Sisi merebahkan badannya di atas kasur berukuran king size. Merentangkan tangannya untuk melemaskan otot-otot yang kaku. Hari ini adalah hari yang sangat melelahkan bagi Sisi. Bagaimana tidak? Ia harus mencari tau siapa orang yang telah membuat arwah lelaki itu terbaring di atas brangkar rumah sakit. Jika ia boleh jujur, sungguh, beban yang menggantungi otaknya sangatlah besar dan jika dihitung dengan jari saja tidak akan mampu sampai tuntas, karena Sisi tak tau sampai kapan masalah ini akan selesai tanpa sebersit yang tersisa.
"Si, kok lo pulangnya sore banget, sih?" Ucap Lala mengagetkan Sisi.
"Ish Lala! Lo bikin jantung gue hampir copot tau nggak?!" umpat Sisi kesal.
"Ya maaf, Si. Eh, tapi bener kok, lo dari mana pulangnya sore banget?" ulang Lala.
"Tadi gue habis ke kampus," jawab Sisi. Ia menghela napas jika mengingatnya, ia tak bisa melihat apa-apa ketika menerawang dan tak bisa membaca pikiran perempuan yang bersamanya tadi. Siapa perempuan itu? Lina? Mungkinkah... ah, tidak-tidak,
"La..." panggil Sisi.
"Ada apa, Si? Kok muka lo kaya orang kebingungan gitu?"
"Tadi, sewaktu gue di kampus, gue mencoba untuk menerawang tapi gak bisa. Lagi, gue ketemu sama seorang perempuan yang bernama Lina, gue coba baca pikirannya tapi gak bisa juga," terang Sisi. Ia mulai bangkit dari tidurnya. "Apa kemampuan gue menghilang perlahan demi perlahan, La?" sambungnya dengan otak yang masih berputar-putar.
"..."
Hening, tak ada yang menggubris ucapan panjang lebar dari Sisi, ia pun memutuskan untuk menoleh dan menatap Lala mencoba meminta saran atau tanggapan. Oh, sial! Pantas saja tak ada yang menggubris, sudah tak ada Lala di sana. Argh! erangnya dalam hati. Hari ini benar-benar buruk. Pertama, ia tak bisa lagi menerawang dan membaca pikiran seseorang. Kedua, mengapa semua hantu yang hendak ia ajak bicara semuanya menjadi hilang tanpa alasan bak ditelan bumi hingga intinya.
Sisi memejamkan matanya sejenak, mencari ketenangan jasmani dan rohani. Badan yang berkeringat terasa amat lengket, ia membuka mata dan menciumi aroma tubuhnya yang sudah tak wangi seperti pagi tadi. Gadis yang merasa lengket itu bangkit mengambil handuk dan bergegas mandi. Saat hendak berdiri, tubuhnya seolah-olah terhuyung ke sana ke mari, kepala yang terlihat ringan tersebut terasa berat sore ini. Benar-benar sial.
Setelah 1 jam di dalam kamar mandi, entah apa yang Sisi lakukan di dalam sana hingga selama itu. Akhirnya, Sisi keluar dengan menggunakan baju tidurnya yang bermotif kartun kesukaannya, Doraemon—sebuah kartun robot berbentuk kucing, namun Doraemon lebih mirip dengan robot musang.
Sisi kembali membaringkan tubuhnya di kasur yang terasa sangat empuk, tubuhnya saja begitu nyaman ketika dilemparkan di atas benda itu. Memejamkan matanya sesaat kemudian membukanya kembali. Bayang-bayang wanita yang tak bisa ia lihat wajahnya kembali berputar-putar dibenaknya. Arghh!! kalau gini caranya gue bisa gila. Harusnya dari awal gue nggak terima buat nolongin arwah tengil itu. Sungguh menyebalkan.
***
"Sisi bangun!!! Mau sampai jam berapa kamu tidur terus?!!" teriak suara melengking khas wanita yang Sisi sangat kenal. Siapa lagi jika bukan ibu tirinya yang persis seperti seorang nenek sihir yang akan mengutuk seorang putri. Wanita sepertinya tak pantas disebut Mama, dia lebih keji meskipun dibandingkan dengan psikopat-psikopat professional.
Sisi tak peduli dengan teriakkan nenek sihir itu dan segera menarik lagi selimut sampai menutupi wajahnya lalu melanjutkan acara tidurnya yang terganggu. Sisi mendengus kesal dibalik selimut, bergumam mengikuti pembicaraan wanita itu tanpa terdengar.
"Dasar orang tak tau diri, ayam sudah berkokok kamu tidak mau bangun!! Bangun! Kerjakan pekerjaan rumah!" ucap wanita itu seraya meninggalkan kamar Sisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Soul [mate]
ФанфикMenjadi seorang gadis indigo sebenarnya bukanlah pilihan. Sisi tidak bisa menyangkal jika di dalam tubuh mungilnya terdapat suatu kelebihan yang tak semua orang miliki. Hingga semua lika-liku hidupnya tak pernah surut dari kata mistis, miris, dan cu...