Matahari begitu semangat memancarkan panasnya siang ini. Hingga menimbulkan ilusi optik gelombang asap pada hamparan gedung pencakar langit dan jalan-jalan beraspal.
Namun, manusia di sekitarnya seolah tak perduli tetap sibuk lalu lalang memadati jalan, sibuk dengan segala keperluannya.
Gadis berkaca mata tebal berjalan dengan cepat, ia sudah sangat terlambat masuk kembali ke kantor setelah jam makan siangnya selesai. Ia harus segera sampai kalau tidak ingin mendapat teguran yang kesekian dari Mrs. Yuma, kepala bagian personalia itu terkenal sangat galak dan entah keberuntungan dari mana Freya tepat berada dalam divisi yang sama.
Dengan segala usahanya memacu langkah lebih cepat Freya tidak sengaja menabrak seorang pria hingga terjatuh. Dalam jatuhnya sempat beberapa saat ia tertegun mengagumi wajah pria yang ia tabrak, namun kemudian indra ke enamnya bereaksi, penglihatan itu muncul, penglihatan yang tidak diinginkan Freya hadir disaat seperti ini.
Dalam penglihatannya pria ini menuju perpustakan kota berlantai tiga, sampai pada atap gedung, merentangkan tangan lalu menjatuhkan dirinya, kemudian orang-orang berteriak dan berkerumun melihat tubuh pria itu tergeletak bersimbah darah.
Freya terkejut karena tepukan di bahu menyadarkannya, "kau tidak apa-apa?" ucap pria itu sembari membantu Freya berdiri. Freya benci ketika harus tau takdir buruk apa yang akan menimpa seseorang yang ada didekatnya, terutama ketika ia tak berdaya melakukan apa-apa.
"I... iya aku tak apa," akhirnya hanya cicitan kecil yang berhasil dikeluarkan untuk menjawab pertanyaan pria tadi. Pria itu segera saja pergi meningalkan Freya.
Sementara Freya masih mengamati punggung pria yang baru saja ditabraknya, kaus biru dengan sebuah jaket kulit dan celana jins serta sepatu boots. Segera saja Freya tersentak dengan apa yang ia amati. Pakaian pria itu tepat sama persis dengan apa yang ada dalam bayangnya sesaat tadi. Itu berarti, kematian pria itu akan terjadi sekarang, hari ini juga. Arah tujuan pria itu juga menuju ke perpustakaan kota.
Dalam kegelisahannya diantara harus mencegah seseorang bunuh diri atau membunuh dirinya secara perlahan dengan kemarahan Mrs. Yuma, Freya akhirnya memutuskan untuk mengejar pria asing tadi.
Berlari dengan seluruh kekuatan yang ia punya namun Freya tetap gagal mengejar, pria tadi seolah memiliki kecepatan cahaya, berjalan sangat cepat. Saat masih di sebrang jalan menuju perpustakan pria itu sudah terlihat berada di atap gedung, dan Freya dapat melihatnya dari bawah. Sebenarnya bisa saja Freya hanya berteriak dari bawah, mencegah pria tadi bunuh diri dari atap gedung, namun entah mengapa pikirannya seolah menumpul dan mulutnya mengering tak bisa berkata.
Freya memacu langkahnya semakin cepat, sampai pada atap gedung berlantai tiga itu. Freya berusaha perlahan menjangkau tubuh tinggi di hadapannya yang ada di pinggir pembatas, namun baru separuh mencapai tempatnya, pria tadi merentangkan tangan menghadap kebawah lalu menoleh ke arah Freya dan tersenyum.
Segera saja Freya berlari untuk menjangkau pria asing itu, saat berhasil menyentuh lengannya, bukan Freya yang menarik lengan pria asing tadi untuk menjauh dari pinggir gedung namun justru sipria yang menarik dan menerjunkan diri bersama Freya dalam pelukannya.
Freya tidak dapat merasakan tubuhnya, terakhir yang ia dengar adalah debuman keras mungkin ada salah satu tulang yang patah melesak keluar dari tempat seharusnya entahlah, satu yang dapat dipastikan sebelum pandangan Freya menggelap, pria asing tadi sedang berdiri tepat dihadapan tubuhnya yang terkapar.
***
"Terimakasih sudah menolong anakku, kalau kau tidak ada mungkin anakku sudah dimakamkan sekarang." Masih sambil terisak seorang ibu mengucapkan terimakasih pada penyelamat sang anak. Anaknya hampir saja tertabrak sebuah truk saat ingin pulang sekolah sendiri tanpa dijemput seperti biasa. Kecerobohan pihak sekolah hampir saja mencelakakan buah hatinya, namun beruntungnya ada seorang yang berhasil menyelamatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grim Reaper
Short StoryIni hukuman yang harus kau tanggung karena mengacaukan takdir...