4. Isn't He Precious?

2.1K 208 27
                                    

"Apa?! Uhuk... omona! Uhuk... ya ampun, Jaejoongie tolong tepuk punggung ku uhuk..."

Tiffany meletakan gelas orange juice pesanannya ke atas meja lantas memukul-mukul dadanya sendiri hingga lidahnya terjulur keluar. Aigo, ia tersedak.

Jaejoong berdesis, "Jangan bersikap berlebihan, Tiff," Serunya memajukan tubuh dan menepuk punggung Tiffany yang duduk dihadapannya, "Kau terlihat seperti ikan badut bertemu daratan." Imbuh Jaejoong terkikik geli.

Tiffany mendelik sebal ke arah Jaejoong namun tetap menerima botol berisi air mineral yang diberikan oleh gadis cantik itu. Diteguknya dengan brutal, kemudian membersihkan sekitar bibirnya dengan tiga lembar tisu, diakhiri dengan helaan nafas.

"Jaejoongie, kau berkomentar jika aku berlebihan?! Lantas apakah kau tak terkejut dengan permintaan Presdir tampan itu, huh?!"

"Tidak, aku bisa saja," Jelas dia berbohong.

Jaejoong menopang dagunya, mengetuk kelima jarinya pada permukaan meja sembari mengedarkan mata bulatnya ke sekeliling Cafetaria.

"Changmin kenapa lama sekali." Gumam bibir ranum sewarna bunga sakura itu seraya mengerucut.

Tiffany mendecakkan lidah pelan, "Dasar pembual!"

"Ige mwoya?" Spontan hidung Jaejoong berkerut dan menunjukan raut tidak terima akan perkataan Tiffany.

"Teruslah menyuruh mulut mu untuk mengelak. Aku bisa mengetahuinya hanya dari sorot mata besar mu, Jaejoongie."

Tiffany sungguh gemas dengan Jaejoong yang seringkali berupaya menyembunyikan perasaannya. Gadis cerewet itu cukup peka. Hanya melihat sorot manik kelam Jaejoong saja, isi hatinya sudah tergambar jelas.

Mata bening Jaejoong memicing, "Jeongmal? Apa kau seorang cenayang?"

"Aniyo, aku adalah Sekertaris Presdir Jung yang baru." Goda Tiffany.

"Stop it!"

"Never!"

Kerucut imut itu semakin terpantri jelas. Jaejoong segera memalingkan wajah—menghindari—seringai jahil Tiffany. Boneka hidup itu baru saja menceritakan peristiwa mengejutkan yang terjadi beberapa saat lalu kepada Tiffany dan sukses membuat si yeoja-serba-ingin-tahu itu menunjukan reaksi yang mengandung majas hiperbola. Berteriak seraya membulatkan iris matanya yang hampir melompat keluar dan tersedak dengan tidak cantik.

Akan tetapi, Jaejoong masih cukup sadar untuk tidak menceritakan semua yang terjadi. Tentu 'peristwa tanda kutip' yang berlangsung di dalam ruangan Presdir muda irit bicara itu tak ia beritahukan kepada Tiffany.

Gosh! Bisa gawat jika gadis cerewet itu mengetahuinya. Terkadang mulut Tiffany sulit dikontrol. Maka Jaejoong berhenti saat dia dan Presdir tampan itu berjabatan tangan.

"Jaejoongie,"

"Humm?"

"Kau menerima tawaran itu setelah melihat jumlah salary-nya?"

Jaejoong menatap Tiffany dengan satu alis terangkat, kemudian mengangguk.

Tiffany mendesis, "Aigo! Kkumkkae! Presdir Jung pasti berpikir kau ini wanita matrealistis."

Manekin cantik itu tersenyum masam, "Aku tidak peduli." Sahutnya acuh.

Jaejoong adalah seorang gadis yang tak pernah menutupi sesuatu atau bersikap munafik. Bila menyukai sesuatu, reaksinya akan secerah langit pagi. Tapi, jika sebaliknya, ia akan berkomentar secara gamblang. Kejujuran yang menyakitkan lebih mudah terobati dibandingkan kebohongan manis yang telah ditata sedemikian rupa. Ia sangat apa adanya.

AdrenalineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang