Enam

200 23 5
                                    

Warning!!! Typo bertebaran.
Happy reading.. ^^

°•°•°Venus pov°•°•°

Aku berani sumpah Mars adalah orang paling ngeselin yang ada di hidupku. Bisa-bisanya dia mengerjaiku dengan menyuruhku masuk ke dalam lemari. Menggangguku saat Leo meneleponku yang akhirnya panggilannya harus kumatikan dan berganti dengan chatting karena suara Mars yang kelewat cetar itu. Belum lagi saat ia meneriakkan namaku pada pukul 3 dini hari. Aku baru merasakan masuk ke alam mimpi, namun teriakan Mars sukses menarikku ke dunia nyata. Dan hebatnya, saat kutanya kenapa ia berteriak-teriak, dengan entengnya ia berkata "Gapapa."

"Jauh-jauh. Gausah deket-deket." aku menggeser sedikit dudukku saat Mars duduk disebelahku.

"Jangan jutek-jutek, Nus. Katanya kalo ada cewek yang jutek waktu hari ulang tahunnya, nanti ga laku-laku," cibirnya pelan.

"Eh sori, gue laku. Buktinya banyak yang suka sama gue waktu SMA," ucapku bangga.

"Tapi ngibrit semua sebelum mereka nembak lo kan? Ujung-ujungnya? Jomblo."

"Itu gegara lo ngasih bogem mentah ke mereka waktu mereka mau nembak gue, Mars. Jangan liat hasilnya, yang penting itu tahapannya." aku mencomot keripik dan memasukkannya ke mulutku.

"Tahapan mau punya pacar tapi gajadi?" tanyanya sambil tertawa yang langsung kuhadiahi dengan lemparan bantal sofa.

"Gue bentar lagi ga jomblo tau. Masih ada Leo kok." aku beranjak dari sofa dan pergi ke kamarku. Kudengar Mars hanya mendengus tanpa meminta maaf tau mencegahku. "Dasar ngeselin. Gak pek banget jadi cowok."

***

"Nus, tuh ada mie ayam." aku mengalihkan pandanganku dari ponsel ke arah pintu.

"Gak laper," ucapku acuh sambil tetap memainkan ponselku.

"Dih, kelinci gue ngambek," ucapnya sambil tersenyum. "Sini-sini. Utukilaa.." Mars merentangkan tangannya sambil berjalan ke arahku.

"Siapa juga yang ngambek." aku membenarkan posisi dudukku dan menyandarkan punggungku di kepala ranjang. "Lagi mager makan," ucapku acuh.

"Mager makan apa takut gendut?" tanyanya sambil tersenyum miring. Sumpah, wajah Mars ngeselin banget. Mungkin kalau kalian lihat wajahnya saat ini, tangan kalian akan bergerak sendiri untuk menggamparnya. Tapi tidak, aku masih terlalu waras untuk melakukan itu. Aku hanya mendengus dan tetap mengacuhkannya.

"Lo kalo ga mau makan mau jadi apaan, Nus? Udah kurus, ga punya daging. Tinggal tulang sama kentutnya," ucapnya panjang lebar yang membuatku harus mati-matian menahan tawaku.

"Tapi gapapa sih kalo lo gak mau mie ayamnya, berarti itu buat gue. Lumayan lah dua porsi mie ayam," ucapnya sambil berbalik.

"Enggak. Boleh. Itu mie gue!" aku langsung meninggalkan ponselku dan berlari ke arah ruang makan.

Kosong? Dimana kedua orang tuaku?

"Mama sama papa mana?" tanyaku saat Mars mendaratkan dirinya di kursi tepat di depanku.

"Pergi." Mars langsung memakan mie ayamnya dengan suapan yang menurutku banyak. Entahlah. Aku hanya mengedikkan bahu dan mulai memakan makananku.

"Kapan kamu masuk?" tanyanya dingin. Kenapa ia menjadi es lagi?

"Kita satu universitas, Mars. Tanggal kita sama." aku tetap fokus pada makanan yang di depanku.

"Kalo diajak ngomong itu liat orangnya," ucapnya sambil mengusap sekitar mulutnya dengan tisu. "Gak sopan, tau."

"Lebih gak sopan ngajak orang ngomong waktu lagi makan," cibirku. Dia kenapa sih? Kadang baik, kadang over baik, sok romantis, dan sekarang? Dalam hitungan menit dia berubah menjadi seperti Jack Overland.

"Selesaikan dulu makanmu," ujarnya pelan yang kubalas dengan dengusan.

"Sudah?" tanyanya menaikkan alisnya. Tidak bisakah ia melihat mangkuk di hadapanku yang sudah kosong? Aku tidak menjawab pertanyaannya dan memberi pandangan 'mangkuk-gue-udah-licin'

Mars berdehem sebentar untuk menormalkan suaranya. "Lusa.." ia memotong kalimatnya sendiri. Aku hanya menatapnya datar membuatnya menghela nafas panjang. "Lusa kita mau liburan keluarga. Ke Disneyland."

Aku berusaha mencerna apa yang sebenarnya ia sampaikan. Memangnya kenapa kalau berlibur ke disneyland? Toh bukan masalah kalau kita berlibur ke disneyland hongkong atau ...

"Paris," ucapnya pelan. Ia menundukkan wajahnya lesu. "Cepet-cepet packing. Jangan sampe ada yang ketinggalan, Nus." ia berdiri dan pergi menuju lantai atas. Mungkin ke kamar?

Memangnya kenapa di Paris?

Paris yang terkenal dengan kejunya yang enak.

Paris yang identik dengan kota romantis.

Paris yang..

Apa aku lupa mengatakan bahwa Mars menyatakan cintanya pada Marissa di Paris?

Saat Marissa dikirim ke Paris karena ia mengikuti kontes model disana, Mars menemaninya, menghiburnya, menyemangatinya, dan selalu ada disisinya. Meskipun itu berarti ia harus jauh dari keluarganya. Ya, mungkin seminggu jauh dari keluarnya adalah waktu yang singkat. Namun hei, ini Paris dan Jakarta.

"Ah iya. Cuci kan punyaku juga ya," ucap Mars melongok kebawah sambil menunjukkan cengiran jailnya yang sialnya tidak mengurangi kadar ketampanannya.

Aku berusaha membuang jauh-jauh pikiranku tentang aku dan Mars menjadi kita. Sebenarnya apa yang aku harapkan? Tentu saja Mars lebih memilih Marissa yang jauh lebih baik dari aku. Melihatnya memikirkan gadisnya saja sudah seperti melihatnya kehilangan sesuatu yang sangat penting baginya. Meskipun itu sudah bertahun-tahun lamanya.

Seharusnya memang aku sadar. Berhenti berharap, berhenti mencintai, dan berhenti melukai diri.

Tapi tidak bisa. Aku seperti kehilangan kontrol dalam diriku. Aku lemah. Lemah saat dekat dengannya. Lemah saat ia memberiku perhatian. Lemah tentang semuanya.

Aku tersenyum tipis saat menyadari aku sudah seperti orang gila. Merenungi kisah cintaku yang sialnya tak pernah bahagia. Setelah mendapat kesadaranku, aku langsung bergegas melakukan pekerjaan yang sedari tadi aku tunda.

Bangun dari lamunanku bukan berarti aku melupakannya. Aku tetap mengingat tiga kata yang selalu ku ingat dalam kisah cintaku. Dalam hidupku.

Love is bullshit.

•°•°•

A/N: Heyoooo apdet malem-malem ya :v Kayaknya impian buat apdet tiap hari ga bisa terpenuhi. Mungkin sama kaya sebelumnya. Updatenya seminggu sekali(?)

Makasih buat para reader yang meninggalkan jejak yaa.. Kritik dan saran dibutuhkan 😊😊

Bigluv, tcorn 💙

Mars And VenusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang