CHAPTER 1 - PLUVIOPHILE || Fragmen 2 Mesin Penenun Hujan.

273 17 6
                                    

Hujan yang sedari siang turun membasahi bumi mulai berhenti, seperti lelah melihat Juni yang masih saja duduk termangu, pandangan matanya kosong, entah apa yang sebenarnya ia lihat. Kekosongan di hatinya semakin terasa ketika ia menyadari muara dari segala rasa yang ia rasa telah menghilang di ujung senja yang mulai bewarna jingga.

Ingatan yang tersimpan di otak Juni seakan menyeretnya lebih dalam kedalam lubang penyesalan. Penyesalan karena ia tak bisa mengungkapkan apa yang sebenarnya ia rasa. Berpuluh kali ia mencoba mengutarakan rasa tapi percuma, semua memuai begitu saja. Nyali saja tak cukup, begitu pikirnya. Semua ini menyangkut masa depan, bahagia dan penyesalan. Dan Juni akhirnya lebih memilih penyesalan agar masa depan kebahagiaan nya benar-benar bahagia. Karena kebahagiaan nya adalah melihat Lova bahagia, tak lebih dan tak kurang.

Kepulan asap keluar beriringan dengan desah nafas Juni, kepulan asap beracun nikotin yang keluar dari bibirnya itu seakan membawa segala keresahan yang ia rasa meski hanya untuk sesaat. Semakin ia hisap semakin candu ia rasakan. Semakin ia buang semakin lega rasanya.

"Heh, ente kenapa melamun aja?" tiba-tiba suara yang terdengar familiar menyadarkan Juni dari bayangan Lova yang tadi pergi berlalu.

"Ah, Ahmad... Engga kok, aku nggak kenapa-kenapa," Juni menjawab dengan enteng, padahal jelas ia tengah didera Kegundahan.

"Lova lagi?" Ahmad bertanya dengan yakin. Namun Juni tak menjawab, ia hanya melihat ke arah bangunan di depan.

"Lama-lama ente bisa gila Jun," Ahmad berkata, sekedar bercanda.

Juni masih terdiam seribu bahasa namun di hatinya rangkaian kata satu persatu mulai menyatu membentuk sebuah kalimat, "Aku sudah tergila-gila pada Lova."

"Kalo ente beneran punya rasa sama Lova mending ente tetep usahain deh, perjuangin." Ahmad lalu menepuk pundak Juni.

"Tapi... Kita beda, aku dan Lova bagaikan kebalikan, kita bagaikan tak di takdirkan untuk saling bersama..." Ucap Juni lesu, pandangan nya kembali kosong.

"Merakit mesin penenun hujan,
hingga terjalin terbentuk awan
Semua tentang kebalikan,
terlukis, tertulis, tergaris di wajahmu
Keputusan yang tak terputuskan,
ketika engkau telah tunjukkan
Semua tentang kebalikan,
kebalikan di antara kita

Kau sakiti aku, kau gerami aku
Kau sakiti, gerami, kau benci aku
Tetapi esok nanti kau akan tersadar
Kau temukan seorang lain yang lebih baik
dan aku kan hilang, ku kan jadi hujan
Tapi takkan lama, ku kan jadi awan

Merakit mesin penenun hujan,
ketika engkau telah tunjukkan
Semua tentang kebalikan,
kebalikan di antara kita"

==============

Chapter 1.
PLUVIOPHILE

- Fragmen 2 -
Mesin Penenun Hujan.

Dengan perasan sumringah Juni melangkahkan kakinya menuju kostan yang letaknya di ujung gang, sesekali ia bersenandung meski hanya nada yang terdengar sumbang, tapi itu semua menunjukan betapa bahagia dirinya saat ini. Saat ia akhirnya bisa mendapat sebuah jalan untuk mendekati Lova.

Lova N.F itulah yang tertera pada nama di bbm Lova, dengan rasa kepo yang luar biasa Juni mulai mencari segala sesuatu yang bisa ia dapatkan untuk mengenal Lova lebih jauh. Di ketiknya nama itu di mesin pencari dan Voila! Beberapa situs tampak menunjukan apa yang Juni Ketik tadi Lova N.F. Mulai dari facebook, instagram bahkan blog yang sempat Lova tulis semasa ia kuliah dulu.

J U N ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang