"Oraen maniya, Hyun."
Yonghwa berdiri di samping gadis itu, menatap bintang yang sedang dipandangi oleh gadis itu. Sesaat ia menyadari sesuatu, ternyata Seohyun-nya suka sekali menatap bintang.
Gadis itu belum juga menoleh padanya. Ia masih memandangi bintang yang hanya satu itu. Namun, ada yang berbeda. Tidak seperti sebelumnya, kali ini gadis di sampingnya itu memandangi bintang tanpa senyuman. Tatapannya kosong. Seperti ada sesuatu yang sedang memenuhi pikirannya.
Yonghwa memilih untuk tetap diam, ikut memandangi bintang itu. Ia sibuk berpikir, apa yang harus dilakukannya sekarang? Mengapa tiba-tiba gadis itu bersikap seperti ini? Apakah bentakannya seminggu lalu sangat membuat hati gadis itu sakit sehingga membuatnya membisu? Terlalu banyak pertanyaan dan tak ada satupun yang terjawab.
"Oppa, yeppeuji?" tanya Seohyun tiba-tiba, tanpa menoleh pada Yonghwa. Ia masih melipat tangannya di atas pagar pembatas sambil menatap jauh ke arah bintang.
Yonghwa kaget mendengar Seohyun-nya tiba-tiba bertanya. Gadis itu memang tidak pernah bisa ia tebak jalan pikirannya.
"Bintangnya cantik, bukan?" ulang Seohyun.
Gadis itu tersenyum, Yonghwa dapat melihatnya dari samping. Sudut-sudut bibir Yonghwa pun tertarik tanpa ia sadari, sudah lama sekali sejak ia melihat gadis itu tersenyum terakhir kali.
"Kau jauh lebih cantik, Hyun." sahut Yonghwa. Setengah jujur, setengah bercanda demi melihat tawa gadis itu.
Yonghwa lega, Seohyun-nya tertawa sambil menatapnya.
"Oppa, jangan coba-coba menggodaku," ujar gadis itu dengan sisa-sisa tawanya.
Yonghwa tertawa geli, ia tertangkap basah.
Seohyun kembali memandangi bintang itu. Yonghwa merasa gadis itu sedang menghindari percakapan dengannya. Demi apapun, Yonghwa tidak suka jika Seohyun terus seperti ini, membuat hatinya terus merasa pilu karena harus menahan hal-hal yang sangat ingin ia lakukan.
"Hyun-"
"Oppa, jangan bicara sekarang. Bicaralah nanti, sesaat sebelum kita pulang." sela Seohyun cepat.
Yonghwa menggigit bibirnya, mengumpat dalam hati. Bisakah mulutnya tertutup malam ini saja? Ia harus menahan keinginan hatinya, harus. Seohyun-nya sedang tidak ingin bicara dengannya sekarang.
Tangan Yonghwa mengepal. Ia tidak peduli kuku-kukunya itu membuat saraf sensoriknya merasakan sakit. Hal itu sama sekali tidak penting sekarang. Yang lebih penting adalah bagaimana ia harus menahan keinginannya untuk berkata bahwa ia sangat merindukan gadis itu selama seminggu kemarin, bahwa ia hampir saja gila selama seminggu kemarin, bahwa ia luar biasa senang telah melihatnya malam ini.
Tiba-tiba bunyi ponsel Yonghwa memecah keheningan. Ia segera mengambil ponselnya di saku celana. Siapa yang berani-berani meneleponnya di saat yang genting seperti ini?
Hampir saja ia mengumpat, namun tidak jadi ketika mengetahui bahwa ibunya yang menelepon.
"Yeoboseyo," Yonghwa menoleh pada Seohyun. Gadis itu sama sekali tidak menoleh padanya, terlihat tidak peduli untuk mengetahui siapa yang sedang menelepon dirinya.
"Yong, guru pembimbing Suneung* sudah datang. Cepatlah pulang," ujar ibunya di telepon.
Yonghwa menarik napasnya berlebihan.
"Cepat sekali dia datang, Eomma..." keluhnya. Ia masih ingin berlama-lama di tempat ini. Bahkan Seohyun-nya pun belum kembalj seperti biasanya. Ia sudah cukup gila melihat Seohyun yang seperti ini. Bagaimanapun, keadaannya harus kembali malam ini juga. Ia sudah tidak tahan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stars
Fanfic[COMPLETED] Yonghwa tidak tahu harus berbuat apa ketika Seohyun-nya tiba-tiba berubah sikap. Gadis itu selalu terlihat tenang, air mukanya tidak mudah ia tebak. Yang ia tahu, ia hanya melakukan hal yang menurutnya terbaik untuk gadis itu. Tapi apa y...