Aku ingin mati
sekarang..
•CHAPTER ONE•
Gadis itu mengerjapkan matanya perlahan, matanya tertuju pada jam beker di atas meja. 03.05 KST. Ia bangkit perlahan, menurunkan kakinya dari kasur dan melangkah keluar dari kamar minimalisnya yang sunyi.
Ruangan sebelah menjadi tempat tujuannya. Ia masuk dan memutar keran air, membiarkan dinginnya air menyentuh kulit, berharap kesepian itu ikut mengalir pergi bersamanya. Tapi tidak pernah terjadi.
Jihae, gadis bermarga Park itu kembali ke kamarnya, merapikan tempat tidur yang tak pernah terasa nyaman. Ia memasukkan buku pelajarannya ke dalam tas dengan rapi, seperti robot. Tak lupa, beberapa botol kecil dengan warna berbeda juga ikut masuk.
Gadis 18 tahun (usia Korea) itu akhirnya keluar dari rumah mewah yang selalu terasa dingin baginya. Ia menghirup udara malam yang sepi, menatap langit yang pekat, seolah memohon sesuatu yang tak pernah ia dapatkan.
Dia berjalan menuju tujuannya. Sebuah toserba 24 jam di pinggir jalan. Tempat dimana dia menghabiskan sebagian besar waktunya.
"Eoh, kau sudah datang? Aku harus keluar sebentar. Jaga tempat ini, ya," ujar pemilik toserba dengan nada singkat.
Jihae hanya mengangguk pelan dan duduk di meja kasir. Dia mengeluarkan buku dari tasnya, mencoba menyelesaikan tugas yang entah kenapa terasa tidak ada gunanya lagi.
.
.
.
Langit mulai terang. Di rumah Park, para pelayan sudah sibuk menyiapkan sarapan. Jihae kembali mengenakan seragam sekolahnya dengan cepat, tanpa suara. Ia membantu menyiapkan makanan di meja makan, namun keberadaannya tetap tidak terlihat. Ibu dan kedua saudaranya sudah duduk menikmati sarapan, seolah dia tidak ada di sana.
"Aku pergi," katanya singkat.
Seperti biasa, tidak ada tanggapan. Mereka bahkan tak meliriknya. Jihae tersenyum pahit, kemudian keluar dari rumah itu.
Berjalan tanpa arah, menunggu bus yang tak kunjung datang. Entah sudah berapa lama ia berdiri di halte, menunggu bus yang mungkin tak pernah ada. Akhirnya, ia memutuskan untuk berlari, menembus jalanan sepi, melewati gang-gang kecil. Jihae tak peduli lagi. Ia hanya ingin sampai, meski tak tahu mengapa ia masih berusaha.
Saat ia menyeberang, sebuah klakson keras terdengar.
"Tiiiinnn!!"
Mobil-mobil yang melaju kencang hampir menabraknya, tapi Jihae tak berhenti. Ia berlari tanpa peduli. Bahkan nyawa tak lagi penting baginya.
Seorang guru yang melihatnya dari jauh hanya menghela nafas lega setelah melihat gadis itu selamat tanpa luka.
"Jeoseonghamnida, saem," kata Jihae dengan senyum tipis yang tidak mencapai matanya.
"Baiklah, masuklah," jawab sang guru dingin.
Jihae kembali berlari, meski tubuhnya mulai melemah. Langkahnya terhenti sejenak, nafasnya semakin berat, dadanya terasa sesak. Ia merogoh tasnya dan mengambil botol air mineral serta sebutir obat kecil. Setelah menelan obat itu, ia melanjutkan perjalanannya.
.
.
.
Di tempat lain, seorang pria di dalam taksi hampir saja melihat sebuah kecelakaan. Seorang gadis nyaris ditabrak mobil taksi yang ia naiki. "Aish, apa gadis itu tidak punya mata?" omel sopir taksi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mianhae(미안해)✓
FanficMIANHAE SERIES I [END] Happy Reading!!! Biarkan aku menyerah... Biarkan aku pergi tanpa beban... Setiap kali aku menatap ruangan putih kosong ini, rasa hampa yang menyiksa terus menghujam hati... Apakah aku boleh berhenti mencoba? Apakah aku bisa be...