SATU

8.8K 472 71
                                    




Hermione Granger sedang menunggu kereta di peron 9 ¾ sambil memperhatikan siswa baru yang akan masuk ke sekolah sihir Hogwarts. Semua anak-anak itu didampingi kedua orang-tuanya, tapi tidak dengan Hermione. Ia lahir dari darah muggles murni, dan tak memiliki keturunan penyihir sama sekali. Setelah usai nya perang voldemort, Hermione menghapus ingatan orang-tua nya, dan mengirim mereka ke luar London. Ia tak mau Ayah dan Ibunya cemas akan perang besar yang dihadapi nya di Hogwarts.

Kini Hermione akan menjalankan tahun ke-8 di Hogwarts tanpa Harry Potter dan Ron Weasley.  Mereka mendapatkan kehormatan menjadi Auror karena jasanya yang sangat berpengaruh di dunia sihir, yaitu membunuh voldemort.

Hermione melangkah masuk ke dalam kereta, dan sesekali memalingkan wajah, jika ada bilik kosong untuk ditempati nya. Kereta Hogwarts disekat menjadi sebuah ruangan kecil dengan tempat duduk berhadapan yang muat untuk 4 orang dan juga disertai pintu geser. Hermione memasuki bilik di pojok gerbong sambil menggendong kucingnya, crookshanks. Ia hendak membuka buku yang sengaja dibawanya untuk dibaca selama perjalanan. Untuk pertama kalinya, ia merasa kesepian. Jika ada Harry dan Ron, pasti sekarang mereka sedang bercanda dan tertawa atau membeli coklat dan permen dari pedagang keliling di dalam kereta.

Tipikal Hermione, selalu larut dalam bacaan-nya, hingga ia tidak sadar, sedari tadi ada orang lain yang masuk dan duduk di dalam bilik nya. Orang itu adalah Draco Malfoy. Draco duduk di kursi seberang Hermione, menatapnya dengan acuh  dan berpikir 

Bahwa gadis ini benar benar tidak menyadari kehadirannya. Draco menatap keluar jendela dan mengatakan sesuatu yang membuat Hermione kaget setengah mati.

"Tidak baik membaca didalam kereta. Matamu bisa sakit."

Hermione langsung mendongak dan menutup bukunya.

"Apa yang kau lakukan disini? Ini bilik ku, kau tahu? Datang tiba tiba dan mengomentariku. Dasar tidak sopan" jawab Hermione dengan cepat.

"Ini bilik umum, bukan milikmu Granger. Diamlah. Lagipula aku terpaksa, tempat lain sudah penuh," sahut Draco.

Kemudian selanjutnya Draco menyilang sebelah kakinya, dan memejamkan mata. Ia terlalu lelah untuk berdebat dengan gadis itu. Sementara Hermione yang tidak lagi konsen membaca, memutuskan untuk memperhatikan pemandangan diluar kereta.

'Jadi benar gossip itu?' pikir Hermione.

Lucius Malfoy, ayah Draco, dipenjara di Azkaban karena telah menjadi death eater, atau pengikut setia voldemort. Ibunya, Narcissa hilang tanpa kabar. Dan sekarang, Draco Malfoy benar-benar kembali ke Hogwarts. Apalagi yang akan terjadi?

Hermione memandang Draco lekat-lekat. Ia tak pernah memperhatikan Draco dari jarak sedekat ini. Rambut blonde platina nya yang dibiarkan acak-acakan, bibir nya yang pucat, juga garis rahangnya yang mengeras. Draco memang pantas dengan julukannya, yaitu pangeran slytherin. Hingga akhirnya, Hermione terlelap  sambil menopang kepala nya dengan sebelah tangan, menghadap Draco Malfoy.

                    ***

Hogwarts terlihat lebih rapih dibanding sebelumnya. Tak ada lagi sisa-sisa perang. Tak ada lagi Professor Dumbledore dan juga Professor Snape. Hermione menatap langit malam sambil menarik koper kecilnya, dan memasuki gerbang sekolah.

Hermione sudah memakai seragam nya sejak berangkat menuju Hogwarts. Ia memasuki aula besar untuk memulai makan malam pertama nya sebagai murid tahun ke-8. Ia menghampiri Ginny yang sedang mengobrol bersama Luna dan Cho.

"Hermione! Aku tahu kau pasti kembali ke Hogwarts. Kami begitu merindukanmu."

Hermione memeluk Ginny dengan erat. Mereka sudah bersahabat sejak lama. Setidaknya Hermione punya teman perempuan selain Harry dan Ron tentunya.

Stay (dramione)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang