I'll always wait for you

1.7K 108 14
                                    

Author : Minsoo Kim
Pairing : Kookmin, slight!vmin
Length : 1k+ words
Rating : 17+
Genre : Angst, romance, drama, hurt and comfort
.
Sabar. Itulah yang selalu kulakukan setiap kali kumelihat dirimu yang selalu tak menganggap kehadiran diriku yang dulu kau katakan sudah berhasil membuat jatuh, jatuh hati kepadaku.

Aku akan selalu sabar, meski aku harus terpuruk menghadapi kenyataan bahwa dirimu tak lagi mencintaiku seperti yang kau rasakan dulu. Dahulu, saat kita bertemu.

2 tahun lamanya kita berhubungan, berawal dengan kata-kata manis yang tak usainya kau ucapkan padaku setiap hari, bahkan setiap waktu. Kau yang begitu memujaku, memperlakukanku bagai putri kerajaan yang mempunyai segalanya yang dibutuhkannya dan beranggapan bahwa aku adalah hidup dan matimu.

Di mana?

Di mana dirimu yang dahulu yang kutau begitu mengagungkan namaku?

Di mana dirimu yang dahulu menomorsatukan segalanya tentangku?

Di mana perlakuan manis yang selalu kau lakukan padaku?

Merengkuhku. Menciumku. Menyentuhku.

Walaupun begitu, aku akan selalu sabar.

Karena aku terlalu takut.

Takut untuk melepasmu.

Takut untuk melupakanmu.

Takut untuk menghilangkan sosokmu dari hidupku.

Aku adalah kekasihmu, bukan?

Dan kau masih mencintaiku, benar?
.
Tersenyum getir kala kulihat dirimu dengan terang-terangan berciuman di depanku. Kau terlalu sibuk untuk menyalurkan nafsu dan hasratmu melalui pagutanmu bersamanya, tak memperdulikan kehadiranku di sekitarmu. Yang melihat dengan jelas tangan liar itu mulai bergerilya menyusuri tubuh wanita tersebut.

Pasrah, aku menutup mata dan menghela napas berat sebelum beranjak pergi dari tempat mengerikan itu.

Aku pergi, lirihku, entah ditujukan untuk siapa.

Menatap langit malam yang begitu gelap, aku memejamkan mata dan menikmati hembusan angin yang menyapa wajahku dan menusuk sekujur tubuhku dengan dinginnya.

Aku akan menunggu, terus menunggu, bahkan tak lelah untuk menunggunya.

Menunggunya berubah.

Menunggunya untuk kembali menjadi dirinya yang dulu.

Dirinya yang begitu aku idamkan dan berharap untuk terus memilikinya.

Karena sesungguhnya, walaupun aku benar memilikinya, tetapi tidak dengan hatinya.

Segera kueratkan cardigan yang kukenakan saat ini untuk sedikit menghangatkan tubuhku yang sudah menggigil hebat karena udara dinginnya malam itu.

Aliran mata itu kembali turun kala kurasakan tangan kekar yang melingkar manis di pinggangku, mendekapku erat dan mengalirkan kehangatan dari tubuhnya yang memelukku dari belakang.

Selalu.

Ia selalu saja dapat membuatku terbuai akan sentuhan dan pelukan hangatnya, meruntuhkan pertahanan yang kubuat dengan sedemikian rupa untuk tak mudah percaya. Percaya akan perlakuan manis yang akan segera berakhir ketika pagi menjelang dan membuatku harus menyadari bahwa itu tidak akan bertahan lama. Hanya seperkian jam atau bahkan menit saja, mudah untuk dihitung. Miris, bukan?
.
"Itu siapa, Jungkook?" Menoleh sekilas memandangku, ia terus memperhatikan wanita di hadapannya. Cantik. Anggun. Sexy. Begitu menarik perhatian laki-laki manapun yang melihatnya.

"Bukan siapa-siapa. Hanya pembantu." Sasarannya kali ini mengangkat alis untuk melihatku dengan curiga, tetapi dengan mudahnya dia mengubah ekspresinya menjadi lebih ceria dan beranjak dari tempat duduknya, duduk di samping Jungkook -ya, itu adalah nama kekasihku-, dan memeluk lengan Jungkook dengan mesra, berkata padaku, "tolong buatkan aku dan Jungkook minuman ya." Sopan memang, tetapi tetap saja dapat membuatku tercekat akan kenyataan bahwa Jungkook mengenalkanku sebagai pembantu.

PatienceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang