After All

5 0 0
                                    

Aku menatapnya dalam, ia hanya tersenyum dan membuang pandangannya kembali ke buku yang sedang ia baca. Suara detak jam dinding terdengar mengisi kesunyian diantara kami. Kini aku juga ikut memalingkan wajah kearah balcony. Berjalan perlahan dan merasakan belaian angin pagi menerpa kulitku, terasa dingin. Aku menengok kembali kearahnya tapi lagi-lagi tulisan buku itu masih lebih menarik ketimbang aku. Menghela nafas, hanya itu yang bisa aku lakukan. Kini aku duduk di kursi kayu yang masih agak basah di beberapa sisinya karena hujan baru saja menyapa beberapa saat. Aku memeluk lutut dan membenamkan wajahku, hangat. Tapi hatiku masih terasa sangat dingin. Lelaki itu, seseorang yang sangat aku cintai. Belahan jiwa yang telah lama aku perjuangkan dan kini telah aku dapatkan. Aku sebenarnya tidak masalah dengan sikap dinginnya, tapi hari ini aku ingin menghabiskan pagi dengan peluk hangatnya dan merasakan hembusan nafasnya menghembus di pipiku.

Kini kali ketiga aku menoleh kearahnya lagi, Ia sedang tersenyum. Bukan kepadaku, tapi kepada layar handphone yang sedang erat ia genggam. Beberapa menit kemudian ia beranjak dari duduknya, masuk ke kamar. "Do you need something, Babe?" Ia hanya menoleh dan menggelengkan kepala, lalu melanjutkan langkahnya. Aku kembali ke ruang tempat ia berada tadi. Ia meninggalkan handphonenya di sofa, aku membuka chat terakhirnya dan ternyata dengan wanita itu lagi.

"Are you busy today? I need some help" 

"Not really, Help?" Wanita itu membalas setelah 10 menit berlalu

"That's good. Let's meet up at 9 at park" Lelakiku membalas secepat kilat

"Okay. But what kind of help that you needed huh?" Wanita itu membalas setelah 15 Menit

"I'll tell you later. See you there! or do you want me to pick you up?" Lelakiku terlihat begitu semangat

"NO! See you there!"

Aku meletakkannya lagi pada tempatnya. Lelakiku sungguh tak bisa lepas dari wanita itu. Wanita yang ia bilang cinta pertamanya dan kini ia anggap sahabatnya. Sebenarnya wanita itupun kerap bersikap dingin tapi lelakiku tak memperdulikannya dan tetap terus berusaha ada disisinya. Mungkin ini salahku karena membiarkan mereka tapi bila aku memaksakan kehendakku maka aku akan kehilangannya. Orang bilang aku bodoh dan aku akui memang iya, tapi aku melakukannya untuk diriku. Ini caraku bahagia dengannya. 

*********

Flashback

"Sorry I can't" Suara wanita itu terdengar amat dingin dan wajahnya pun tanpa ekspresi berarti. "But... This is my second time i confessed my feeling to you. Can't you see my seriousness of you?" Lelaki itu menggenggam tangan wanitanya dengan penuh harap. "I have a boyfriend. Just give up on me" Wanita itu melepas genggaman tangan sang lelaki. "Let's... Let's be friend" Lelaki itu kini mengulurkan tangan seraya mengajak berjabat tangan. "Okay! but later after your feeling faded" Wanita itu melipat tangannya di depan perutnya, membiarkan tangan lelaki itu kosong menggenggam angin. "I'll wait you as much as i can" Lelaki itu belum menyerah dan ia membuat sang wanita agak kesal. "Don't waste your precious time" Kini wanita itu meninggalkannya sendiri. Wajah lelaki itu terlihat sedih menatap punggung wanitanya menjauh dan menghilang dari pandangan. 

"You might be thirsty" Aku memberikannya sebotol air mineral. Ia membukanya dan meminumnya sampai habis setengah botol. "Thank you" Menutup botolnya dan meletakkannya begitu saja. "What are you doing? That's not your class tho" Aku menunjuk kelas kosong dibelakang kami. "Not your bussiness. I leave first. So bye" Sikapnya berubah 180 derajat. Jujur, aku menginginkan nada suaranya tadi, saat ia bersama wanita itu. Sikap lembutnya saat ia menggenggam tangan wanita yang sama sekali tidak menginginkannya. Entah mengapa ia jatuh mencintai wanita dingin seperti itu. Kini aku yang menatap punggungnya hingga tak terlihat lagi.

NOTHINGWhere stories live. Discover now