Elise

Satu

Matahari yang biasanya masih bersinar dengan sisa-sisa semangat, kini sudah tertutup oleh awan pekat...

Cahaya senja yang biasanya masih bisa untuk bercengkrama diluar, kini mulai pudar...

Langit yang biasanya masih menampakkan keindahan perpaduan warna biru bak laut lepas dan putihnya awan seperti kapas, kini sudah tertutup oleh awan mendung yang juga tidak mengurangi keindahan dari penciptaan Sang Pemilik...

Kupacu motorku dengan kencang agar segera sampai ke apotek yang jaraknya 2 km dari rumah. Pukul 17.00 yang biasanya masih terang benderang, kini sudah menampakkan kegelapannya walau setitik air belum jatuh.

Tidak begitu ramai jalanan sore ini, mungkin karena orang-orang sudah masuk rumah. Atau mungkin memang enggan keluar karena melihat kondisi langit yang sedemikian rupa. Padahal hari ini adalah hari libur, dan biasanya jalanan ini selalu ramai oleh orang-orang yang sedang mencari angin.

"Kring" suara bel yang baru saja aku bunyikan di meja apotek.
"Iya tunggu sebentar" terdengar sayup dari dalam ruangan suara perempuan penjaga apotek.
"Maaf tadi saya abis kebelakang, hmm ada yang bisa saya bantu?" dengan suara lembut dan sopan penjaga apotek itu sembari tersenyum ramah kepadaku.
"Beli kain kasa, kapas, betadime, ama plester, ada?"
"Oh ada, tunggu sebentar ya. Duduk dulu mba" mempersilahkanku untuk duduk di bangku pojok dekat lemari khusu multivitamin.

Enak juga ni apotek, udah dingin, bau obatnya gak terlalu mencolok, nyaman lagi. Heeeh jadi pengen nginep disini, haha.

"Ini mba barangnya" suara apoteker yang berhasil memecah lamunanku.
"Ohh i.. iya. Berapa mba?"
"Semuanya Rp. 41.500"
"ini mba, trimakasi"
"Iya sama-sama" tak luput dari senyum penjaga apotek.

Duh gila makin mendung aja, mati ni gua kalo keujanan dijalan. Luka ayah pasti tambah parah. Harus gece-gece balik ni.

Dengan cepat kubelokkan motor dari parkiran apotek dan segera meluncur dengan kecepatan 60km/jam.

Aduh mampus bensin mau abis, ah yampun.

Sekitar 100 meter dari rumah, tiba-tiba... Brakkk!!!...