"Long time no see, Jane."
Kalimat pertama yang ia dengar. Suara yang ia kira tak akan ia lagi dengar. Wajah yang ia kira tak akan lagi ia jumpa. Namun kini... kenangan masa lalunya berdiri tepat dihadapannya.
"Long time no see, Capt."
Ah... how suppose she do right now?
-Long time no see... Love-
Bangku – bangku kayu yang sepi. Duduk saling berhadapan. Dua kaleng yang soft drink tergeletak begitu saja. Suasana yang sepi. Situasi apa ini? Bagaimana ia menyebutnya. Romantis? Bukan! Ini jauh dari itu... Canggung? Ah, benar! Ia berdoa pada siapapun yang bersedia menyeretnya dari sini. Sekarang!
Tapi dia tidak bisa atau... ia tidak mau.
Dia seharusnya tidak datang. Dia seharusnya tidak pergi. Sekalipun ia merindukan tempat ini. Sekalipun ia merindukan teman – temannya, guru – gurunya, sekolah ini tapi seharusnya ia tak mengindahkan perasaannya untuk tetap tinggal. Ah, bahkan seharusnya ia tidak perlu melihat undangan itu dimeja kerjanya. Seharusnya.
"It seems you change a lot, Jane." Suara itu, membuatnya melihat ke depan. Ke dalam kedua mata yang tengah menatapnya juga. "You cut your hair. You even dyed it." Senyum tipis pada bibirnya. "I almost don't recognize you but it suit to you. You look more beauty."
"Thank you." Dia menyesap sedikit soft drinknya. Teringat kembali alasan mengapa ia mewarnai rambut hitam kebanggaannya. "My lover... " pelan tapi ia yakin pria dihadapannya mendengarnya dengan jelas "...said I will look more sexy if I dyed my hair to brown." Dan ia yakin ia melihat ekspresi terkejut walau hanya sesaat.
"So you did it?" She nods. He laugh. "I don't remember that you can be so obedient with someone else. Is it love effect?"
"Maybe. I don't found it's wrong. So why not! Beside..." sekali lagi ia menduga ekspresi apa yang akan ia lihat "...that was long story. We no longer lover." Apa itu? Kenapa dia terlihat senang?
"So you did break up?" She nods, once again. "Then why you still keep your hair brown?" Dia tersenyum, menyentuh sedikit rambutnya yang ia biarkan terurai hari ini. "My patients need me more than my hair. This can be wait, they can't."
Mereka tertawa –sesaat- untuk lelucon yang tidak terlalu lucu. Sebelum kemudian diam kembali menyelimuti mereka. Mempersilahkan angin memainkan perannya. Degup jantung kembali pada iramanya. Dan tatapan menyelusuri setiap lekuk wajah dihadapan.
"But it seem you not change a lot, Capt." Tatapannya jatuh pada tangan kanan, "You still wear ring on same place." telunjuknya mengarah pada jari telunjuk dan jari manis si pria. Dua cincin perak tersemat disana "Still wearing fancy thing."
He smile. Wide and satisfy. "I'm model." She sigh knowing the reason. "Okay but can you... Stop fixed your hair! Didn't use gel today?!" He laugh. Very loud. Terlalu bahagia mengetahui bahwa wanita dihadapannya masih mengingat.
"So you do remember."
Senyumnya memudar. Pandangannya jatuh pada jemari lentiknya yang saling meremas. Ah... padahal dia sudah melakukan sebisanya. Menyibukan diri pada pekerjaan. Mengalihkan pikiran ini pada hal yang lain. Ia bahkan mencoba berkencan kembali tapi ternyata dia tidak pergi kemanapun. She still remembers it. Very clear.
"You not try to forget me right, Jane?" She does and she failed. "I..."
"I do.... I do that." Ia menatap tepat ke dalam mata pria dihadapannya. "I try my best to forget you. I do anything to distract my mind to you. Anything." setiap tarikan nafas yang ia ambil terasa tak berarti. Sesak "So, I'm not gonna remember you. I'm not gonna remember the pain you left to me." Ia menutup kedua matanya. Menarik nafas dalam. Dan begitu mata itu terbuka yang ia jumpai wajah penyesalan dihadapannya. "But today, I realized. All of that is... useless."
Ah... that pain still there. Membekas. Terlalu dalam.
"I'm sorry, Jane."
Kata itu. Entah sudah berapa ribu kali ia ucapkan. Permintaan maaf yang tak akan merubah apapun. Keadaan tidak akan berubah sekalipun ia menginginkannya. Kesalahan fatal sudah ia lakukan dan kesalahan itu membekas hingga sekarang.
Diam kembali menjadi kawan mereka. Tak ada yang ingin berucap terlalu sibuk dengan pikiran masing – masing. Bibir mereka kelu sekalipun banyak yang ingin diutarakan. Jane kembali menjatuhkan pandangannya pada Capt.
"Is she doing fine?" terkejut. Tak terbayang pertanyaan itu akan terlontar. Jane tau seharusnya ia tak bertanya hal ini. "Is your... child doing fine too?" Ia tahu ini hanya akan membuka kenangan pahit mereka. Alasan mereka berpisah.
-Long time no see... Love-