Chapter 1

26.7K 1.6K 173
                                    

.

.

.

Sisi gelap bulan, tidak melihat satu sama lain.

-x-


Oh Sehun menikmati tawa ringan sepanjang siang ini berkat kepala berita yang tidak sengaja dilihatnya ketika mengganti-ganti saluran televisi. "Seluruh kehidupan Kkamjong sinting itu benar-benar hiburan," gumamnya geli.

Sebenarnya Sehun enggan mengakui pada dunia bahwa ia berteman dengan bejat seksual negara itu, tapi mau tidak mau begitulah kenyataannya. Menurut hukum alam, orang baik akan dipertemukan dengan orang baik, begitu juga orang jahat dengan sesamanya. Sehun memang tidak bisa mengaku dirinya suci dan polos, tapi setidaknya ia tidak membuat namanya muncul di televisi atau koran setidaknya tiga bulan sekali seperti yang terjadi pada Kim Jongin.

Tepat setelah siaran berita singkat itu berakhir, Sehun mendengar ponsel yang tergeletak di sebelahnya di sofa berdering. Ia melihat nama Park Chanyeol muncul di layar, kemudian menggeser ikon jawab berwarna hijau dan menempelkan ponsel ke telinganya. "Iya, aku sudah lihat," katanya tanpa repot-repot mengucapkan halo.

"Miss X itu perempuan bergaun merah marun yang muntah di samping mobil Kkamjong malam itu, kan?" Chanyeol terbahak begitu keras seakan-akan ia benar-benar menikmati kekacauan ini. "Astaga, dia menolongnya, lalu tidur dengannya, lantas dijebloskan ke pengadilan."

"Brengsek tolol," gumam Sehun tanpa merasa bersalah. Toh yang dikatakannya seratus persen benar. Jongin memang bisa sangat bodoh kadang-kadang. Malah setiap saat.

"Si kepala geng pasti murka sekali." Kepala geng adalah julukan dari Chanyeol dan Sehun untuk ayah Jongin yang sangat kaya, berkuasa, tua, dan otoriter (walaupun sebenarnya tidak satu pun dari mereka pernah bertemu dengannya langsung, hanya mendengar sedikit-sedikit dari Jongin, jadi penilaian ini sangat subjektif). "Berani taruhan Kkamjong akan muncul di kelab nanti malam untuk melampiaskan kemarahannya. Aku akan datang untuk menertawainya langsung."

"Aku akan menyusul," kata Sehun, bukan karena memang itu yang Chanyeol inginkan (jadi mereka bisa tertawa di atas penderitaan Jongin beramai-ramai), tapi lebih karena tidak ada hal lain yang bisa ia lakukan malam ini.

Chanyeol memutus sambungan, kemudian Sehun menelantarkan kembali ponselnya di sofa dalam keadaan telungkup. Sehun menatap kosong layar televisi yang sedang membicarakan fluktuasi atau apalah yang tidak Sehun pahami. Ia meraih remote dan mematikannya, dan apartemen kecilnya yang nyaris kosong terasa lebih hampa dari sebelumnya.

Sehun menghela napas sekali, dua kali, lalu bangkit dari sofa dengan satu tarikan mantap dan menyeret langkahnya ke arah dapur. Semoga saja masih ada telur atau apa pun yang layak dimakan, walaupun ia sendiri tidak yakin.

***

"Dasar tikus bau." Song Hanna sudah merapalkan segala umpatan yang berhubungan dengan tikus-kotor, licik, busuk, jorok, hina, jelek-sepanjang perjalanan di dalam taksi. Ia duduk dengan gelisah, pantat tidak benar-benar menempel di permukaan kursi yang keras, kedua lutut memantul-mantul cepat, tangan mencengkram sandaran kursi di depannya. Matanya yang bulat terpaku ke luar jendela seakan takut tempat tujuannya terlewat jika ia berpaling sedetik saja.

Taksi akhirnya berhenti di depan gedung bertingkat sebuah kelab malam elite di kawasan Gangnam. Melihat bagian depannya saja, kepala Hanna sudah sakit. Sakit membayangkan apa yang biasanya orang lakukan dan berapa banyak uang yang disia-siakan orang-orang kaya beruntung yang tidak tahu diri di tempat seperti itu. Ketika Hanna tiba di rumah tadi dan mendapati Hanbyul-adik bungsunya-tidak ada di rumah, Hanna langsung tahu ke mana tikus sial itu pergi. Ia tidak sengaja mendengarnya bicara di ponselnya tentang tempat ini beberapa hari yang lalu.

Racy LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang