Menghitung waktu yang berjalan di jam tangannya Letta masih menunggu dihalte yang dekat dengan tempatnya berlatih balerina,sedari tadi memang angkutan umum sudah beberapa kali berhenti tepat dihadapannya,tapi sayangnya Letta menunggu yang lain untuk menjemputnya,namun sudah lebih dari satu jam Letta menunggu dia belum kunjung datang juga. Letta masih memperhatikan gerak - gerik jarum detik pada jam tangannya yang sudah berdetik 60 kali dan menggeser sedikit demi sedikit jarum menit.
Letta memalingkan wajahnya pada ruko - ruko pinggir jalan yang hendak tutup karna malam sudah tiba,Letta menghela nafas.
Udah dua jam kok belum datang ya?
Suara gemuruh dari atas langit lantas membuat Letta mendongak ke atas,kiranya sebentar lagi hujan akan turun,dan Letta tidak menyiapkan jaket ataupun payung untuk berjalan pulang. Letta akhirnya menyerah dari kegengsiannya untuk mengkontak Ethan yang sedari tadi belum datang untuk menjemputnya. Yang Letta perkirakan cowok itu pasti akan malas mengendarakan motornya untuk menjemput Letta pulang dari less balerina. Dan Letta tau alasannya,tapi Letta masih bisa kuat untuk menghadapi sikap Ethan yang berbeda padanya,hanya padanya.
Letta memencet beberapa kata yang akan dikirimnya pada Ethan,meskipun Letta tak yakin cowok itu akan membacanya atau tidak.
To: Ethan
Ethan,mau jemput? Letta udah nunggu dari dua jam yang lalu.
Setidaknya Letta bisa lega karena sudah mengirimkan siasat hatinya dari tadi yang lelah menunggu Ethan. Letta kembali memasukan handphonenya kedalam tas.
Udara semakin dingin,menembus pori - pori kulit Letta,memaksa cewek itu harus mengusap tangannya guna untuk menghilangkan dingin dengan telapak tangannya. Mengingat sekarang ia hanya menggunakan kaus oblong dengan celana jeans panjang dan sandal jepit. Letta merasakan rintik - rintik hujan mulai turun disertai angin yang kencang,rambut panjangnya ikut berterbangan searah dengan arah angin berhembus.
Suara gemuruh kembali datang,menghiasi gadis malang yang berdiri didepan halte ditemani lampu malam yang redup,toko - toko pinggir jalan sudah tertutup rapi,hanya ada satu warung kopi yang terletak lumayan jauh dari tempatnya berdiri. Letta ingin kesana meminum kopi hitam untuk menghangatkan tubuhnya,tapi hujan sudah mulai menjadi rintikan besar dan tidak memungkinkan untuk berlari ke sana,pasti badannya akan langsung basah kuyup karna hujan.
Letta kembali melirik jam tangannya,setengah jam sudah berlalu tapi Ethan belum juga muncul,Letta ingin menelfon taksi tapi ia masih ingin satu mobil dengan Ethan. Walaupun mungkin Ethan tidak akan akan datang,atau mungkin cowok itu sedang tidur dan mematikan ponselnya. Letta kembali mengambil ponselnya,dan mencari nama Ethan di kontaknya,lalu menekan icon hijau.
Lama,bunyi 'tut' berbunyi tapi Ethan belum juga menjawab panggilan dari Letta,Letta kira Ethan sudah tidur tapi nyatanya.
Nomer yang anda tuju tidak dapat menjawab panggilan anda...
Ethan me-rijec panggilan dari Letta.
Maka dari itu Letta akhirnya memencet nomer untuk memesan taksi,dan Letta cukup tau bahwa alasan Ethan tidak menjemputnya adalah; karna Ethan tidak mau,bukan karna ketiduran atau ponselnya mati seperti yang Letta kira.
♨
Letta membuka pintu rumah,menciptakan bunyi yang cukup keras hingga membuat cowok yang sedang menonton televisi itu mendongak. Letta sedikit kecewa pada Ethan karna nyatanya ia sedang bersantai dengan ponselnya tanpa kesibukan seperti tugas atau apa. Letta berjalan menuju kamarnya tanpa peduli tatapan dingin Ethan seakan membuatnya beku tak berkutik. Letta tidak marah hanya kecewa,karna dasarnya Letta memang tidak bisa marah dan tidak akan marah pada Ethan.
Letta melepaskan tasnya yang lumayan berat karna kostum balerinanya,sampai - sampai saat Letta melepas kostumnya Letta seperti terbebas dari beton bervolume ribuan ton. Letta mengambil jaket yang tersampir dibelakang pintu lalu mengenakannya,karna sedari tadi tubuhnya masih menggigil karna terkena angin malam lebih dari dua jam.
Letta kembali keluar kamarnya dan menuju dapur untuk membuat minuman hangat untuk menemaninya menyelesaikan tugas proyek yang diberikan oleh guru sastranya minggu lalu.
Sesampainya di dapur,Letta malah ingin berbalik lagi,jangan tanya alasannya apa,pastinya disana ada Ethan yang sedang menuangkan minuman bubuk rasa jahenya kedalam cangkir. Menyadari Letta berada disana,cowok itu menoleh,lalu dengan cepat menyelesaikan kegiatan membuat minuman jahenya lalu segera keluar dari dapur.
Tanpa sadar Letta menghembuskan nafas leganya,tangannya berpegangan pada daun pintu dapur,lalu menengok kebelakang,Ethan sudah tak ada disana,mungkin cowok itu sudah berada dikamarnya,dapat Letta tebak karna suara tv sudah tak terdengar lagi. Letta mengerjap sejenak kemudian berjalan menuju dalam dapur untuk membuat minuman hangat yang dari tadi ia lupakan ketika melihat Ethan.
Sejak pertama bertemu Ethan,Letta menyadari perubahan pada ekspresi cowok itu,ada rasa tidak suka yang nyata yang Ethan tunjukan padanya. Letta tidak tau alasannya hingga sekarang,saat ia dititipkan disini oleh ayahnya untuk 5 bulan terakhir ini,Letta merasa bulan pertama saja sudah serasa bagai terjebak dineraka dengan siksaan batin dari malaikat bertatapan dingin bernama Ethan.
Saat Letta menatap Ethan rasanya ingin lama namun tak bisa,Ethan tak pernah menatapnya lembut,selalu tajam dengan aura permusuhan yang melekat,saat Letta ingin berbicara dengan Ethan rasanya ingin sekali mengobrol lama namun tak kuasa,setiap kali berbicara Ethan tak pernah merespon,sekali merespon dijawab ketus parahnya sampai dibentak.Letta menyeruput kopi hitamnya seraya mengetik pada papan keyboard laptopnya,fikirannya campur aduk tak sepenuhnya fokus pada apa yang sedang ia kerjakan. Sedari tangannya sibuk mendelet beberapa kata yang tidak nuambung dengan materi,saking salah tulisnya ia malah menulis tentang curcolnya tentang Ethan.
Kesal,Letta menutup layar laptopnya lalu menyenderkan punggungnya pada penyangga kursi.Ditatapnya meja belajar yang terpaku foto Ethan yang sedang tersenyum,yang diam - diam dicurinya dari akun instagram Ethan lalu dicetaknya. Katanya,biar bisa mengkhayal bahwa suatu saat Ethan akan tersenyum seperti itu padanya,entah 'suatu saat' yang ia katakan itu akan terjadi atau tidak.
Tanpa sadar kedua sudut bibirnya tertarik keatas membentuk lengkungan senyum. Mengambil foto Ethan itu lalu memeluknya dalam - dalam,seakan foto itu adalah tubuh seorang Ethan yang nyata. Letta tertarik pada orang yang ia sebut malaikat yang memiliki tatapan yang dingin,Letta menyukai Ethan yang terang - terangan tidak menyukainya,tapi Letta tak akan menyerah,apa salahnya berjuang? Selama masih ada harapan, ya bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything I Didn't Say
Teen FictionLetta menyukai Ethan,walaupun Ethan membencinya dengan nyata. Letta memilih diam walaupun sesekali ia mencuri perhatian Ethan,tapi setelah berusaha dan hasilnya tetap sama tak pernah berubah,Letta menyerah dan memilih menyimpan rasa sukanya pada Eth...