Ryan Evans kapten basket di Star High School, pemilik wajah rupawan yang begitu diincar para gadis-gadis malang, aku bukan salah satunya, kau bisa pegang itu.
Hidung mancung yang kokoh, mata biru laut yang indah, rambut coklat pekat, punggung ideal untuk kau peluk, sepasang lengan berotot, dan kulit coklat muda menawan. Yeah such a sexy guy.
Hey, mengapa aku berbicara seperti gadis-gadis malang? Oh, tapi siapa yang dapat mengabaikan otot-otot di lehernya yang berpeluh dan terlihat menonjol ketika ia berteriak memberi arahan pada timnya. Aku yakin nenekku saja tidak bisa.
Siang ini klub basket sedang berlatih di gedung olahraga untuk pertandingan antar sekolah bulan depan.
Dan tentunya dimana ada tim basket, disitu pula para cheerleader berkumpul.
Karena, dimana ada Ryan disitu ada Kiran.
Kiran Alice, kau bisa temukan dia diantara kumpulan cheerleader dengan make up paling tebal yang sanggup membuatmu terserang asma seketika karena bedak yang dia pakai masuk kedalam saluran pernafasanmu.
Dia punya kedudukan yang sama dengan kekasihnya di klub cheerleader-yup! Kapten.
Wajahnya seperti boneka barbie yang kau miliki ketika kanak-kanak dulu, namun sayangnya rumor yang beredar mengatakan itu adalah karya pisau bedah. Rambut merah muda bergelombang dan entah apa warna rambut aslinya, karena ia selalu mengecat rambutnya.
Dan kau lihat gadis berambut coklat diantara gerombolan cheerleader di tengah situ? Bukan, bukan yang berambut pendek sebahu itu, tapi yang diikat keatas dengan cepol. Kau melihatnya? Ah-itu aku; Airin Alexandra.
Aku? Aku suka menonton film dan menangis saat melihat part yang mengharukan atau ending yang penuh emosi, pernah waktu itu aku berkabung selama seminggu karena aktor tampan favoritku tewas tertembak oleh musuhnya sewaktu ia ingin melindungi temannya. Secretly Greatly, kau pernah tonton itu? Ya ampun, film itu benar-benar menguras air mataku. Aku menangis tiap kali mengingatnya, di kamar mandi, saat makan, dan menjelang tidur.
Oke cukup! Kita lanjutkan sesi perkenalan ini. Minuman favoritku adalah milkshake coklat, pizza adalah hidupku, tuhan mungkin sangat menyayangiku karena pizza tidak membuat badanku jadi lebar. Dan guys, pizza dan film adalah perpaduan yang tidak akan pernah mengecewakanmu.
Tenggelam dalam novel hingga tertidur di sofa adalah salah satu kebiasaanku. Aku akan perkenalkan kau dengan sofa kesayanganku nanti.
Apa kalian mulai membayangkan aku seperti gadis introvert si kutubuku nan lugu? Tidak, aku bukan gadis seperti itu.
Lalu apakah aku si gadis jalang? Oh, maaf harus mengecewakanmu. Itu juga bukan aku. Itu Kiran. Oops.
Jadi, sudah dua jam kami berada dalam gedung olahraga, karena siapa lagi kalau bukan karena Kiran yang selalu membuntuti kekasihnya kemanapun.
Dan akhirnya gadis gila itu memperbolehkan kami untuk mengganti pakaian. Oh-apa aku terlalu kasar? Aku pikir tidak. Nanti kau akan tahu sendiri.
Aku dan Ussy berjalan menuju tempat dimana tas kami diletakkan untuk mengambil pakaian ganti.
Aku membuka tas ku dan merasa asing. Seingatku aku tidak membawa peralatan make up selengkap ini ke sekolah, dan err sepasang pakaian dalam bewarna merah darah ini jelas bukan punya ku. Mengapa isi tasku mendadak berubah seperti ini?
Aku menutup tas itu kembali, dan mengedarkan pandangan pada tumpukan tas dihadapan ku. Gotcha! Itu dia tasku. Selagi aku mengambil baju ganti didalam tasku serta keperluan lainnya, pemilik tas kembaranku datang. Kiran. Aku memutar kedua bola mataku, ingatkan aku untuk mengganti tasku besok.
Setelah itu aku pergi ke kamar ganti, "Lelah sekali, rasanya aku ingin segera pulang dan tidur siang."
Aku meregangkan otot-otot ditanganku, dengan menariknya tinggi-tinggi keatas.
"Apalagi sih yang bisa kau lakukan selain tidur?" Ussy mendengus, lalu kemudian masuk ke dalam salah satu bilik.
"Aku bisa habiskan 2 box pizza dalam 30 menit." Kataku menyombongkan diri.
"Aku dapat habiskan 3 box sekaligus!" Ussy menyaut dari dalam bilik tak mau kalah,
"3 seperempat box!"
"3 setengah box!!"
"Huh! Kita akan buktikan akhir pekan ini, siapa pemenangnya."
Kepala Ussy muncul dari balik bilik ganti, dengan senyum senang terpasang di wajahnya "Good idea!"
Siapa yang peduli dengan kompetisinya, yang kami tau hanya ada pesta pizza di akhir pekan.
⚫⚫⚫
Ini dia rumahku. Tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, kami punya empat buah kamar, dua kamar berada di lantai atas, dan lainnya berada di lantai bawah.
Kamarku berada di lantai atas bersebelahan dengan kamar Adam, dan ada halaman luas di belakang rumahku. Ibuku sangat menyukai tanaman, ia memenuhi halaman kami dengan berbagai jenis tanaman kesayangannya.
Merah muda adalah favoritku, liburan sekolah beberapa tahun yang lalu ayah memintaku untuk memilih cat di toko, dia bilang akan mengecat ulang bagian depan rumah kami. Dan pasti bisa kau tebak warna apa yang aku pilih, kan? Setelahnya, Adam selalu masuk ke rumah lewat pintu belakang, aku tersenyum getir ketika mengingat kenangan itu.
Gonggongan anjing sudah terdengar dari dalam semenjak aku memasukkan kunci kedalam lubang di pintu, itu Pow! Anjing besar dengan jenis Alaskan Malamute bewarna abu-abu putih, aku mendapatkannya saat ulang tahunku yang ke 10. Cat cream yang akan membuatmu tenang, menyambutmu ketika kau membuka pintu.
Aku merunduk untuk mencium hidung Pow dan dia membalas dengan menjilat wajahku. "Hey Pow! Kau pasti sudah kelaparan, maafkan aku pulang terlambat. Kau tau kan? Si barbie itu suka berulah." Pow kembali menggonggong, dia memang anjing yang pengertian.
Setelah menutup pintu kembali dan menguncinya, aku berjalan kedapur untuk mengambil makanan Pow, dan menuangkannya di mangkuk pink bermotif tulang milik Pow. Setelah memastikan Pow memakan makanannya, aku masuk kekamarku dan membiarkan pintunya terbuka sedikit.
Lalu melempar tasku kebawah meja belajar di sebelah tempat tidurku, dan menjatuhkan diri ke sofa kesayanganku.
Aku sudah pernah memberitahumu bukan tentang sofa kesayanganku? Dan dengan senang hati aku perkenalkan, Poppy! Sofa panjang berbulu halus, berwarna merah muda lembut, dia sangat empuk dan nyaman. Mataku terasa sangat berat dan aku pun memejamkan mataku.
Suara pintu yang tergeser membuat mataku terbuka kembali. Pow masuk sambil menjulurkan lidahnya dan buntutnya yang panjang bergoyang-goyang, sepertinya ia sudah selesai dengan makan siangnya. Kemudian ia naik keatas tempat tidurku dan mulai mencari posisi terenak untuk tidur siang.
Sepertinya aku dan Pow bertukar peran. Dasar Pow!
Ah iya aku baru ingat Tania akan bermalam dirumahku. Aku beranjak bangun meninggalkan Poppy dan mengambil handphone di tasku.
Tunggu! Dompet milik siapa ini? Aku membukanya, dan detik berikutnya aku merasa tidak ada udara mengalir ke paru-paruku-eh agak sedikit berlebihan. Tapi serius, aku terkejut bukan main. Bagaimana dompet seorang kapten basket berada dalam tasku?
❇❇❇
Hoho gimana gimana? 😁
Kalau kalian suka dan penasaran sama chapter berikutnya jangan lupa vote ya..
Sampai jumpa di chapter berikutnya😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Because it's You (On Hold)
Teen Fiction"Dengar Ryan, kelak akan ada seseorang yang sangat mencintaimu. Lalu.." Airin berhenti sejenak, untuk menyeruput milkshake coklatnya yang tinggal separuh, dan kembali melanjutkan bicaranya. "...dia pasti akan melarangmu melakukan hal seperti itu, ka...