Temukan karyaku yang lain di Google Play
🍁🍁🍁
Lihatlah dunia yang penuh warna
Aku jadikan semua
Untuk kulukis sempurna
Dengan pewarna yang terpatri
Dalam hatiku
Aku tidak akan pernah mau
Menjadi objek lukisan yang lain
Akulah sang pelukis sejati itu
Melukis dunia adalah tujuanku
Semua punya mimpi
Yang harus diperjuangkan
Bertahanlah dirimu
Dalam tujuan sejatimu
Ayolah kawan bergeraklah bersamaku
Mewujudkan mimpi itu
Menjadi pelukis-pelukis sejati
Mencipta dunia baru
Dambaan setiap para perindu
(Tujuanku)
"Dad, Ayo kita berangkat!" ucap anak itu.
Dengan langkah tergesa-gesa, Iqbal keluar dari kamar di lantai dua. Dia menjinjing laptop kesayangannya. Pekerjaan yang belum usai akan ia kerjakan nanti di kantor.
"Iya sayang, came on! Kita berangkat. Cek dahulu barang-barangmu kuatir ada yang ketinggalan, sayang."
Anak itu menuruti perkataan ayahnya. Dia menyebutkan barang-barang yang sudah dipersiapkannya dengan keras.
"Buku-buku pelajaran, Nasi untuk lunch, semuanya sudah dimasukkan ke kantong. Satu lagi aku juga sudah menyiapkan nasi buat Papa."
Iqbal tersenyum. Badannya membungkuk untuk merangkul dan menciumi anaknya. Iqbal mencubit hidung anaknya sambil tersenyum.
"Anak cerdas. Siapa yang mengajarimu, sayang?"
"Tidak ada yang mengajariku, Dad. Aku sendiri yang merencanakannya."
"Aku sangat menyayangimu, sayang," Iqbal memeluk lagi anaknya.
"Me too, Dad," Hamza menjatuhkan kepalanya di pundak ayahnya.
"Dad, apakah Mama juga sayang pada Hamza?" tanya anak kecil itu sambil memandangi foto close up yang terpajang di dinding ruang tengah. Foto itu menampilkan wanita berkerundung warna merah hati dan berkacamata bening. Tentunya bergamis dan warnanya sama dengan warna kerudungnya, tapi foto itu tak menampilkannya dengan utuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Negeri Impian🌠
SpiritualNEGERI IMPIAN | a novel © 2016 by Jahar #87 Spiritual 310716 Sepotong kisah tentang Iqbal, Prita, Hamza dan bayang-bayang Zaskia di Amerika. Hamza, anak cerdas yang membutuhkan sosok ibu. Sosok ibu hanya bisa dia dapatkan dari Prita, sepupu ibun...