Anka merutuki kebodohannya sendiri. Dia baru saja ingat kalau nama panjang pujaan hatinya Queen Clara. Jika dia tau kalau Queen si tukang perintah adalah teman masa kecilnya, dia tak akan menghinanya saat pertemuan pertama.
Tapi dia segera menyembunyikan dalam-dalam kotak beludru yang ia bawa. Ia harus menelan air ludahnya sendiri saat teringat kalau Queen atau Clara sudah memiliki kekasih. Bahkan sudah menjalin hubungan selama 5 tahun. Dea tidak tau kalau putri sulungnya sudah miliki kekasih, makanya ia mengatakan pada Anka kalau putrinya itu masih 'single'.
"Bagaimana perjalanannya tadi?" Ujar Joan saat mereka semua duduk di meja makan.
"Seperti biasa kalau malam, jalanan mulai teratur." Ujar Anka.
Clara diam sejak tadi. Tidak menyangka jika teman barunya yang bernama Anka, ternyata teman masa kecilnya. Orang yang dari dulu ia rindukan.
"Ceci belum balik dari Belanda, Yah?" Tanya Anka pada Joan.
"Belum. Gak ada kabar darinya kapan makhluk tengil itu pulang."
Anka terkekeh pelan sambil melap sudut bibirnya dengan tisu. Dia mengingat bagaimana tengilnya Ceci dulu. Saat pertama dia datang, dia sering membantu ibunya membersihkan rumah Dea. Seperti mengepel teras. Saat itu, Ceci dan Clara pulang. Clara masuk dengan tenang. Sementara Ceci, gadis kecil itu berjalan kearah becek yang ada di taman. Membuat sepatu sekolahnya kotor. Dan mengotori kembali lantai yang telah di pel Anka. Ceci kecil berlari menyusul saudarinya sambil tertawa meninggalkan Anka yang kesal setengah mati.
"Bagaimana kondisi usahamu, Nak?" Tanya Joan.
"Alhamdulillah baik, Yah. Dan sedang mengalami kenaikan."
"Bunda bahagia lihat kamu bisa menjadi sesukses ini. Ibumu pasti bangga melihatmu yang kini telah merubah kehidupannya." Ujar Dea menimpali dan menatap Bu Inah yang tengah tersenyum hangat.
"Kehidupan kami tidak akan berubah seperti ini jika bukan Nak Dea dan Nak Joan yang tidak membantu. Membiayai seluruh pendidikan Anka. Bahkan ke sekolah yang terbaik. Hingga Anka bisa menempuh ilmu yang selama ini ia cari dengan mudah, dan mengubah kehidupan kami. Ibu tidak tau berapa yang harus dibayar untuk menebus utang kami. Kami..."
"Sudahlah, Bu. Kami melakukannya dengan ikhlas. Melihat Anka yang kini telah sukses, sudah cukup untuk membayar semua itu." Ajar Joan.
Anka tersenyum dan memegang tangan ibunya.
"Ayo kita makan lagi..." ujar si kembar saat suasana ruang makan mendadak sunyi. Mereka semua tersadar dan tertawa. Kembali melanjutkan makan sambil berbicara.
❄❄❄
"Aku tidak percaya kalau kau adalah sahabat kecilku." Ujar Clara.
Clara dan Anka saat ini tengah duduk di kursi panjang taman belakang. Clara memasang raut wajah tak percaya sambil menatap indahnya langit.
Clara menoleh menatap wajah Anka dari samping. "Tapi sekarang kita tetap akan menjadi sahabat'kan?"
Anka tersenyum miris dalam hati. Tak menyangka jika pujaan hatinya sudah memiliki kekasih. Ntah dia harus berjuang atau berhenti sampai disini.
"Apa Peter ikut kemari?" Tanyanya.
"Enggak." Balas Clara santai.
Anka tersenyum, setidaknya dia bisa menghabiskan waktu seminggu bersama Clara. Sebelum dia mulai Move On.
"Oh iya, aku denger, di daerah sini ada air terjun ya? Bisa bawa aku kesana? Kamu tau kan?" Tanya Clara.
"Sejak kapan gue-elo berubah jadi aku-kamu?" Ujar Anka bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Confused
RomanceBingung? Itu lah yang dirasakan seorang gadis cantik ini, Clara. Dua orang pria datang untuk melamarnya. Pria pertama bernama Peter. Tidak sulit untuknya menerima lamaran Peter, sebenarnya. Mengingat mereka telah menjalin hubungan selama 5 tahun. ...