Jongin buru-buru menutup jendela di rumahnya saat dirasa angin di luar sana sudah keterlaluan kencang. Hujan tak seberapa deras diluarpun jadi terlihat menyeramkan.
Ia menghela nafas, udara dingin dengan mudah masuk ke dalam ruangan yg ia sebut rumah. Tinggal di apartmen kumuh dengan sistem penghangat yang buruk mau tak mau harus membuatnya menerima keadaan ini.
DOK! DOK! DOK!
Jongin baru saja menyeduh kopi hangatnya saat suara mirip gedoran itu terdengar dari pintu depan. Awalnya ia berpikir mungkin itu adalah suara benda yang membentur pintu karna diterbangkan angin. Karna tak mungkin ada orang gila yg nekat keluar di cuaca se-ekstrim ini.
DOK! DOK! DOK!
"Jongin!"
Hingga suara itu membuatnya tersadar bahwa itu adalah suara seseorang.
Dengan cepat ia berlari ke pintu utama untuk membukanya. Angin menghantam tubuhnya bersamaan dengan hujan saat pintu kayu itu terbuka.Dan seseorang yang ada di balik pintu itu refleks ia tarik masuk ke dalam pelukannya bersamaan dengan pintu yang kembali ia tutup.
Deru nafas kedua lelaki itu seolah berlomba dalam keheningan.
"Dasar bodoh!"
Umpatan itu adalah yang pertama Jongin lemparkan saat melihat wajah pucat kedinginan seorang lelaki berbibir plum di hadapannya.Tak banyak bicara, ia memberi baju kering untuk dipakai lelaki itu. Karna demi apapun lelaki itu basah kuyup dan terlihat sangat kedinginan.
Kyungsoo, lelaki bermata bulat itu hanya menurut. Tak butuh waktu lama, hingga ia mendapati dirinya dalam keheningan lagi, duduk di samping Jongin dengan kondisi masih amat kedinginan. Susu hangat yang disodorkan lelaki itu tak banyak membantu.
"Disini dingin Soo, knapa keluar dari rumah?"
Kyungsoo menoleh pada Jongin yang hanya menatap kopi dengan asap mengepul di genggamannya.
"Rumahku jauh lbih dingin, Jongin.."
Rumah bak istana dengan fasilitas lengkap mlik Kyungsoo terlihat rapat yang bahkan mungkin jika ada badai sekalipun, tak akan ada sehembus angin pun yg akan masuk. Tapi Jongin mengerti dimana letak kedinginan yang dialami Kyungsoo.
Jongin terdiam kemudian beranjak dan kembali dengan sebuah selimut tipis di tangannya. Ia membawa tubuhnya merapat pada Kyungsoo dengan diselimuti kain tipis itu.
Kyungsoo tersenyum, ia menyandarkan kepalanya di dada bidang itu. Menikmati detakan jantung juga kehangatan yang ditawarkan lelaki berkulit kecoklatan itu.
"Ini baru yg namanya hangat.."
Jongin tersenyum, ia menelusupkan penciumannya pada rambut halus milik Kyungsoo.
"Rumah ini bahkan hanya sebagian kecil dari rumahmu. Disaat aku menginginkan kenyamanan yang kau dapat, kau justru pergi keluar dan datang ke dalam rumah kumuh ini."
"Aku ingin ada di tempat dimana ada dirimu, Jongin."
"Kau mau aku berapa kali memanggilmu bodoh, hah?"
"Panggil aku bodoh sebanyak yang kau mau, asal jangan pernah mengusirku dari sisimu."
"Bodoh bodoh bodoh!"
Pelukan itu mengerat bersamaan ciuman bertubi-tubi yang Kyungsoo dapat di kepalanya.
Kyungsoo mendongak untuk menarik kepala Jongin mendekat, mempersilahkan pria itu menekan bibirnya pada bibir milik Kyungsoo.
Pemuda yang lebih pendek di bawahnya itu dulu hanyalah seorang pelanggan setia kafe tempat Jongin bekerja. Kyungsoo sering datang hanya untuk memesan kue coklat juga latte macha. Kadang Jongin sadar bhwa lelaki itu datang hanya untuk memandanginya berseliweran dari meja ke meja untuk mengantarkan pesanan. Hingga suatu sore ia mendapat pria itu menunggu di gang pintu masuk belakang kafe. Bertanya dengan malu-malu 'Bolehkah aku mentraktirmu makan malam?'
Jongin bukan pria bodoh yang tak tau bhwa ini adalah ajakan kencan. Dan dengan senang hati, ia mengikuti pemuda itu.
Tujuan sebuah restoran daging besar mendadak membuat Jongin rendah diri. Di dalam bnyak sekali orang-orang dengan pakaian formal mereka yang tampak bersahaja ataupun pakaian kasual yg tampak menakjubkan di mata Jongin. Sedangkan dirinya hanya memakai mantel juga syal kusam yang bahkan terlihat memalukan jika disandingkan dengan Kyungsoo yang terlihat rapih dengan kemeja merah juga jaket hitamnya.
Ia sempat berpikir mungkin Kyungsoo hanya anak orang kaya yang berniat mempermalukannya. Tapi ia ragu saat melihat senyum polos juga semburat merah yang ia dapati saat tatapan mata keduanya bertemu.
Dan kedekatan itu masih terus berlangsung, bersamaan hilangnya semua prasangka buruk itu. Kyungsoo tampak polos seperti yang terpancar dari mata bulat itu. Bhkan lelaki 21 tahun itu mengakui dengan terang-terangan jika Jongin adalah cinta pertamanya.
Jongin tak mau mematahkan semua harapan Kyungsoo, hanya saja ia yakin seiring berjalannya waktu, perjalanan mereka takkan semudah itu.