Chapter 33
Author's POV
Hari ini adalah dua hari sebelum acara prom. Row terlihat santai-santai saja karena ia sudah mempunyai baju yang akan dipakainya nanti, sekarang yang perempuan itu sedang lakukan adalah berguling-guling di tempat tidur miliknya. Sama sekali tidak ada kerjaan. "Row, mau sampai kapan kamu di dalam? Maukah kamu membantuku mencuci mobil?" ucap paman Thomas. Ya, pamannya Row yang dari New York datang kemari untuk menemani Row di Seattle.
"Hmm.. Aku sudah ada janji dengan teman untuk menghabiskan waktu bersama. Jadi, maafkan aku paman Thomas, aku akan membantumu di lain waktu." Teriak Row lewat balkon kamarnya. "Oh, lalu siapakah orang yang mengajakmu pergi?"
Terdengar suara klakson mobil dari luar, lalu orang yang didalam mobil itu mulai menampakkan dirinya. "Itu dia orangnya paman, aku pergi dulu." Ucap Row, sambil memeluk pamannya, "baiklah, jaga dirimu baik-baik ya Row." Row hanya menjawab dengan anggukan, Row pun mulai masuk kedalam mobil. "Jadi, sekarang kita akan kemana?" Tanya Row antusias, "Hm... Bagaimana jika kau dan aku uh- maksudku kita, menghabiskan hari ini bersama." Ucap orang tersebut. "Apa kau sudah mempunyai baju untuk prom?" "Um, belum." "Ayo kita cari baju untukmu!"
-•-
Mereka akhirnya sampai di suatu pusat perbelanjaan untuk mencari baju untuk Vesper. Sekalian untuk menghabiskan waktu bersama. "Hei! Lihat, aku pikir baju itu cocok untukmu. Ayo kita masuk dan mencobanya." Row melihat banyak sekali jas yang bagus. Row tenggelam dalam pikirannya, membayangkan bagaimana jika Vesper memakai stelan jas rapih itu sambil membenarkan dasi nya dengan smirk yang menempel di wajahnya.
Tap!
Seseorang menepuk pundak milik Row, ia pun mulai menoleh kebelakang dan mendapati Vesper yang sudah memakai jas. "Bagaimana menurutmu?" Row tak bisa berbicara. Lidahnya terasa kelu, "B-B-B" ucap Row terbata-bata, "just spit it out" ucap Vesper. "B-Bagus! Iya! Bagus! Itu terlihat cocok denganmu!" "Kau terlihat seperti memaksa. Hahaha, baiklah jika menurutmu itu bagus, aku akan membelinya. Terima kasih atas sarannya."
Row merasa apa yang ia bayangkan menjadi kenyataan. "Ayo, kita pergi lagi!" Ucap Vesper sambil menggenggam tangan milik Row. Ini seperti impian Vesper menjadi kenyataan. Row sama sekali tidak membantah ketika Vesper memegang tangan milik Row.
"Row," tanya Vesper sambil berjalan, "Iya?" "Kau adalah perempuan paling berbeda yang pernah kutemui." "Maksudmu apa dengan 'berbeda'?" "Maksudku, kau ini berbeda sekali. Dari awal aku mengenal dirimu hingga saat ini. Kau berbeda. Bisa dibilang berbeda 360 derajat." "Benarkah? Aku tidak merasa demikian." "Huft, kau saja yang bodoh." "Aku tidak bodoh, Vesper!" "Ya ya ya, terserah. Hei, kau lapar? Bagaimana kalau kita makan di restoran itu?" "Ayo!"
Sesampainya mereka sampai di restoran itu, Vesper mempersilahkan Row untuk duduk. "Kau tidak usah seperti ini bodoh." Ucap Row sambil tertawa kecil, "Apapun kulakukan untuk tuan putri dari kerajaan Aagart." "Vesper hentikan! Itu terdengar bodoh!"
Akhirnya mereka memesan makan. Vesper sengaja memilihkan Row makanan karena ia tahu kalau perempuan itu akan memilih makanan dengan porsi yang sedikit. Vesper tidak suka jika ia melihat Row makan dengan porsi yang sedikit. Disaat makanan itu datang, Row terkejut dengan ukuran makanan itu.
"Vesper, kau bercanda kan?" Tanya Row dengan nada tidak percaya. "Bercanda? Bercanda soal apa?" Lalu Row menunjuk kearah makanan yang memiliki porsi makan yang bisa dibilang tidak sedikit itu. "Oh, itu. Iya kenapa?" Tanya Vesper wajah seperti anak yang tidak berdosa. "Huft. Ini terlalu banyak, mana mungkin aku bisa menghabiskan ini sem-" Vesper langsung menghapus jarak diantara Vesper dan Row dengan memajukan badannya kearah Row.
"Vesper, apa yang kau lakukan? Ini di tempat umum." Ucap Row sambil menundukkan wajahnya pertanda bahwa ia malu. "Kau terlalu banyak berbicara. Aku tidak tahu cara untuk menghentikan omonganmu, dan aku hanya ingin membuat pengalaman untuk mencium orang di depan umum. Ini memang terdengar bodoh tapi apa salahnya." Row tak menjawab dan langsung memakan makanannya.
Vesper yang melihat Row hanya bisa tersenyum. Berpikir bahwa ia sangat beruntung bisa kenal dan juga dekat dengan perempuan yang ada di depannya. Tanpa berpikir panjang lagi, ia langsung memakannya.
Disela-sela waktu, kadang Vesper menyuapi Row dengan makanan miliknya, agar Row juga bisa mencoba makanan milik Vesper. Begitu pula sebaliknya. Beberapa orang yang melihat mereka hanya bisa tertawa kecil melihat keakraban dua manusia itu.
Setelah selesai makan, mereka melanjutkan perjalanan mereka. Vesper berniat untuk membelikan Row beberapa pakaian. "Row, maukkah kita ke toko itu?" Ucap Vesper sambil menunjuk kearah toko yang ia maksud. "Vesper, itu toko untuk perempuan." "Iya, aku tahu. Aku ingin mengajakmu kesana. Kau mau?" entah harus menjawab apa, sebenarnya Row ingin menjawab iya tetapi di sisi lain dirinya, ia juga ingin menjawab tidak. "Entahlah, aku bingung diatara dua pil-" "Baiklah, aku ambil itu sebagai jawaban iya"
Row dan Vesper mulai memasuki toko tersebut. Row sangat senang sekali karena sudah lama ia tak datang ke toko baju. Row akhirnya memilih beberapa baju dan mencobanya, "Row, jika kau sudah selesai, keluarlah aku ingin melihatnya." "Iya"
Setelah Row mencoba untuk yang ketiga kalinya, kali ini Vesper benar-benar dibuat tak bisa berbicara sama sekali. Dengan keberaniannya yang sangat tinggi, ia mendekat kearah Row dan berbisik, "Pakailah baju itu untukku." "Maksudmu, kau ingin aku untuk membelinya?" "Iya. Tenang saja, aku yang bayar." "Benarkah?" "Iya, tuan putri."
-•-
Setelah selesai jalan-jalan, kali ini mereka ingin pulang. Karena Vesper yang menyetir dan kebetulan hanya ada dia dan Row, Vesper sengaja untuk memilih jalan yang memutar. "Vesper, jangan bilang kau memilih jalan yang memutar." "Sayangnya, iya. aku memilih jalan yang memutar dan memakan waktu yang sangat lama." "Kenapa? Kau ingin paman Thomas memarahi dirimu hanya karena hal seperti ini? Kau tahu kalau paman Thomas itu sangat disiplin." "Benarkah? Sepertinya menarik." "Apanya yang menarik, Vesper? Yang ada kau dimarahi oleh paman Thomas." "Persetan soal itu. Yang jelas sekarang aku bisa menghabiskan waktu bersama dirimu."
Tanpa berbicara lebih panjang, Row akhirnya memilih untuk diam. Dia tak mau berbicara panjang lebar dengan Vesper hanya karena masalah yang sepele. Lama-kelamaan Row merasa kantuk mulai menyerang dirinya, menyadari hal tersebut, Vesper berhenti dulu dan mulai melepaskan ikatan rambut milik Row. Diam-diam, Vesper mulai mencium pipi Row.
Vesper tak tahan dengan perempuan di sebelahnya. Jika saja diperbolehkan ia ingin cepat-cepat meminang perempuan bernama Narrow Aagart ini. Karena Vesper yakin kalau Narrow Aagart itu memang dipasangkan oleh Vesper Botch. Oke, mari kita sebut kalau Vesper ini memiliki harapan atau impian yang sangat tinggi.
Kali ini, diantara mereka berdua tidak ada yang bersuara sama sekali. Vesper ingin berteriak saat itu juga, menyebutkan kalau Narrow Aagart itu miliknya. Tapi, sekarang adalah bukan waktu yang tepat untuk itu. "Vesper, kita masih di jalan?" tanya Row yang tiba-tiba bangun. "Iya, kenapa?" "Tidak. Vesper, tadi kau men-" "Iya." "Kenapa kau senang sekali melakukan itu?" "Itu karena, aku sayang padamu Row" "Tapi masalahnya aku tidak seperti itu, Vesper. Aku membencimu." "Aku tahu itu. Kau harus tetap membenciku sampai waktu itu tiba."
Row tidak mengerti maksud Vesper itu apa. Dia tidak mengerti maksud dari 'waktu itu tiba'. "Kau harus sabar menunggu, Row. Kau harus sabar."
END OF CHAPTER 33
Maaf kalau telat update🙏🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
Invisible
Teen FictionNarrow Aagart. Perempuan SMA tingkat akhir yang berbeda dengan murid-murid lainnya yang di sekolah. Ada satu murid lelaki yang bernasib sama dengannya. Kalian tahu apa? Mereka tidak terlihat ketika terkena air hujan. Berharap kalau hidupnya...