Curhatan Bu Liz

203 35 3
                                    

*3 bulan kemudian*

Minggu pagi nan cerah. Bu Liz sedang duduk di salah satu kursi di halaman belakang rumahnya. Sudah 3 bulan Pak Andy meninggal. Masih terlihat raut kesedihan di muka Bu Liz yang mulai keriput karena pertambahan usia.

"Apa?" Tanya Bu Liz tanpa mengalihkan pandangannya dari halaman belakang.

Hah?

Ngomong sama siapa, Bu?

"Ya lu, bego!" Jawab Bu Liz ketus.

Lah?

Gua?

"Ya, lu, authornya!" Bu Liz ketus lagi.

Wah.

Bu Liz.

Hebat.

Bisa ngeliat gua.

Kan gua invisible kek lagunya 5 es oh es itu loh

Siapa aku? Aku siapa? Ghaib.

"Ngapain lu ngatain gua keriput?" Tanya Bu Liz.

Lah.

Emang keriput kan?

Gua ngomong apa adanya loh.

"Gua gak keriput, tp lagi gak perawatan aja." Mukanya Bu Liz masih lempeng gitu deh.

Y sj.

Seluler.

Serah lu ler.

"Gua mau curhat dong." Tiba-tiba Bu Liz ngajak curhat author.

Ceritalah, Bu.

Saya pendengar yg baik kok.

"Udah 3 bulan, mas Andy meninggal." Bu Liz membuka sesi curhatnya.

Ya.

Terus?

"Kangen gua sama dia. Mana Luke masih kecil lagi. Gua jadi yang gantiin dia kan di kantor Wowok Manajementnya." Jelas Bu Liz.

Bentar.

Gua bingung dah.

Jaman megalitikum udah ada kantor?

"Udah ada tauk! Lu nya aja gak gaul!" Bantahnya.

Lah.

Marah-marah mulu, sebel gua.

Lanjut, Bu.

"Ya gitu. Gua butuh pendamping baru. Gua butuh ada yang nemenin hari-hari tua gua." Indirect Bu Liz.

Suami, Bu, maksudnya?

"Iya." Jawab Bu Liz singkat.

CIYEEEE...

UDAH MOVE ON NIH...

CIYEEEE...

BUTUH BELAIAN KEKASIH..

Cindereluke // 5SOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang