[4] Breakfast

43.9K 3.5K 96
                                    

"Hai, sayang. Kau sudah bangun?" sapa Chris ketika dia berpapasan dengan Lori di dapur apartemennya.

Lori menyunggingkan senyumnya kemudian melangkah maju ke arah Chris yang tengah menikmati sarapannya. "Aku harus pergi sekarang, Chris. I'm sorry."

Chris mendongak, menatap Lori yang sudah berdiri tegak di sampingnya. "Kenapa cepat sekali? Aku masih merindukanmu," protesnya dengan wajah merajuk yang membuatnya terlihat lucu.

Jika saja Lori tak terburu-buru, dia pasti akan menertawakan mimik wajah Chris yang ditekuk seperti itu. "Maaf. Aku benar-benar harus pergi sekarang juga. Aku akan datang lagi nanti malam."

Chris mendesah kecewa. "Ya sudahlah," Ia memberikan senyumnya kepada Lori. "Aku akan menyuruh Mark untuk mengantarmu. Tunggulah sebentar." Ia bangkit dari duduknya, bermaksud untuk mengambil ponselnya untuk menghubungi asistennya itu.

Lori menahan Chris dengan memegang lengan pria itu. "Tidak usah, Chris. Aku pulang dengan kendaraan umum saja."

"Tidak. Kau pergi dengan mobilku, dan kau juga harus pulang dengan mobilku."

Lori menunjukkan tatapan memelasnya ke arah Chris. "Please."

Sebenarnya Lori tak enak hati menolak tawaran baik Chris. Namun, mau bagaimana lagi. Jordan baru saja mengirimkannya pesan kalau lelaki itu akan sampai di apartemennya beberapa menit lagi. Dan jika Mark mengantarnya, pria itu pasti akan mengantarkannya sampai depan pintu apartemennya. Otomatis Jordan dan Mark akan bertemu dan semuanya akan runyam. Jordan akan mengetahui tentang pekerjaannya. Jujur saja, dia merasa takut jika Jordan mengetahui yang sebenarnya. Walau pun dia baru kenal dengan pria itu, dia sudah merasa cocok dengannya. Bila ia di suruh memilih antara Jordan dan Chris, tentu saja dia akan lebih memilih Jordan.

Pada akhirnya, Chris hanya bisa menghela napas panjang dan membiarkan Lori pulang dengan kendaraan umum. Sungguh, dia tak pernah bisa menolak permintaan wanita yang menjadi satu-satunya wanita yang tidur dengannya semenjak dia mengenalnya. Jujur saja, semenjak dia mengenal Lori, dia tak pernah lagi berhubungan badan dengan wanita mana pun kecuali Lori. Entahlah, rasanya aneh ketika dia tidur dengan wanita lain. Dia merasa seperti sedang melakukan perselingkuhan walau sesungguhnya dia tak memiliki hubungan khusus dengan Lori.

•••••

"Maaf menunggu lama," ucap Lori tak enak hati begitu dia menemukan Jordan yang sudah berada di depan apartemennya.

Jordan tersenyum. "Tidak apa. Aku juga baru sampai."

"Ayo masuk," ajak Lori sesaat setelah pintu apartemennya terbuka.

"Kau darimana?" tanya Jordan seraya mengambil duduk di kursi ruang tamu sambil membuka jaketnya dan hanya menyisakan kaus hitam berlengan pendek yang mencetak jelas tubuh bagian atasnya.

"Aku baru saja mencari sarapan di luar," jawab Lori berbohong seraya berjalan ke dapur untuk membuatkan minuman yang akan ia berikan kepada Jordan. Dia belum siap jujur untuk saat ini. Dia masih ingin menikmati masa pendekatannya dengan calon suaminya itu.

Lori kembali dengan segelas kopi instan panas yang baru saja ia seduh yang kemudian ia letakkan di atas meja. "Ada perlu apa datang kemari?" tanyanya seraya mengambil duduk di hadapan Jordan.

"Tadinya aku ingin mengajakmu mencari sarapan bersama," jawab Jordan seraya mengedikkan kedua bahunya. "Tetapi kau sudah lebih dulu mencarinya. Ternyata aku terlambat," kekehnya.

"Uhm... kalau kau mau, aku bisa menemanimu."

"Benarkah?"

Married to a GayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang