Setelah melewati perdebatan panjang yang sepele dengan Bayu, akhirnya Bayu mesti mengaku kalah dan membiarkan Syira pergi untuk bertemu Jauzan. Bukan masalah Bayu yang posesif atau Syira yang bodoh karena memberitahu soal ini ke Bayu. Tapi ini masalah takdir yang sudah menentukan bahwa Bayu harus mengajak Syira pergi saat Syira sudah janji pada temannya itu untuk bertemu di sebuah coffee shop.
"Bener kan, pasti ada yang salah deh sama pacar lo." Ujar Jauzan yang disusul oleh jitakan keras di kepalanya. Nggak terima, Jauzan langsung melotot tanda protes. "Kenapa sih??"
"Ada yang salah gimana! Kesannya Bayu tuh gila."
"Emang." Ucap Jauzan santai sambil menyeruput choco frappe yang baru sampai di mejanya dua menit lalu. "Are you sure he's not obsessed?"
"I'm going to cut your head into two."
Jauzan langsung mengangkat kedua tangannya tanda menyerah. Kalau sudah sayang, Syira memang bisa jadi sangat protektif terhadap seseorang. Terkadang Jauzan penasaran apakah Syira pernah bertingkah seperti ini demi dia. Mungkin saat Bayu mengucapkan kata-kata penuh benci tentang Jauzan?
"Lo ngapain sih balik Jakarta mulu?" Ujar Syira seraya mencomot satu kue sus yang mereka pesan untuk berdua.
"Kenapa sih? Emang gak kangen?"
"Saking seringnya lo balik tuh gue sampai muak."
Jauzan otomatis menjulurkan tangannya untuk melancarkan sentilan ke kening Syira, "Bohong mulu lo."
"Sakit?????"
"Ya gue juga sakit denger lo muak sama gue." Ekspresi Jauzan langsung berubah mendung, Syira nggak bisa mengira-ngira apakah ekspresi itu genuine atau fake, tapi ekspresi itu sukses membuat Syira merasa nggak enak.
"Iya maaf, kan bercanda."
"Hmm." Jauzan menyempatkan diri untuk memandang sahabat tiga tahunnya itu demi mengetahui perasaan yang terkandung dalam kalimat barusan. Dan menurut hasil penelitiannya, sepertinya Syira benar-benar merasa bersalah. "Iya, gue juga bercanda."
Syira hanya bisa diam sampai akhirnya Jauzan menginisiasi diskusi tentang topik lain.
"Gimana Erwin?"
Syira sontak tertawa geli saat mendengar nama tersebut, "Makin sering kirim snapchat."
Sudut bibir Jauzan otomatis terangkat saat melihat tawa gadis di hadapannya, berarti kemampuannya dalam memilih topik sudah semakin baik.
"Gue prihatin sama Bayu. Takut dia posisinya kegeser sama anak bocah lebih muda 5 tahun dari dia."
"Yeee, nggak bakal! Erwin tuh udah kayak adik sendiri."
"You know bullshit? That. The one you just said is bullshit."
"Shut up."
Erwin Tanujaya, adik dari Shila Tanujaya yang merupakan teman Kenzo sejak kecil. Syira tahu betul kalau Erwin yang 2 tahun lebih muda darinya ini sudah lama menyimpan perasaan padanya.
Bukannya kelewat pede, tapi Erwin memang nggak pernah segan menunjukkan perasaannya secara gamblang sejak pertama kali mereka bertemu saat Syira sedang mengunjungi kediaman Tanujaya bersama keluarganya, misalnya dengan mengirim snapchat dengan caption menggemaskan atau melakukan sesuatu yang sederhana. Atau ketika kecil, Erwin senang menumpang di mobil Syira demi bisa pergi ke sekolah bersama, seringkali tanpa bilang-bilang orangtuanya. Tapi... Erwin di mata Syira nggak pernah lebih dari seorang adik kesayangan.
"Bayu udah tau belum sih?"
"Soal Erwin?"
Jauzan yang lagi sibuk mencari selembar seratus ribuan dari dompetnya hanya mangangkat alisnya sebagai pengganti anggukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Around Her
RomansaAs there are too many things revolving around her, they gotta choose between two. Her options are to stay or to move. And his options are to hold on or to let go. --- Please acknowledge that the last chapters are on private mode, make sure to follo...