aku mendengar suara yang tak asing bagi telingaku, suara yang selalu menjadi pelipur lara di kala hatiku gundah, tak hanya itu saja. Suara itu bagai sang surya di pagi cerah yang mampu menghangatkan seluruh sukma.

"Nyaaa .. Maaf, aku telat. Baru dua jam kan aku telat? Kamu udah pesen makan? Kok cuma pesen minum aja sih kamu. Dan ... "

"Kamu telat empat jam," potongku kesal. Aku menarik diriku dari meja, sambil aku merapikan buku-buku yang kubawa dan memasukkannya ke dalam tas ranselku.

"Lho aku baru dateng, Nya. Aku belum makan. Kamu mau pergi kemana?" cegahnya.

Pergelangan tanganku ditarik kuat oleh telapak tangannya. Sudah biasa dia pasti mencegahku untuk pergi. Sayangnya, egoku sebagai seorang wanita terlalu tinggi jika aku memaafkannya terlalu cepat. Maka, kuputuskan untuk berlari menjauh dan menghempaskan cekalannya dari tanganku yang semakin menguat.

"Vanya, aku udah minta maaf. Tadi itu aku latihan basket dulu, ternyata senior dateng ngajakkin tanding basket bentar. Hp aku juga ada di dalem tas. Jadinya, aku tadi gak denger sama sekali waktu kamu nelfon aku," jelasnya.

"Oh, basket lagi? Ini udah yang kesekian kalinya aku harus nungguin kamu telat demi basket itu. Aku juga sibuk kalo kamu mau tahu, tapi aku sempetin ke sini katanya kemarin kamu mau ketemu kan? Tapi apa sekarang, kamu malah asyik main basket. Aku udah hampir lumutan nungguin kamu di sini berjam-jam. Aku besok ada kuliah pagi terus dilanjutin pretest sebelum praktikum. Jadi, sekarang kamu maunya gimana? Aku udah pernah bilang kan ke kamu kalo kita itu beda."

Rasanya seperti meletupkan balon di atas api, marah dan kesal yang aku rasakan sudah menguap pada seseorang yang sudah membuatku menunggu selama itu. Aku mengepalkan tanganku dan berlalu dari hadapannya, karena hanya dengan melihatnya sudah sesak hati ini.

Dia adalah Nandan Andira, salah satu adik kelasku semasa SMA dulu. Dan kami sudah menjalin kisah kasih sudah hampir genap 3 tahun. Dia lelaki terhangat yang pernah aku punya, dengannya aku bahagia, dengannya aku tahu arti menjadi seorang wanita.

¤ FLASHBACK ON ¤

Awal kisah kami mungkin terbilang lucu, karena kepakan kupu-kupu di dalam perutku langsung memancar hanya dengan melihat sorot matanya.

Saat itu ada pertandingan basket antar kelas, Nandan adalah salah satu pemain yang sedang bertanding dan aku adalah anggota PMR yang bertugas di tepi lapangan. Jika ada salah satu pemain yang terluka maka kami lah yang menolong mereka, hanya memberikan pertolongan pertama saja.

Lantunan Rasa CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang