chapter 25

103 12 0
                                    

Annisa terbangun karna mendengar suara tangisan, mata nya menyesuaikan dengan keadaan disekitarnya yang masih nampak buram dia melihat kearah eka yang masih tidur lalu menoleh kearah alifah yang tidur meringkuk seperti janin menghadap lemari, bahu nya berguncang seperti orang sedang menangis.

Annisa menghampiri alifah, dia memegang bahunya. Seperti nya dia terkejut karna tubuhnya menegang alifah membalikkan badannya dan langsung duduk memeluk annisa.
"Gua takut nis..."ucapnya lirih
"lu masih parno?
"Bukan"
"Trus...?!"
"lu gak bisa liat tapi kayaknya cuma gua doang yang bisa"
Annisa melepaskan pelukannya dan menatap mata alifah yang masih basah.
"Maksud lu? Liat paan?"
Alifah hanya diam membisu dan menatap ke satu arah di belakang annisa muka nya nampak pucat.

Annisa mengikuti arah pandang alifah tapi dia tidak melihat sesuatu lalu kembali menatap alifah yang juga melihatnya.

"Lu liat apaan?"
Alifah hanya menggelengkan kepala dan menunduk.

"Yaudah gua gak maksa kalo lu gak mau cerita mungkin nanti lu bakal cerita, gua temenin lu tidur"

"Makasih ya nis"
Mereka berdua kembali tidur dengan posisi berhadapan satu sama lain.

Keesokan pagi-nya mereka berangkat menuju rumah para tetua desa dengan berjalan kaki. Rumah para tetua desa terletak di kaki bukit hanya ditempuh dalam waktu setengah jam, disekeliling mereka hanya pepohonan jarang terlihat rumah warga karna rumah para tetua desa dibuat terpencil.

Selama di perjalanan mereka hanya diam membisu kecuali saat di tanya oleh pamannya irfan dan itu juga dijawab sekedarnya.
Alifah slalu menatap jalanan di bawahnya tangannya memegang rafa dengan erat.

Mereka berhenti di depan sebuah rumah yang nampak sederhana namun sangat rapih, rumah itu dibuat model panggung terbuat dari kayu yang dicat coklat di halaman depannya terdapat kolam ikan dan berbagai macam tanaman.

Irfan mengetuk pintu coklat itu, lalu setelah dibuka muncul seorang perempuan yang kira kira berumur 42 tahun
"Mencari siapa?"tanya nya
"Kami mencari para tetua desa ingin meminta bantuannya"ungkap pamannya irfan
"Silahkan masuk"
Mereka semua masuk satu persatu "mereka ada disini"perempuan itu membuka pintu sebuah ruangan. Dan didalamnya terdapat seorang pria tua yang terlihat bijak sedang duduk dan membaca sesuatu.

"Permisi. Ada yang ingin bertemu"
Mereka bertujuh duduk dihadapan tetua desa dan perempuan tadi segera keluar.
"Kalian bisa memanggil saya datuk, ada apa kalian kesini?"ucapnya sambil tersenyum ramah

"Kami ingin meminta bantuan anda"ucap irfan

"Bantuan?"tanya

"Yaa annisa eka dan alifah teman kami sepertinya sudah terkena kutukan desa itu"ucap putra sambil menunjuk satu persatu

"Bisa kalian ceritakan lebih jelas!"datuk memandang ke arah annisa

"tentu"annisa menceritakan secara detail kejadiannya dan disimak oleh yang lainnya, Alifah hanya menunduk kebawah dan wajahnya tampak resah sampai annisa selesai bercerita.

"Tenang dia tidak bisa masuk kesini. Kau melihatnya bukan?"datuk menepuk pelan bahu alifah.
Dan alifah hanya mengangguk sebagai jawabannya.

"Bisa kalian ber-empat keluar dari sini saya ingin bicara dengan mereka bertiga"putra rafa irfan dan pamannya menyetujui lalu mereka keluar.

"Bagaimana wujudnya alifah?" tanya datuk dengan suara yang ramah dan lembut

"Wajahnya tidak jelas tubuhnya kurus seperti hanya tinggal tulang mereka merangkak dengan cepat suaranya seperti tulang yang patah kulitnya hitam seperti terbakar"jawab alifah pelan

Mystery A VillageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang