Heyho guys!! Ini akun baru aku, karna akun yang @mangoseed aku lupa password jadi aku memutuskan untuk buat akun baru😂 dan kali ini aku coba buat cerita oneshot, smoga pada suka ya..
Okey langsung aja, happy reading guys😉 jangan lupa untuk vote dan comment yaa🙈Sudah dua hari semenjak kepergian Jemma. Mereka makan malam bersama di satu meja makan bundar dan besar di rumah yang mereka tinggali bersama. Tampak tak ingin menyentuh santapan masing-masing. Seperti biasanya, Tara membagikan piring kepada sahabat-sahabatnya dalam diam, Katya yang baru datang dari dapur meletakkan semangkuk besar spaghetti dan menyedokkannya ke piring Lila, Lila hanya menatap kosong spaghetti yang dituangkan Katya ke piringnya, padahal biasanya dia akan berceloteh kepada Katya tentang porsi spaghetti yang terlalu sedikit di piringnya. Channie yang sibuk mengiris-iris daging miliknya tanpa berniat untuk memasukkannya ke mulut, dan Fiona tampak terus menunduk memperhatikan kakinya yang dibalut sandal hellokitty berbulu, si mulut besar Kate memainkan peralatan makannya dengan menggesek-gesekkan garpu dan pisaunya sehingga menimbulkan suara yang memekakkan telinga.
"Hentikan Kate! Kau merusak gendang telingaku." Bella mendengus sebal.
"Memangnya aku melakukan apa?" Tanya Kate dengan menunjukkan wajah tanpa dosa. Bella memutar kedua bola matanya, menghiraukan pertanyaan Kate.
"Oh ayolah, bisakah kalian tidak diam seperti ini?" Bella menatap satu persatu sahabatnya yang berada di meja makan, beberapa pasang mata beralih menatap Bella, namun tak ada jawaban, hingga terdengar suara decitan kursi.
"Aku ingin mencari udara segar." Anna berdiri dan mulai menjauh dari meja makan. Katya ikut berdiri dari kursinya dan berteriak,
"Anna kembali! Kau belum memakan makananmu." Katya ingin beranjak membawa Anna kembali ke meja makan, namun sebuah tangan menahan pergelangan tangannya,
"Biarkan dia Katya, dia butuh waktu." ujar Lila. Katya memejamkan mata dan menghela nafas berat.
Udara di halaman belakang terasa dingin sekali sampai Anna merasa bahwa dinginnya menembus ke tulang-tulangnya. Dia tersenyum miring, 'lalu apa peduliku' batinnya. Ia merasa bahwa semua ini terasa lucu dan memuakkan, satu persatu orang-orang yang ia sayangi pergi menjauh dari jangkauannya. Keluarganya, dan kali ini Jemmma sahabatnya, seorang yang membuat Anna nyaman dan bahagia. Jemma memang tidak pandai melucu seperti Bella, tapi tingkahnya cukup membuat anna tergelak, Jemma memang tidak sekaya Katya tapi satu cup green tea tiap Sabtu sore sudah sangat memuaskan, Jemma memang bukan saudara kandung Anna tapi Jemma selalu memberi pelukan persaudaraan yang hangat dan manis.
Sentuhan tahan yang halus terasa di bahu kiri Anna, ia menoleh ke belakang dan mendapatkan Fiona disana, ia membiarkan Fiona duduk di sebelahnya. Anna menatap lurus kedepan, menahan diri untuk tidak menangis walau airmata sudah siap meluncur dari matanya. Untuk saat ini semua nya terasa sakit. Sakit sekali. Harus kehilangan orang yang kau anggap sebagai separuh jiwamu.
"Pakai ini, disini dingin sekali, kau bisa sakit." Fiona menyodorkan jaket coklat milik Channie yang tergantung di pintu belakang. Anna tidak bergeming, tak tertarik dengan jaket yang disodorkan Fiona.
"Aku sudah sakit Fio." Jawab Anna dengan lirih, Fiona tak tersinggung dengan sikap Anna yang enggan mengambil jaket dari tangannya, ia malah menyampirkan jaket itu ke bahu Anna, ia mengerti sekali perasaan Anna sekarang, karena ia juga merasakan hal yang sama.
"Kau tau Anna, kau masih punya aku dan yang lainnya." Ujar Fiona
"Aku tau, tapi Jemma tidak bersama kita lagi disini, aku benar-benar kehilangan, dia pergi terlalu cepat." Fiona terdiam, apa yang dikatakan Anna benar, namun apa yang bisa diperbuatnya? Ia hanya bisa berharap suatu saat Anna dapat mengerti dan menerima kepergian Jemma.
"Anna percayalah, Jemma tidak benar-benar pergi. Dia ada dihatimu, di hati kita semua." Anna menoleh menatap Fiona.
"Jemma..." Oh Anna tak bisa menahannya lagi, airmata itu meluncur dari sudut mata Anna.
Fiona merengkuh Anna,"Tolong jangan seperti ini Anna, kamu semua khawatir." pelukan Anna semakin erat dan airmata semakin deras berjatuhan ke pipinya.
--
-
Pagi itu Anna duduk di ruang tengah, meraih remote control untuk menyalakan TV. Ya TV nya menyala, namun pandangan Anna tidak terpaku disana, melainkan pada sebuah pintu kamar yang terletak diantara kamar Katya dan Channie. Ia benar-benar berharap pintu itu terbuka dan seseorang keluar dari sana dan bertanya,
"Apa aku kesiangan?" Dan Anna akan berkata bahwa ini masih jam enam pagi dan mereka punya banyak waktu untuk menonton film-film baru milik Kate,
"Mari kita lihat, film apa saja yang kita punya untuk Sabtu yang cerah ini." Lalu mereka akan memesan green tea atau membelinya langsung ke kedai didepan jalan besar dan kembali menonton film dan menghabiskan berkantong-kantong popcorn, lalu tertidur di ruang tengah dengan sampah berserakan, dan berakhir dengan ocehan Tara untuk segera membersihkannya jika mereka ingin mendapat jatah makan malam. Atau mereka akan menghabiskan Sabtu sore mereka yang berharga dengan bermain bulu tangkis di halaman belakang, "Kau yang memukulnya Anna, jadi kau yang harus mengambilnya." Ini sering kali terjadi saat Anna men-smash terlalu kencang sehingga membuat kok itu melambung tinggi melewati pagar pembatas dan terjatuh di halaman belakang milik tetangga mereka. Uh-siapa yang mau berurusan dengan anjing besar dan menyeramkan milik tetangganya itu, memang diikat, namun tetap saja menyeramkan menurut mereka, dan sabtu sore mereka ditutup dengan bertengkar kecil dan berguling-guling di halaman belakang. Saling suruh menyuruh untuk mengambil kok di halaman sebelah,
"Karena kau lebih muda dariku, jadi kau yang harus mengambilnya." Namun Anna tau, walaupun Jemma berkata seperti itu, percayalah, Jemma tak akan benar-benar tega menyuruh Anna mengambil kok di tempat terkutuk itu sendirian. Ya, mereka berdua akan masuk bersama ke halaman itu, mencari dimana kok itu terjatuh, dan berlari terbirit-birit ketika mendengar suara anjing menggonggong. Lalu mereka akan tertawa terbahak-bahak halaman belakang dengan baju kotor penuh dengan tanah.
Namun pintu itu tak kunjung terbuka, tak kan ada lagi Sabtu sore yang berharga , karena seseorang yang membuat nya berharga itu telah pergi, dan meninggalkan Anna sendirian di hari Sabtu nya.
--
-
Fiona melepas pelukannya,
"Fiona, apa ini semua hanya mimpi? Jika iya, tolong cepat bangunkan aku!" Fiona menggelengkan kepalanya, ia juga ikut menangis saat memeluk Anna tadi. Sambil menengadahkan kepalanya ke langit, Anna melanjutkan kembali. "Jadi ini benar-benar terjadi? Kalau begitu aku akan meminta tuhan untuk membuatku tertidur dan bermimpi panjang." Fiona mengusap lembut bahu Anna, "Di kehidupan nyata semua akan tetap berjalan dan berlalu, bukan berarti dengan bermimpi kau bisa menghindari kenyataan itu, yang harus kau lakukan adalah tersenyum dan hadapi." Anna tersenyum dan menitikkan airmata kembali. "Terimakasih Fio," Kemudian Anna menatap langit kembali dan bergumam.
"Selamat Jalan Jemma, berbahagialah"✳✳✳✳
KAMU SEDANG MEMBACA
Gold Saturday
Teen Fiction"Tuhan jika semua ini hanya sebuah mimpi, aku mohon bangunkan aku. Namun jika ini adalah sebuah kenyataan, maka buat aku tertidur dan bermimpi."