.
.
.Di dalam ruang prakteknya, Kim mengutuki diri bagaimana dia bisa lepas kendali.
Apa yang baru saja berusaha dia lakukan? Mencium gadis yang tengah terbaring lemah itu?
Ini bukan dirinya. Ini juga sama sekali bukan gayanya. Kim bukan remaja kemarin sore yang baru kenal wanita. Dia mempunyai lebih dari selusin wanita, dari yang mulai cantik, cantik sekali sampai sangat cantik yang selalu berada di sekelilingnya. Pemuda itu terbiasa dengan banyak wanita di hidupnya. Kenapa sekarang dia begitu tertarik pada gadis yang tengah terbaring bertaruh nyawa itu?
Jika Dr.Rei, mentor sekaligus seniornya tahu apa yang baru saja akan dia lakuka pada pasiennya, lelaki tua itu tidak akan segan untuk memukulnya.
Membayangkan bogem mentah dokter kepala itu melayang ke arahnya saja sudah membuat Kim meringis seolah merasakan rasa sakitnya.
'Ayolah Kim. Berpikirlah waras. Kau bahkan tidak mengenalnya, gadis itu hanya pasien yang butuh pertolonganmu.'
Pemuda baby face itu menggelengkan kepala, berusaha berpikir jernih di situasi ini.
Tapi masalahnya, gadis itu sudah melihatnya. Melihatnya ketika Kim tak kuasa menahan hasrat melihat bibir gadis itu yang pucat. Karena itu, Kim mengecupnya. Pelan dan cepat. Entah karena merasakan ciuman sekilasnya atau bagaimana, gadis itu justru tiba-tiba membuka manik hazel-nya.
Kim merasa bersalah. Seharusnya dia tidak terbawa perasaan saat melihat gadis itu. Bagaimana pun, gadis itu pasiennya dan dia seharusnya mengedepankan profesionalitas kerja.
Tapi ada kelegaan sarat yang membanjiri dirinya saat mengetahui gadis itu selamat. Bertahan melewati masa kritisnya. Bahkan saat ini gadis itu sudah sadar, meski harus terus dipantau kondisinya.
Kim kembali tersenyum jika membayangkan seraut wajah itu.
Mungkin dia sudah gila...
----00000----
Saat berjalan memasuki kamarnya, Al memperhatikan dengan seksama nakas di samping tempat tidurnya. Sudah bersih dan rapi tanpa satu pun kenangan yang ingin pemuda tampan itu lupakan. Bagus, Bi Irah sudah mengerjakan permintaannya dengan baik.
Al meletakkan berkas pekerjaannya di meja kerja. Tiba-tiba perhatiannya teralihkan oleh undangan yang ada di sana. Sebuah undangan dengan desaign mewah. Tertulis namanya di sana. Dan juga nama gadis itu.
Dahi Al mengernyit, kenapa nama itu muncul lagi? Baru saja segala barang dan kenangan yang tersisa dari hubungan mereka Al singkirkan, tapi satu nama itu kembali datang menyeruak membawa perasaan tidak menyenangkan.
Tanpa berpikir panjang, pemuda yang berprofesi sebagai seorang direktur di perusahaan sang Ayah itu melempar kartu undangan tersebut ke tempat sampah.
Mengingat gadis itu membawa perasaan yang tidak pemuda itu sukai. Perasaan marah karena dibohongi, perasaan kecewa karena selama menjalin cinta dengannya, Al mengira Yuki adalah gadis baik-baik. Gadis yang tidak memiliki catatan buruk di masa lalu maupun masa sekarang.
Tapi nyatanya gadis itu justru penuh dengan kebohongan. Bukan hanya berbohong, tapi juga sosok yang tidak bertanggung-jawab. Kabarnya gadis itu menelantarkan pendidikannya saat duduk di bangku kuliah hanya untuk berpindah dari pelukan satu pria ke pria lainnya. Dan semua itu hanya diukur berdasarkan materi yang diberikan pria-pria tersebut padanya.
Al tidak pernah menyangka, Yuki, gadisnya yang lugu, yang Al nilai begitu apa adanya, nyatanya seorang gadis yang penuh tipu daya. Atau selama ini memang kedekatan mereka, jalinan cinta dan juga rencana pernikahan mereka juga merupakan sandiwara? Jika Yuki sudah menipu banyak pria, apa sulitnya gadis itu juga menipunya?
KAMU SEDANG MEMBACA
A Gift From GOD ( AL/YUKI)
Random#AGFG #Drama A Gift From GOD Indonesian Fiction Created by Odes Dra/Ro Tidak diperkenankan di Re-Publish dan CopyPaste. ---00000---- Melupa... Itu yang tengah berusaha Yuki lakukan. Berharap semua luka dan dukanya menemukan sebuah muara. Agar dia bi...