Dalam menjalin sebuah hubungan komunikasi adalah hal yang yang sangat penting, bagaimana bisa kita membuat sebuah rumah tanpa ada pondasi? Seperti itulah pentingnya komunikasi dalam sebuah hubungan.
Seperti halnya Juni yang kini sedang berusaha membangun pondasi hubungan nya dengan Lova. Pesan-pesan singkat dari bbm selalu ia kirimkan pada pemilik wajah bulat nan menggemaskan tersebut. Bahkan hal-hal sepele tak jarang Juni ketik di pesan singkat itu.
Meskipun terkadang Lova tak begitu menanggapinya, Juni seakan tak mau menyerah begitu saja, ia begitu keras kepala. Lova effect? Sepertinya Juni telah sah menjadi korban Lova effect.
Segala keadaan di sekitar Juni perlahan berubah, cinta bisa membuat buta, membiaskan nalar untuk sesuatu yang belum jelas tergambar.Suatu sore, hujan yang sudah biasa turun kembali menjamah bumi, membuat udara terasa dingin. Matahari tak terlihat, tenggelam kedalam awan.
Juni yang tengah menunggu Lova keluar dari gedung tempatnya bekerja. kakinya yang hanya beralaskan sendal jepit merk swallow basah oleh tetesan air yang jatuh menitik dari ujung terpal.
Kedua tangannya menopang dagu, ragu akan kedatangan bidadari yang selalu di puja. Juni merogoh smartphone pabrikan china dari saku celananya yang sudah tampak belel dan Sobek di beberapa bagian.Jari-jarinya bergerak, mengetik huruf per huruf pada keyboard virtual di layar smartphonenya.
"Belum bubar ya?" ketiknya. Tak lupa sebuah emoticon sedih ia sertakan di belakang teks tersebut. Lalu segera ia kirimkan pada sang penerima, seorang yang di display picturenya tengah tersenyum manis dengan hijab stylish berwarna merah muda, unyu adalah kesan pertama bagi siapapun yang melihatnya.
1 menit, 5 menit, 10 menit Juni berharap smartphone nya berdering karena balasan dari teks yang ia kirim tadi. Namun belum ada satupun balasan yang datang. Ia semakin cemas. Sebenarnya Juni tak tahu mengapa ia bisa cemas pada seorang yang notabene nya bukan siapa-siapanya. Keluarga bukan, pacar apalagi. Tapi begitulah yang namanya cinta. Membuat segalanya terasa berbeda.
Mungkin lebih tepat nya Juni cemas karena ia rindu akan wajah yang membuat hatinya teduh. Ia rindu akan senyuman yang membuat dunianya berputar lebih cepat. Seiring jatuhnya tetesan hujan, sebuah pesan masuk akhirnya tiba. Pesan yang Juni tunggu sedari tadi.
"Belum." singkat padat dan jelas. Begitu isinya, perasaan Juni menjadi campur aduk. Bahagia ada karena akhirnya yang ia nanti tiba, dan sedih karena seakan usaha nya untuk menjalin komunikasi, membangun pondasi hubungan nya dengan Lova gagal total karena sifat juteknya Lova.
Juni menghela nafas, lalu dihisapnya rokok yang terapit di sela jarinya, kepala nya mengadah keatas menatap langit mendung. Beberapa saat Juni merasa ingin menyerah karena respon Lova yang tak sesuai dengan harapannya.
Namun Juni ingat akan sebuah kata-kata yang hadir di sebuah film "no pain no gain" tanpa rasa sakit tak akan ada hasilnya. Semangat Juni kembali membara. Ia tak ingin menyerah begitu saja. Ia masih ingin berjuang untuk membangun sebuah pondasi itu.
Dengan semangat jarinya kembali mengetik, "Tumben? Biasanya udah pulang, ini pesanan kamu udah ada."
Pesanan yang di maksud adalah sebuah dvd yang Lova pinta beberapa saat lalu. Sebuah drama korea yang bercerita tentang kisah percintaan seorang tentara dengan dokter yang penuh lika-liku.
Juni kadang cemburu dengan Song Joong-ki yang berperan sebagai seorang tentara yang dengan mudahnya bisa membuat sang dokter tertarik pada dirinya. Wajah rupawan dan badan atletis adalah rumus mutlak untuk bisa menarik perhatian para wanita. Wajar bila Juni merasa syirik dengan Joong-ki. Liat saja penampilan nya rambut acak-acakan, perut yang tak jauh beda dengan roti boy bagaikan rumus mutlak dari polusi mata.

KAMU SEDANG MEMBACA
J U N E
Novela JuvenilSebuah cerita sederhana antar manusia yang secara tak langsung saling berhubungan dengan bulan Juni. "Seseorang pernah berkata padaku, Bila ingin orang yang kamu sayangi mencintai dirimu, buatlah ia tertawa. tapi bagaimana bila setiap kali ia tertaw...