"Innocent" Part 4

34 0 0
                                    

Novy Ciitra Pratiwi

(Namakamu) menghampiri Iqbaal dan membisikkan sesuatu. Tiba-tiba...

"Uhuks...uhuks.." Iqbaal terbatuk, kaget mendengar bisikan (namakamu) barusan.

(Namakamu) dengan tampang tak berdosanya menepuk-nepuk punggung Iqbaal agar batuknya segera reda.

"Udah gak usah kaget gitu. Lebay banget sih!" Ucapan (namakamu) membuat batuk Iqbaal semakin menjadi.

***

"Tuh orangnya." Tunjuk Iqbaal pada (namakamu) menunjukkan seorang gadis yang harus (namakamu) temui.

"Iya gue tau. Lo pikir gue nenek-nenek lupa sama muka tu cewek!" (Namakamu) meninggalkan Iqbaal, menghampiri gadis yang Iqbaal tunjukkan tadi, Bella.

"Hai, Bella kan?" Sapa (namakamu) dengan wajah ramahnya.

Bella menatap (namakamu) dengan mengerutkan dahinya. Mengingat-ingat wajah gadis ini.

"Gue (namakamu)." (Namakamu) menjulurkan tangannya.

Bella masih terdiam sejenak, sebelum memutuskan untuk merespon uluran tangan (namakamu).

"Ada apa?" Tanya Bella dingin.

"Hmmm... Gue mau jelasin kejadian kemarin. Gue gak ada hubungan apa-apa sama Iqbaal..." (Namakamu) bingung akan menjelaskan apalagi.

"Terus?" Bella menjawab dingin membuat (namakamu) sedikit kesal.

"Gue bingung jelasinnya. Kemarin itu gue pingsan di halte. Dan gak ada yang mau nolong gue selain Iqbaal. Iqbaal bawa gue ke kosannya karena kemarin gue sama sekali gak bawa identitas apapun yang bisa nunjukkin Iqbaal untuk tahu di mana rumah gue." (Namakamu) terdiam sejenak.

"Harusnya lo bersyukur. Iqbaal, cowok yang sayang sama lo itu ternyata bener-bener berhati malaikat." Ueek (namakamu) ingin muntah seketika ketika mengucapkan kalimat terakhirnya.

"Pokoknya intinya gue gak kenal Iqbaal." Hanya itu yang bisa (namakamu) jelaskan. Bingung karena Bella tak meresponnya, malah sibuk membuka-buka buku catatan yang digenggamnya.

"Ok. Udah?" Tanya Bella dengan wajah datar.

"Udah." (Namakamu) menahan kesalnya yang kini sudah naik mencapai ubun-ubun.

"Gue harus percaya sama lo?" Bella semakin sibuk membuka lembaran-lembaran bukunya.

"Enggak juga sih. Gue ngomong kaya gini karena disuruh Iqbaal. Jadi mau percaya atau enggak terserah lo. Ok?" (Namakamu) tersenyum lalu pergi meninggalkan Bella.

"Ish!" Bella menghentakkan kakinya, sangat kesal dengan sikap (namakamu) yang tak meminta maaf padanya sama sekali.

"Udah?" Tanya Iqbaal antusias tersenyum menatap (namakamu) yang melangkah mendekatinya.

"Udah!" Ketus (namakamu) melintas di depan Iqbaal.

Iqbaal bergegas melangkah dengan cepat menghampiri Bella yang sekarang duduk di bangku taman depan kampusnya.

"Bell." Belum sempat Iqbaal mengutarakan apapun tiba-tiba.

'PLAK'

Tamparan itu mendarat mulus di pipi Iqbaal, untuk kedua kalinya. Lalu Bella pergi meninggalkan Iqbaal yang masih kebingungan. Ada apa ini? Bukankah (namakamu) sudah menjelaskan semuanya? Iqbaal melangkah geram kembali menuju (namakamu) yang kini terlihat menyandarkan sebagian badannya pada motor Iqbaal sambil sibuk memainkan ponselnya.

"Heh! Lo udah jelasin semuanya sama Bella kan?" Iqbaal menyambar ponsel (namakamu) agar pandangannya terfokus menatap Iqbaal.

"Ish... Apaan sih! Balikin ga!" (Namakamu) kesal dengan tingkah Iqbaal yang seenaknya.

INNOCENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang