Hai. Aku Jack. Aku berumur 22 tahun. Aku adalah seorang petani biasa yang mengharapkan hidup baru yang membawa kenangan manis dimasa kecil.
Rambutku bewarna coklat, begitu juga dengan mataku. Aku sangat suka memakai topi secara terbalik. Bandana merah hadiah dari seorang gadis kecil di masa hagiakan. laluku selalu kukalungkan di leherku.Gadis kecil itu...
Ketika aku berumur 7 tahun, di saat liburan musim panas, orangtuaku tidak bisa menemaniku liburan. Aku kesal, dan kabur dari rumah. Dengan uang tabungan yang seadanya, aku menaiki sebuah kapal sederhana yang membawaku ke sebuah kota kecil bernama Mineral Town.
Namanya juga tabungan anak umur 7 tahun, jadi biasanya tidak banyak. Ketika sampai di Mineral Town, aku baru sadar uangku habis hanya untuk perjalanan dari kota ke Mineral Town. Aku turun dari kapal, dan kapal itu pergi. Aku bingung. Aku akan kemana? Ingin kembali lagi, tapi tidak ada uang. Aku pun berjalan tanpa arah(awas nabrak!)
Aku keluar dari area pantai, dan di depanku tampak sebuah lapangan. Aku terus berjalan, berjalan, berjalan, hingga aku sampai di sebuah pertanian. Tiba-tiba, seorang laki-laki tua menghampiriku.
"Kamu siapa dan darimana, nak?" tanyanya.
"Namaku Jack. Aku tinggal di kota"
"Kenapa kamu bisa disini? Mana orangtuamu?"
"Ceritanya panjang, Kek..."
"Kalau begitu ayo masuk dulu..."
Aku pun masuk ke rumah kakek itu. Rumahnya sangat sederhana. Aku disuruh duduk di sebuah sofa kecil. Aku disuguhi teh, dan aku pun mulai bercerita apa yang terjadi pada kakek itu.
"Oh, begitu" kata kakek itu.
"Berapa nomor telepon orangtuamu?" tanyanya.
Aku pun menyebutkan nomor telepon orangtuaku sementara kakek itu mencatatnya.
"Kalau begitu, Kakek pergi dulu ya. Kakek tidak punya telepon, jadi Kakek akan menelpon di telepon umum"
Aku mengangguk. Kakek itu pergi. Setelah sekitar 15 menit, kakek itu kembali lagi.
"Kakek sudah menelpon orangtuamu. Mereka bilang kau boleh bermain disini seharian"
"Benar, Kek!?"
"Iya"
"Hore!" teriakku senang.
"Tapi, Kakek tak bisa menemanimu. Kakek sibuk"
"Tidak apa-apa, Kek! Aku akan jalan-jalan saja!"
"Hati-hati, nanti kamu tersesat"
"Jangan khawatir, Kek!"
Aku pun segera pergi ke sebuah gunung yang kakek itu bilang bernama "Mother's Hill". Wuiiih, jalannya menanjak, aku yang memang tidak terbiasa dengan yang seperti ini langsung kecapekan. Baru setengah perjalanan untuk sampai ke puncak gunung, aku melihat ladang bunga. Rumput-rumput disana kelihatannya lembut. Aku pun menuju kesana dan membaringkan tubuhku. Wah, disini sejuk sekali! Beda sekali dengan di kota. Aku memejamkan mataku dan tanpa sadar aku tertidur.
"Hei!" panggil seseorang. Dia mengguncangkan tubuhku.
"Hei!" panggilnya lagi.
Dengan malas, aku pun membuka mataku. Samar-samar, aku melihat seseorang. Aku pun menggosok mataku. Barulah aku menyadari yang membangunkanku adalah seorang gadis kecil yang kira-kira seumuran denganku.
"Syukurlah! Aku pikir kau sudah mati" katanya lega.
Mati!? Mana mungkin cuma tidur sebentar aku bisa mati!? Lagian, aku belum mau! Aku kan masih kecil, masih imut(hahaha), masih banyak yang akan kulakukan!
"Kau datang dari kota, ya?" tanyanya lagi.
Aku mengangguk. Aku pun segera berdiri.
"Mau nggak bermain denganku? Aku tak punya teman untuk bermain di gunung ini"
"Oke" jawabku singkat.
Kami pun bermain bersama, dan memandang pemandangan di puncak gunung. Pemandangan disana hanya bisa kuungkapkan dengan dua kata: Very beautiful! Tapi masih ada kata-kata yang lain sih, misalnya Amazing, interesting, atau apalah... Tiba-tiba gadis kecil itu bernyanyi. Aku pun memejamkan mataku, mendengarkan lagu itu. Lagu itu sangat bagus. Aku pun minta gadis kecil itu mengajariku lagu itu. Akhirnya kami bernyanyi bersama.
Kami sangat kelelahan. Kami kembali ke ladang bunga. Kami duduk disana, menikmati indahnya ladang bunga. Aku pun memetik salah satu bunga bewarna putih dan menyelipkannya di atas telingaku. Aku pun bertanya pada gadis kecil itu sambil menunjuk bunga putih di atas telingaku itu:
"Bagaimana penampilanku?" Tiba-tiba gadis kecil itu tertawa.
"Aneh" jawabnya.
"Sepertinya betul" kataku sambil memindahkan bunga itu ke atas telinganya.
"Lebih cocok denganmu" sambungku sambil tersenyum.
Muka gadis itu memerah. Tiba-tiba dia mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Sebuah kain bewarna merah. Dia mengalungkannya di leherku seperti bandana.
"Apa ini?" tanyaku.
"Hadiah dariku. Aku juga punya, warnanya putih" jawabnya sambil menunjukkan kain bewarna putih.
"Terima kasih! Akan kujaga baik-baik!" kataku sambil tersenyum. Dia membalas senyumanku.
Aku membaringkan tubuhku di rumput yang lembut itu. Angin meniup rambut coklatku. Gadis kecil itu juga kini berbaring di sebelahku. Suasana hening selama beberapa menit.
"Kapan kau akan kembali ke kota?" tanyanya memecah kesunyian.
"Belum tahu juga"
"Kalau kau kembali ke kota, jangan lupakan aku, oke?" pintanya sambil menyodorkan jari kelingkingnya padaku. Aku pun mengenggam jari kelingkingnya dengan jari kelingkingku.
"Oke" jawabku singkat.
Hari sudah semakin siang. Aku pun kembali ke pertanian, dan dia kembali ke rumahnya. Setelah makan siang, kakek itu berkata pekerjannya sudah selesai, jadi dia bisa menemaniku bermain. Aku sangat senang. Aku diajari naik kuda, memancing, bertani, berkebun, dan lain-lain.
Kakek itu mengajakku mengeluarkan ayam-ayam dari kandangnya. Kakek itu mempercayakan aku untuk mengarahkan salah satu dari sekian banyak ayamnya. Aduh, seekor ayam saja aku sudah kerepotan setengah mati. Ayam itu kabur, dan aku mengejarnya. Mengira aku menganggu ayam itu, ayam-ayam yang lain yang sedari tadi digiring kakek jadi marah dan mengejarku. Dikejar segerombolan ayam, aku langsung kabur. Untung ada anjing kakek yang menyelamatkanku. Anjing itu menyalak membuat ayam-ayam sok jago itu ketakutan. Aku pun tersenyum penuh kemenangan.
Ketika tiba saatnya mengeluarkan sapi dari kandangnya, aku menaiki sapi itu. Ternyata menaiki sapi lebih tenang daripada menaiki kuda. Karena terlalu senang dan tidak pegangan erat, ketika sapi itu berbelok aku terjatuh. Aduh, sakit tahu!
Tak terasa hari sudah sore. Hari yang menyenagkan telah berakhir. Kakek berkata orangtuaku telah menghubungi dan akan menjempuku sekarang. Ah, sebenarnya aku tak mau! Tiba-tiba, gadis kecil itu datang.
"Jadi kau akan pulang?" tanyanya sedih.
"Iya..." jawabku lesu.
"Aku pasti akan kesepian... Tapi, kau akan kembali lagi, kan?"
Aku mengangguk pelan.
"Ingatlah, kau berjanji..."
Kemudian, orangtuaku menjemputku. Gadis kecil itu melambaikan tangannya sambil mengenggam kain putih itu. Aku pun melakukan hal yang sama dengan kain merahku.
Dan sekarang, sesuai janjiku padanya, aku berlayar ke Mineral Town. Ini sudah 15 tahun. Aku sangat tidak sabar. Lagipula aku khawatir pada kakek itu karena sejak sekitar setahun yang lalu tidak membalas suratku lagi. Mineral Town, aku datang!
To be continue
____________________________________Terus baca kelanjutan ceritanya,
dan jangan lupa Vote and share ketemen kalian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harvest Moon : Story Of Season
Romance[Tamat] Jack pemuda yang diberi warisan kebun dan peternakan oleh kakeknya. Dan ia mencari cinta pertamanya yang bertemu di bukit Mother Hill, saat ia pertama kali mengunjungi kebun kakeknya dulu di Mineral town.