Udara di pagi itu cukup dingin, membuat burung-burung masih tetap terdiam didalam sangkarnya. Awan-awan yang kelabu menutupi cahaya matahari pagi. Memang bukan awal yang baik untuk memulai hari .
Di tepi trotoar, seorang remaja laki-laki bersweater kelabu dengan seragam putih abu-abunya sedang berjalan menuju sekolah. Dengan poni yang menutupi sebagian wajahnya, meninggalkan mata kananya yg terbuka. Tatapannya sayu, seperti-orang yang datang ke pemakaman.Ia mendapati seekor anak kucing yang kedinginan didepannya. Sang remaja terdiam dihadapan anak kucing itu.
"Meow..meow.."
Wajahnya yang semula kosong tanpa ekspresi, tiba-tiba berubah menjadi senyuman kecil. Ia berjongkok dan menggambil sesuatu dari backpacknya. Sebuah syal biru, untuk apa?Remaja berambut hitam kecoklatan itu membawa anak kucing tadi dan membalutnya dengan syal yang baru ia keluarkan.
-~-~-~-~-
Sesampainya ia di gerbang sekolah ia diberhentikan oleh seorang satpam berbadan besar dengan muka bringis.
"Maaf dek, tapi adek tidak boleh membawa hewan peliharaan kedalam sekolah" ucap pak satpam membetulkan topi seragamnya.
Remaja itu lalu meletakkan kucing tadi di dekat pohon disebelah sekolahnya dan berjalan memasuki gerbang tanpa masalah.
"Wooii!! Aldo tungguin gue!" Remaja berambut hitam kecoklatan itu menengok kebelakang.
"Apa kabar Do? Lo kangen gak sama sahabat lo ini?" Gandeng seorang laki-laki yang mengaku sahabatnya itu."Aku..tidak pernah..bilang kalo..kamu itu..sahabatku.. Alvero" ucap remaja bernama Aldo itu pelan, bahkan hampir tidak terdengar.
"Ehh?..jahat banget lo Do! Gak ngakuin sahabatnya sendiri" timpal Alvero"Hmm.. By the way Do, katanya di semester 2 ini bakalan ada murid baru lho. Kata anak-anak sih cantik, dan kalo dia belum punya pacar bakalan gue gebet deh hehe" ucap Alvero, remaja laki-laki bersurai coklat terang dengan rompi rajut berwarna kuning khasnya. Alvero memang agak 'genit' kalo depan cewek, eh mungkin depan cowok juga sih haha. Sementara sang lawan bicaranya hanya berangguk-angguk tidak peduli.
Tidak lama mereka jalan, akhirnya mereka sampai didepan papan pengumuman untuk pembagian kelas. Memang agak susah untuk melihat pengumumannya, karena hampir semua murid berkumpul disana. Tentunya untuk tujuan yang sama juga, melihat pembagian kelas.
Akhirnya setelah 10 menit, mereka berdua dapat menyelip dan melihat papan pengumuman pembagian kelas. Alvero menunjukkan jari telunjuknya dari atas sampai bawah papan pengumuman. Sementara Aldo hanya melihat saja.
"Yeeaayy! Aldo! Kita sekelas lagi!" Teriak Alvero membuat mata para murid melirik kearahnya. "Ups.. maaf maaf" Alvero menarik tangan Aldo dan menuju kelas yang sudah ditentukan.
Setelah sampai di kelas, mereka memilih bangku. Alvero memilih bangku tengah yang paling depan dan Aldo memilih bangku di pojok kiri paling belakang. Itulah Aldo, ia tidak suka menjadi eye catch nya para guru.
Setelah beberapa menit, satu persatu murid datang ke dalam kelas dan memenuhi kelas diikuti bel sekolah tanda pelajaran pertama akan dimulai.
Seorang guru laki-laki berkacamata dengan name tag "Dannis Purnama" yang bertengger di sebelah kiri kemeja ungunya berjalan masuk dan dibuntuti oleh seorang siswi cantik dengan surai panjang hitam mengkilat. Membuat para murid diam memperhatikannya.
Pak Dannis memperkenalkan siswi cantik disampingnya itu yang ternyata adalah murid baru yang dimaksud Alvero.
"Selamat pagi anak-anak, ini adalah teman baru kalian. Dia pindahan dari asrama putri yang berada di daerah puncak. Buatlah ia merasa nyaman disini" ucap pak guru itu sambil membenarkan kacamatanya.
"Selamat pagi, namaku Ayla Kintani. Teman-teman bisa memanggilku Ayla atau Kintan, asalkan jangan memanggilku dengan sebutan merek mobil ya hihi"
"Hahahahahhaha" seisi kelas tertawa.Aldo yang sedari tadi hanya menundukan kepalanya tidak peduli, mengangkat kepalanya dan memperhatikan gadis cantik berkuncir dua itu. Ini pertama kalinya Aldo tertarii kepada sesuatu selain kucing. Alvero sih dari tadi sudah garuk-garuk kepala kebelet ingin mengajak siswi baru itu jalan.
"Haha.. kau ternyata cukup humoris Ayla, silahkan duduk disebelah..." pak Dannis menyipitkan matanya "disebelah Aldo. Disampingnya ada bangku kosong." Ayla hanya tersenyum dan melangkahkan kakinya kearah yang ditunjukkan pak Dannis.
Sepertinya para siswa di kelas kurang setuju jika Ayla duduk disamping 'freak mata satu' itu. Ditunjukkan lewat cibiran-cibiran samar dari bibir para siswa.
"Hai Aldo" gadis berambut hitam dan beriris coklat itu memperlihatkan senyumnya. Wajah Aldo sedikit memerah. Yup! Baru kali ini Aldo, sang freak bermata satu itu tersipu karena seorang perempuan. Bayangkan saja betapa mempesonanya gadis ini.
Aldo langsung membuang mukanya tanpa merespon gadis itu. 'Aneh.. sungguh aneh. Mengapa saat dia tersenyum, aku menjadi gugup? Apa yang salah denganku?' Pikir Aldo.
Kelas pun dimulai dengan pelajaran pak Dannis, tidak terlalu serius. Karena memang pak Dannis guru yang easy going dengan murid-muridnya, jadi anak-anak juga tidak bosan meskipun pelajaran yang diajarinya cukup berat. Terlebih lagi paras tampan yang dimiliki oleh pak Dannis membuat para siswi tak bisa mengalihkan pandangan mereka.
-~-~-~-~-
Akhirnya bel istirahat berdering, hampir semua murid mengelilingi meja siswi baru itu, termasuk Alvero. Dan hanya Aldo satu-satunya murid yang masih berduduk diam tidak ikut kepo.
"Eh apa kamu sudah punya pacar?" "Tipe cowok kamu kayak gimana?" "Rambut kamu wangi banget pakai sampo apa?" Meja siswi baru itu sangat ramai dipenuhi murid-murid dari dalam dan beberapa siswa yang datang dari kelas lain. Membuat Aldo meninggalkan kelas dan langsung ke kantin membeli sekaleng susu vanilla dan roti coklat favoritnya.Berbeda dengan siswa lain yang lebih memilih menghabiskan waktu di kantin sambil mencari gadis cantik, Aldo lebih memilih tempat yang sunyi untuk menghabiskan makanannya.
Aldo berjalan kebelakang gedung sekolah yang berupa lapangan hijau luas dengan satu buah pohon besar nan tua di tengahnya. Ia duduk dan bersender di pohon itu dan melahap makanannya.
Tak lama kemudian, seorang gadis yang berlari dari arah gedung sekolah menghentikan langkahnya tepat dihadapan Aldo.
"Fiyuuh.." menyekat keringat di dahinya "semoga mereka tak dapat menemukanku disini" ucap gadis itu yang akhirnya menyadari bahwa ia berhenti tepat didepan orang yang sedang makan.
"Eh.. maaf aku kira tidak ada siapapun disini" ucapnya dan merebahkan badannya disamping Aldo. "Aku..tidak suka..jika ada yang.. menggangguku" Aldo sedikit menggeser posisi badannya menjauhi siswi itu.
Siswi itu duduk dan memperhatikan Aldo sekarang.
"Kamu Aldo kan? Yang duduk disebelah aku?" Tanyanya menunjuk Aldo. Aldo mengangguk.Ternyata si gadis itu adalah sang siswi baru. Siswi baru bertwintail itu juga ikut bersender disebelah Aldo.
"Hey, kenapa kau tidak bertanya mengapa aku berlari dan berakhir disini?" Tanya sang gadis menaikan sebelah alisnya. "Untuk apa..aku menanyakan.. hal..hal yang.. tidak penting..untuk orang yang..baru kutemui.." jawabnya malas memalingkan muka.
"Ternyata mulutmu lumayan pedas juga ya..seperti..seperti boncabe hahaha" "Aku jadi bingung, gimana sahabatmu itu, si Alvero bisa bertahan sama kamu yang mulutnya sepedas ini" tambahnya sedikit tawa.
Aldo tidak merespon tetapi otaknya berpikir. Bagaimana bisa dia tahu kalau Alvero adalah sahabatnya?
--------------~~~~~~~~~~~~~~-----------
Author's note :Heyyy... aku newbie disini ^-^)/ dan ini cerita pertamaku yang aku publish disini
Karena aku newbie, aku butuh kritik dan saran ._.) Jadi, jangan lupa vomment ya..Love, Dirra
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Make Me Love You
Mystery / ThrillerSeorang remaja laki-laki aneh dan penuh misteri mencintai dan terobsesi dengan teman sekelasnya yang baru. Dari situlah dimulai pembunuhan berantai dan ternyata pelakunya adalah...