Seorang gadis dengan busana rapi khas anak sekolah sibuk memutari kamarnya. Mengumpulkan barang-barang yang akan ia bawa di hari pertama sekolah. Siapa sangka dia bisa melewati berbagai hal untuk akhirnya lolos ke SMA favoritnya. Tidak salah, mengapa di pagi-pagi buta begini, ia sudah sibuk bersiap-siap.Pukul 6.20, ia sarapan bersama Ibu dengan roti bakar dan selai coklat.
"Aduh bu, gak usah jus jeruk deh pagi ini, nanti aku malah boker pas pelajaran." Larangnya pada Ibu yang tengah menuang jus jeruk ke gelas kosong.
"Loh ibu memang gak nuangin buat kamu, Alana." Ibunya menunjuk ke arah belakang. Maka sontak Alana memutar matanya jengkel menemukan sosok itu sedang cengir di depan pintu rumahnya. Ruang makan yang langsung berhadapan dengan pintu masuk, memudahkan Alana untuk menemukan Wisaka yang sedang melewati ruang tamu untuk ke meja makan.
"Lu kaga dibuatin sarapan ya sama emak lu?"
"Alana, gak boleh begitu." Tegur Ibu, lalu tersenyum pada Wisaka."Wisaka mau bawa bekal juga?"
Sedangkan Wisaka, tidak menghiraukan Alana sama sekali. Ia hanya menjawab ibu Alana yang mengeluarkan satu kotak bekal lagi dari rak dapur."Boleh tante. Kalau gak ngerepotin."
"Bilih tinti kili gik ngiripitin." Ejek Alana."Nyebelin banget."
Barulah Wisaka menoleh kepadanya. Alana sontak membuang muka. Karena kalau lama-lama menatap pemuda itu, bisa-bisa dia lupa diri. Bagaimana tidak, satu kompleks ini pun tahu, Wisaka itu gantengnya bukan maen.
Tapi tenang saja, Alana tidak gampang terjebak dalam perasaan hanya karena fisik.
"Lu kok cantik pas SMA? Kemarin SMP dekil banget seingat gue."
Alana melempar roti ke piring."Kenapa? Suka lu?"
"Kalau iya, kamu mau dijadiin pacar?"
Oh tentu saja, bukan hanya Alana yang melotot. Ibunya pun begitu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remaja
Teen FictionDi penghujung tahun 2015, Alana nyaris putus asa untuk mencari cara agar teman sehidup sematinya, Wisaka, berhenti memborbardirnya dengan perasaan yang dimiliki oleh cowok beken itu. Yang naasnya, Alana tolak perasaannya. Namun Wisaka yang penuh jeb...