DUA

48 5 2
                                    

"Brakkkkk........" suara itu terdengar dari arah pintu kantin yang di pukul cukup keras. Serentak siswa-siswi yang berada di ruangan itu terdiam. tidak ada yang berani berkutik termasuk mbak siti dan bu Fatma si penjaga kantin. Semua nampak panik dan takut melihat raut wajah garang yang diperlihatkan pak Roy.

"Siapa yang bisa menjelaskan ini semua?" Pak Roy mulai membuka suara setelah beberapa saat bola matanya mengitari setiap sudut kantin yang sudah hancur porak-poranda akibat ulah Anton cs.

"A...Anu pak," ucap Yanto ragu saat hendak membuka suara.

"Anu apa hah? ngomong yang jelas !!" bentak pak Roy. membuat semua yang ada diruangan itu kembali terdiam.

"Lagi-lagi sekolah harus menanggung kerugian sebanyak ini. Saya tidak habis pikir bagaimana bisa, kalian para siswa-siswi tidak ada yang segera melaporkan kejadian ini pada saya" gumam pak Roy yang masih dihinggapi emosi yang meluap-luap.

"A.. Anu Pak si , si Anton sa.."

"Ohhh jadi begitu ya, Sudah saya duga, lagi-lagi Ulah Anton cs. Dimana dia sekarang?" belum sempat Yanto melanjutkan kalimatnya namun pak Roy sudah terlebih dulu memotong.

"Tadi ada anak kelas VIII.3 IPA yang lagi makan gorengan dikantin Pak, tiba-tiba Anton cs datang dan langsung menghajar anak itu" Jelas Bu Fatma yang mulai angkat bicara.

"Ya, Saya minta maaf atas kelakuan anak didik Saya bu. Ini semua terjadi diluar pengawasan saya. Tapi Ibu tenang saja, Saya sudah bicara dengan pihak sekolah untuk segera mengganti kerugian di Kantin akibat ulah Siswa saya." Ucap Pak Roy dengan volume suara sedikit lebih rendah.

"Iya terimakasih pak. Saya hanya berpesan sebaiknya siswa seperti Anton segera diberi peringatan agar tidak mengulangi lagi kesalahannya." balas Bu Fatma dengan nada menasehati.

"Hrghhhh... Ibu benar," Pak Roy mendesah kasar. Kemudian menyuruh siswa lainnya untuk segera masuk ke kelas masing-masing. "Ya sudah,, sekarang kalian semua masuk ke kelas masing-masing jangan ada lagi yang masih berkeliaran diluar atau saya akan menghukum kalian semua tanpa terkecuali !" Sergah pak Anton yang langsung dibalas dengan anggukan para siswa yang berhamburan masuk ke kelas masing-masing.

"Kalau saja saya tidak ingat jika orang tua Anton adalah Donatur di sekolah ini Bu, Saya pasti sudah mengeluarkan anak itu dari sekolah.." pak Roy menghela nafas kasar. sambil memijit-mijit keningnya.

"Kami tau Pak, pasti berat bagi Bapak untuk mengambil keputusan dalam masalah ini.." Balas Bu Fatma yang terlihat sudah lebih tenang.

"Ya sudah kalo begitu Bu, Saya pamit permisi dulu setelah ini saya harus ke ruangan BP untuk menyidang Anton cs dan anak yang menjadi sasaran hajar mereka." pak anton menyunggingkan senyuman ke arah BuFatma dan Siti kemudian berjalan menuju kelas VIII.3 IPA.

"Iya, Mari Pak..." Sahut bu Fatma dan Siti bersamaan.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

"duhh... sakit woy ! pelanan dikit donk.." rengek Andi pada Rika.

"Idihhhh.... lebay banget si lu, lu kan cowok, masa gitu aja langsung drop. Tahan dikit napa ! " Balas Rika yang masih tetap membalutkan kapas pada luka yang bersarang dikepala Andi.

"Udah sini gue aja yang obatin, lu mah gak ada cocok-cocok nya buat ngobatin orang" sahut Reni yang langsung merebut kapas dan obat merah dari tangan Rika.

"Ecieeeee.... lu  kok dari tadi diem aja sih Put, gimana kalo lo aja nih yang ngobatin lukanya Andi?" Tawar Reni yang langsung menyerahkan kapas beserta obat merah ditangannya kepada Putri.

Melati Ditengah BadaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang