BAB II. BUKU HARIAN

63 5 0
                                    

Alya terus mengitari kamar itu, kini ia berhenti pada meja belajar. Banyak buku di rak paling atas. Aurel memang terkenal suka membaca, tidak hanya pada satu jenis bacaan, tapi semua jenis buku ia sukai. Tidak heran jika pengetahuan umum gadis itu di atas rata-rata anak seumurnya.

Mata Alya tertarik pada sebuah buku berwarna hijau lumut di ujung rak, ia raih buku itu menarik kursi, duduk di situ, lalu mulai membalik lembar-lembarnya. Ternyata buku itu berisi catatan harian Aurel alias buku diari.

3 April 2012

'Gue heran sama ortunya Alya, setiap gue ke rumah mereka, sikap mereka kok gitu amat ya, ke Gue. Baiknya terlalu berlebihan. Atau itu cuma perasaan gue aja, 'Bonyok' juga gitu kan ke Alya? udah kaya' anak sendiri.' Tapi tetap aja ada yang mengganjal.'

Alya mengernyitkan keningnya, ia memutar kembali ingatan tentang hal ini. Ternyata Aurel lebih peka akan keanehan sikap kedua orang tua mereka.

Gadis itu membuka lagi lembaran tersebut.

17 September 2016,

'Yeeee Gue 17 tahun hari ini. Saatnya bikin KTP. Saatnya juga untuk menunaikan janji gue ke diri sendiri, gue akan ungkap keanehan dalam keluarga ini.

SAATNYA MENGUJI ILMU DETEKTIF GUE :)'

Tulis Aurel di hari ulang tahun mereka. Alya terus membaca.

8 Oktober 2016

'Wow! SEPEDA MOTOR! Gue yakin 'Bonyok' nggak mungkin bisa beliin gue ni motor, pasti ada 'someone' yang andil di situ. Kalo tebakan gue betul, pasti ortunya Alya.

Hmm, big thanks untuk mereka, seenggaknya, gue nggak perlu takut telat tiba di skul gara-gara angkot yang ngetem dulu sebelum penumpang penuh.'

Ini tulisan dibuat pasti saat pemberian sepeda motor beberapa saat setelah ultah mereka berdua. Alya ingat, Aurel memang sering dihukum karena terlambat gara-gara angkot langganannya sering ngetem dulu menunggu penumpang penuh baru jalan.

Alya terus membaca buku itu, menyimak semua catatan di dalamnya, bagai sebuah flashback yang menakjubkan. Ternyata Aurel sudah mencurigai ada ketidakwajaran pada hubungan persahabatan kedua orang tua mereka.

*****

Aurel sudah mendapatkan lokasi untuk mendirikan tenda, sengaja ia memilih tempat agak di pojok. Biasanya, begitu langit gelap ba'da salat magrib, ia akan bergabung dengan kawan-kawan yang lain, duduk dipinggir api unggun sambil memainkan gitar dan menyanyikan lagu-lagu balada. Namun kali ini ia memilih tetap tinggal di dalam tenda. Setelah menyantap roti dan air mineral sebagai makan malam, ia mengeluarkan buku harian 'mama'. Membaca lagi lembar-lembar yang belum sempat dilihatnya. Ia membuka catatan itu lagi, di mana terdapat rahasia besar hidupnya dan Alya.

17 September 1999

'Alhamdulillah ... Bayi mungilku telah lahir, buah hati pertama kami, gadis kecil yang kami beri nama Juwita Aurelia. Dia begitu kecil sampai aku takut untuk menyentuhnya, takut ia terluka karena ia tampak begitu rapuh.'

Di bawah tulisan itu terpampang foto Aurel ketika masih orok, Rupanya diari ini mulai ditulis pada saat ia lahir.

15 Desember 1999

'Menjelang usia 3 bulan 'Gadis kecilku' demam tinggi, Aku dan Mas Haris bergegas membawanya ke UGD sebuah Rumah Sakit swasta terdekat, walau tahu biaya disitu begitu mahal tapi kami tidak peduli.

"Yang penting bidadari kecilku cepat sembuh, uang masih bisa dicari." begitu kata Mas Haris.'

Setitik air mata jatuh di pipi Aurel saat membaca bagian ini. Ia terus membuka, mencari sebuah tanggal atau bulan saat kedua orang tuanya mengetahui kebenaran itu.

DIARI HATI MAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang