"Matilah! Matilah! Kau adalah malapetaka bagiku, dasar upik abu! Dan asal kau tau, aku menikahimu karena ingin menguasai semua hal yang menjadi milikmu. Harta... Yaa aku ingin hartamu! Harta ayah tua bangkamu yang sudah tertelan tanah. Maka dari itu, aku tak ingin public tau jika aku memiliki istri memalukan sepertimu. Dan sekarang giliranmu! Giliranmu menyusul ayahmu! Selamat tinggal istri jelekku!!"
Duaaaar!!!
******
Silau...
Dimana aku? Kenapa banyak sekali alat melekat dalam tubuhku? Apa yang terjadi? Siapa yang membawaku kemari?
Tak lama, derap langkah semakin mendekat. Uhhh... Tubuhku susah sekali untuk digerakkan.
"Tolong deteksi Skala Glasgow dan berikan laporannya!"
"Baik, Dok! Skala Koma Glasgow, poin 3 respons verbal, poin 4 pembukaan mata, poin 3 respons gerak terhadap perintah." Aku sama sekali tak mengerti dengan apa yang diucapkannya. Koma? Aku koma? Benarkah?
Sebuah tangan bersuhu dingin membuka kelopak mataku. Menyoroti senter kesehatan yang ntah apa namanya, pada mataku. Yang aku lihat adalah sebuah senyuman lebar pria tampan yang sedang memeriksaku. Apa aku baik-baik saja?
"Syukurlah! Ini keajaiban. Setelah dua puluh hari, pasien sadar total dari koma pasca operasi. Sesuai dengan diagnosanya. Kerjasama yang bagus, Sus!" Dua puluh hari? Selama itukah? Aku mencoba membuka mataku yang terasa berat. Sekujur tubuhku lemas rasanya.
"Suster! Tolong periksa tekanan darahnya dan berikan antibiotik untuk mengatasi sisa racun karbon monoksida yang kemungkinan masih bersarang di otaknya. Saya permisi," ucap Dokter itu pada susternya. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa otakku sulit sekali berpikir?
******
"Sayang... Akhirnya kau pulang juga. Selamat ulang tahun pernikahan kita yang ke-2 ya. Aku bahagia hari ini." Itu aku! Ya itu aku! Aku ingat semuanya. Mimpiku menuntunku untuk mengingat semuanya.
"Jangan menyentuhku!"
"Ada apa denganmu?"
"Kita cerai!" Aku tampak kesakitan! Sakit hati! Apa yang dipikirkan pria itu?
Bagai sebuah movie, mimpi ini semakin menenggelamkanku. Menjawab semua kepenasaranku atas apa yang terjadi padaku.
"Hiks.. Hiks.. Kenapa kau tega padaku?" nafasku menggebu-gebu menyaksikan suamiku sedang bercumbu mesra dengan seorang wanita muda nan cantik pemilik rumah produksi yang sangat teramat kaya dan dikenal.
"Errghh!!" tangisku pecah dalam diam. Di balik tirai ini aku sendiri. Dengan kaki yang lemas bagai kertas. Kesetiaanku pada suamiku disia-siakan seperti ini. Jadi ini yang menjadikannya mengambil keputusan untuk menceraikanku. Sial! Hartaku! Tanahku! Rumahku! Perusahaan milik ayahku! Semuanya dia rebut! Dia bagai orang yang hebat di mata orang banyak. Lihat saja Nico Jeremias, aku akan berteriak pada dunia jika kau adalah penggila harta! Aku akan merebut kembali hartaku.
Bruk!!
Ahh sial! Kenapa ada pot bunga disini! Aku harus segera pergi dan mencari sertifikat itu. Iya, harus! Harus sekali!
KAMU SEDANG MEMBACA
SILVERELLA (Completed)
Fanfiction°°SVL°° Terima kasih, Gestazh Ali Hamizan. Kau hadir pada waktu yang tepat. Kau hadir menjadi pemadam kobaran api dalam hidupku. Biar ku ukir namamu agar terus abadi di dalam sini, dalam hatiku. ••Sharenia Prilly Adyamoca•• Silverellaku. Si penyayan...