D U A

142 16 1
                                    

Rein menaiki tangga dengan cepat. Ketika kakinya menginjak lantai dua, langkahnya memelan. Ia berhenti di depan sebuah kamar yang pintunya tidak sepenuhnya tertutup. Dengan tubuh bersembunyi di balik dinding, ia melongokkan wajahnya ke dalam kamar, dan mendapati Arion tengah berdiri di depan kaca besar sambil memasang dasi.

Arion terlihat rapi, siap untuk berangkat bekerja. Tubuh pria itu dibalut dengan kemeja hitam pas badan dan kaki jenjangnya dipakaikan celana bahan berwarna hitam. Sedangkan dasinya—well, dasi hitam dengan motif garis-garis putih.

Batin gadis itu berteriak girang. Dengan pelan ia mengetuk pintu kamar, bertingkah seolah ia baru saja datang. "Mas mau berangkat ke kantor hari ini?" Ia berjalan masuk, tidak peduli dengan Arion yang belum mengizinkannya masuk.

"Ya, mungkin Mas akan pulang telat malam ini. Jadi kamu makan malam duluan saja, nggak usah tunggu Mas." Arion memasang jas hitam di tubuhnya, berkaca lagi sebentar, lalu berbalik menatap Rein dengan tatapan tajam. "Kamu hari ini ada jadwal kuliah kan? Profesor Herman sudah telepon Mas tadi, jadi nggak ada alasan kamu mangkir dari kuliah kamu hari ini."

Rein merengut. Rencana mangkirnya sudah terbaca oleh Arion rupanya. Tapi tidak bisa. Bukan Rein kalau ia tidak bisa melanggar perintah Arion. Hari ini ada jumpa penggemar dengan Rizky Fabian, seorang penyanyi yang sedang naik daun. Acara tersebut akan diadakan di sebuah restoran di salah satu pusat perbelanjaan. Masalahnya, acara itu dan jam kuliahnya bertabrakan. Dan Rein, sebagai penggemar dari Rizky Fabian, bersumpah harus datang ke acara tersebut. Meski harus mangkir lagi dari kuliahnya. Toh, jatah absen tiga kalinya masih tersisa satu kali lagi untuk mata kuliah hari ini.

"Mas tenang saja. Rein pasti nggak mangkir lagi kok hari ini." Rein tersenyum manis, berharap Arion percaya dengan senyumannya. "Istri Mas ini nggak akan buat Mas malu lagi kok."

Arion mendengus. "Mas pegang janji kamu." Seusai berkata seperti itu, Arion meninggalkan Rein di kamar itu.

Sepeninggal Arion, Rein berjalan menuju jendela besar yang menghadap ke halaman depan rumah. Dapat ia lihat Arion masuk ke dalam mobil yang tak lama kemudian melaju keluar gerbang. Rein menghela napas panjang. Wajahnya berubah sendu.

Arion Putra Mandala dan Rein Adrianne memang sepasang suami-istri. Pernikahan mereka sudah berjalan setahun. Mereka menikah ketika Rein berumur 20 tahun. Dan ya, mereka dijodohkan. Perjodohan yang tidak diinginkan oleh Arion.

Rein ingat ketika pertama kali perjodohan tersebut disampaikan. Di hadapan Rein, Arion menentang keras perjodohan itu. Bahkan hingga bertengkar dan saling berteriak dengan ayah pria itu. Natasha, ibu Arion, sampai pingsan melihat pertengkaran suami dan anaknya itu.

Setelah pertengkaran itu, perjodohan tersebut tidak pernah dibahas lagi. Rein yakin perjodohan itu batal mengingat kerasnya penolakan yang dilontarkan Arion. Tapi sebulan kemudian, tiba-tiba saja Arion datang ke rumahnya. Lalu berkata dengan wajah datar bahwa ia akan menikahi Rein.

Hari itu pertama kalinya ia kembali bertemu dengan Arion setelah sebulan tidak bertemu. Ia dan Arion selalu bertemu setiap hari, bahkan ketika bertengkar sekalipun. Tapi karena perjodohan itu, Arion menjauh. Tidak ada lagi Arion yang selalu mengantarjemputnya, yang mengajaknya makan siang bersama, yang selalu membantunya mengerjakan tugas.

Arion menjadi jauh sekali. Hingga sekuat apapun Rein berlari untuk menggapainya, Rein tidak akan bisa meraih pria itu. Karena ketika Rein berlari, maka saat itu pula Arion akan berlari.

o000o

14 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang