Ketika kesetiaan selalu merasakan kekecewaan
Ting
Pintu lift yang berada di rumah mewah itu terbuka.
Yoongi yang sepulang berbelanja bahan masakan untuk makan malam berjalan di dalam rumah megah bergaya klasik itu. Tangan putih nya menenteng dua buah plastik putih berukuran besar.Ia mengedarkan pandangannya keseluruh sudut ruangan, Berharap menemukan sosok lelaki yang telah menikahi nya.
Yoongi berjalan mendekati meja makan untuk meletakan barang belanjaannya bertepatan dengan sayup-sayup suara musik klasik yang terdengar dari lantai atas.
Dengan santai pria manis itu berjalan menaiki tangga lantai atas hingga suara musik klasik itu semakin terdengar mengalun nyaring.
Yoongi bertemu pandang dengan tubuh yang lumayan tinggi dengan sedikit punggung yang membungkuk yang saat ini tengah berdiri memunggunginya.
Suara musik klasik yang mengalun merdu di ruangan itu semakin mengalun nyaring.Dengan gerakan yang santai Jimin memilih buku di dalam lemari mewah yang terpajang serasi di ruangan itu tanpa menyadari Yoongi yang berada di belakang nya tengah berjalan dengan sedikit rasa kesal dihatinya sambil mendekati tape yang tertempel di dinding dekat lukisan. Yoongi mematikan tombol off sehingga suara musik seketika menjadi mati.
Jimin yang memang tengah menikmati irama musik klasik itu jadi tertegun. Ia menoleh sedikit ke samping ketika melihat sosok bayangan yang ia yakini adalah istrinya. Ia menyimpan kembali buku yang tengah ia baca saat Yoongi perlahan berjalan mendekat.
"Jimin-ah.. Kau sedang apa?"
Yoongi berjalan mendekat sambil memandangi tubuh Jimin yang membelakanginya."Tidak marah lagi, kan?" Lanjut nya yang kini tepat berada di belakang samping Jimin.
"Aku akan memasak untuk mu"
Diam.
Jimin tidak mau bersuara sedikitpun bahkan untuk sekedar menoleh pun ia tidak. Membuat Yoongi semakin mendekat untuk melihat wajah suaminya dari samping. Yoongi merasa sakit hati di acuhkan terus seperti ini.
"Jangan marah lagi". Kata Yoongi dengan suara yang ia buat sedikit ceria. Ia sedikit tersenyum gugup. Meskipun tak dipungkiri hati nya sesak dan tidak nyaman.
"Aku akan memasakan Salmon kesukaan mu. Kau mau, kan?"
Tidak ada jawaban.
Yoongi semakin sedih. Ia menghela nafas berat.
"Apa yang harus aku lakukan agar kau menjadi lebih baik?" Tanya Yoongi lirih. Ia memberikan usapan pada punggung Jimin. Sedikitnya ia sudah menyerah dengan sikap suaminya itu.
"Beri aku ciuman seperti dulu lagi".
Kedua mata sipit Yoongi melebar mendengar apa yang Jimin ucapkan."Eoh??"
Jimin berbalik begitu cepat dan mencekal kedua bahu Yoongi. Raut wajah lembut pria cantik itu berubah terkejut saat memandang pasangan nya yang tengah menatapnya tajam.
Jimin menatap intens setiap jengkal wajah Yoongi yang begitu ia rindukan, sampai kemudian tatapannya tertuju pada satu objek di wajah yang begitu ia sayangi itu.
Semakin intens Jimin mencoba menempelkan bibir hati pucat nya kepada bibir yang dulu menjadi miliknya. Tapi sama sekali di luar harapannya Yoongi malah menoleh kesamping untuk menghindari ciuman Jimin. Tubuh Yoongi bergetar takut.Jimin menatap tak percaya dengan reaksi Yoongi. Ia semakin mencekal lengan Yoongi kemudian dengan kasar membalik tubuh Yoongi dan menyentakannya ke lemari buku yang berada dibelakangnya.
Yoongi berteriak lirih menahan sakit di punggung nya saat tubuhnya dihentakan ke lemari buku dibelakangnya.