"Bengong aja, lo Bro!"
Adriell tersentak, "Ah elo, ganggu orang aja sih Ken." Ucapnya.
"Ngapain sih? Ngelamunin Audi?" Tanya laki-laki yang di panggil Ken tersebut.
Adriell mengangguk, ucapan sahabatnya tersebut memang benar. "Masih aja sih El, kayak gak ada yang lebih dari Audi aja. Temen angkatan kita juga banyak yang cantik-cantik, gak Audi doang yang cantik." Lanjutnya.
Adriell menghembuskan nafas beratnya, "Edelson Keenan, yang panggilannya Ken, orangnya ganteng, gampang ngegebet cewe. Udah berapa kali gue bilang si-
"Gue itu gak sama kaya lo, yang gampang ngelupain masa lalu." Ken berucap dengan nada yang sama persis seperti Adriell biasa mengucapkannya, "pasti lo mau ngucap kaya gitu kan?"
Lagi-lagi Adriell hanya mengangguk pasrah. Karna memang itu yang akan ia ucapkan.
"Mau sampe kapan lo kejebak masa lalu? Gue sebagai sahabat sih miris aja ngeliat lo. Ganteng? Iya. Pinter? Iya. Anak basket lagi. Dari segi fisik sih, lo beruntung. Tapi, urusan hati kayaknya lo mesti banyak belajar lagi, deh."
Adriell hanya mengangkat pundaknya. Ia sendiri pun tidak mengerti tentang dirinya, hatinya, dan perasaannya. Gue emang paling lemah sama masalah ginian.
"Gue ke kantin dulu ya. Ikut nggak?" Tanya Adriell mengalihkan pembicaraan.
"Ah enggak deh, El, Lo aja." Jawab Ken.
"Yaudah, kalo gitu gue tinggal ya, Bro." Ucap cowok itu sambil berjalan.
"Semoga dijalan dapet hidayah ya!" Langkah Adriell terhenti. Lalu menengok ke belakang, ke arah Ken, di belakang sana Ken menyengir kuda. "Hidayah apa lagi?"
"Hidayah supaya bisa lupain Audi!" Teriaknya dari belakang. Adriell sekali lagi hanya mengangkat kedua pundaknya tak mau ambil pusing.
Soal hati gak ada yang bisa maksa kan?
***
"Pak, siomaynya satu ya." Ucap Adriell lalu kedua bola matanya beralih lagi ke layar ponsel miliknya, seolah disekelilingnya hanya benda mati yang membosankan. Padahal, suasana kantin siang ini sangat ramai.
"Nih nak, siomaynya."
Adriell merogoh sakunya, mengambil uang pas.
"Pak siomaynya satu."
"Yah, neng, siomaynya abis nih, yang punya mas itu porsi terakhir, maaf ya neng."
Pandangan Adriell beralih kepada dua objek yang berada di depan matanya. Seorang anak perempuan, dan bapak penjual siomay. Anak perempuan yang ia yakini adik kelasnya itu karna wajahnya sangat asing.
"Yaudah deh pak, makasih ya." Ucap Gadis itu, "Saya duluan ya, kak." Pamitnya sambil berlalu.
Lamunan Adriell buyar. Ia menatap adik kelasnya itu yang sedang berjalan ke arah luar kantin. "Nih pak, uangnya."
Dengan cepat, Adriell berlari menuju adik kelasnya itu yang semakin menjauh dari tempatnya berdiri tadi.
"Hai." Sapanya. Langkah Gadis itu terhenti dan membalikkan badannya. "Iya kak? Ada apa ya?"
"Lo yang tadi mau beli siomay itu kan?"
Gadis itu mengangguk. Manik matanya sayu. Manis batinnya.
Adriell menggelengkan kepalanya gak,gak, gak boleh.
"Kak? Kok ngelamun?"
"Eh- eh iya, nih, ambil aja siomay Gue."
"Gausah kak, gapapa kok."
"Pasti lo laper kan?"
Gadis itu menggelengkan kepalanya, lalu tersenyum. "Enggak kok kak."
Adriell terdiam. Tak lama dari itu, tangannya menarik pelan tangan gadis itu.
"Kak? Mau kemana?"
Adriell lagi-lagi terdiam. Ia berjalan ke arah meja kantin yang kosong. Sesampainya di meja, ia melepaskan tangan gadis itu. "Maaf."
"Nih, lo makan gih. Gue tau, lo laper." Adriell menyodorkan piring berisi siomay kepunyaannya. Gadis itu hanya terdiam bingung. Terlihat dari raut wajahnya.
"Kok diem? Ayo duduk. Gue gak bakal makan orang, kok."
Dengan pasrah Gadis itu duduk.
"Adriell." Ucapnya sambil mengulurkan tangannya.
"Marsha." Balas Gadis itu menyambut uluran tangan Adriell.
🎂🎂🎂🎂🎂🎂🎂🎂🎂🎂🎂🎂🎂🎂🎂🎂
KAMU SEDANG MEMBACA
Marsha & Adriell
Teen FictionPersahabatan diantara Marsha&Adriell. Mereka bersahabat melalui perkenalan insiden 'serah-serahan siomay'. Dua orang yang mempunyai hobi bertolak belakang tetapi mempunyai prinsip yang sama. Dua orang yang sama-sama mencari jati dirinya di sepanjan...