Permulaan 1

66 8 0
                                    

Semua orang tidak tau apa yang kami rasakan, mereka hanya melihat kesamaan. Apa yang mereka pikirkan itu salah. Mempunyai kesamaan wajah belum tentu memiliki kesamaan sifat dan karakter sama.

Kenapa dia harus terlahir bersama ku? Dia mimpi buruk ku, aku sangat berharap ini mimpi dan ingin cepat terbangun. Dia menyeramkan, dia selalalu saja membuat semua orang suka pada nya. Aku hanya seperti sampul nya. Aku selalu berusaha tapi usaha ku selalu sia-sia.

⬇⬇⬇⬇⬇⬇⬇⬇⬇⬇⬇⬇⬇⬇

Hari ini saya pergi ke sekolah dengan Cintya, dia kembaran ku yang sangat ku anggap sebagai mimpi buruk. Dia selalu duduk di kursi penumpang, ya seperti seorang raja. Aku hanya bisa duduk di sebelah pak supir. Dia supir ku bernama Pak jimin, dia hanya satu-satu nya orang yang sayang padaku selain sahabat ku Rain. Dia selalu bercerita tentang hidup nya, dengan ittu aku merasa senang.

"Pak gimana kabar Zee, monisa, dan obin?" Tanya ku
"Baik kok non, non Cinta udah sarapan?" Seperti biasa pertanyaan itu selalu muncul setiap hari
"Hehe sudah kok Pak, bapak sudah?"
"Sudah non, oh iy non bagaimana ulangan fisika kemarin?" Tanya nya
"Syukur Pak dapat nilai 80" wajahku sumringah

Tiba-tiba....
"Gue dapet 100, cuma 80 raih lagi dong. Masa iya lo mau dapet segitu aja" cetus Cintya
"Ya biar toh non Cintya, yang penting udah usaha. Lagi pula non Cinta udah semaksimal mungkin belajar nya" bela Pak Jimin
"Hemm, saya sudah usaha.. saya akan belajar lebih giat agar nilai lebih tinggi" aku menghela napas
"Bagus, usaha masa dari kemarin nilai 80 terus" ucap Cintya sambil melihat ke jendela

Seperti biasa Cintya memberhentikan mobil di persimpangan jalan ke sekolah. Dia melihat Rain berjalan karena motor nya sedang di perbaiki. Dia langsung saja menyuruh Pak Jimin berhenti.
Aku pun menengok kebelakang, seperti hari-hari biasa Rain tidak perduli dengan keberadaan Cintya.

"Hey Rain, udah sarapan belum? Kok kamu jalan sih? Capek tau, tuh keringet kamu becucuran" sambil mengusap kening Rain lalu di tepis oleh Rain
"Hey, sudah, motor gue di bengkel, gak capek biasa aja" ucap nya singkat

🌌🌌🌌🌌🌌🌌🌌🌌🌌🌌🌌🌌🌌🌌AAku memasuki kelas, tiba-tiba dari belakang ku..
"Dorrrr!!!"
Aku kaget bukan main
"Astaga Rain kagetin gue aja lo"
"Haha maaf ya Cinta ku" sambil mengedipkan mata
"Jangan manggil gitu deh Rain, gue gak suka" aku memasang wajah kesal
"Hem, kenapa sih? Kan cuma panggilan sama sahabat? Salah ya?" Tanya nya dengan bingung
"RAIN you know, banyak gosip bilang kamu suka gue and gue gak mau jadi bahan perbincangan. Please you just call my name jangan panggil dengan embel-embel lain" terus ku
"Iya deh seterah kamu, tuk masuk" Rain senyum padaku dan melepas tas ku
"Eh mau lo bawa kemana? Sini" jeritku
"Ya ampun gak bakal aku maling kali ah, cuma mau taruh kursi kamu" jelas Rain
"Gak perlu aku bisa sendiri"
"Seterah deh, kamu emang gitu selalu nolak" dengan wajah cemberut
"Marah? Ya ampun, yasudah deh gue duduk mau belajar" aku langsung duduk
"Cin? Kamu ini punya perasaan gak?" Ucap Rain sambil melotot
"Punya, kenapa sih marah aja" bentak ku

Rain mendengar aku membentak nya langsung pergi keluar kelas. Aku bergumam dalam hati "Rain maafin gue ya, gue gak bermaksud. Gue lagi gak mood ngeladenin siapa pun"
Sebenar nya kemarin aku baru dapat masalah karena Ayah ku menyinggung soal pembagian kamar dengan Cintya. Aku hanya diam karena jika aku melawan Ayah akan marah.
Entah kenapa aku merasa ayah selalu mengutamakan Cintya di bandingkan aku. Aku tidak masalah tapi tolong jangan aku selalu yang mengalah atas apa pun.

Bel istirahat berbunyi "Teng..teng..teng..teng..."

Aku membereskan buku ku dan mengambil bekal dalam tas yang di sediakan Pak Jimin.
"Mau makan? Nih minum kan anda gak bawa minum" seseorang laki-laki menyodorkan sebotol air minum
"Oh iya terimakasih Kak Firman" ucap ku
"Hem iya, anda kok selalu bawa bekal? Gak jajan di kantin dan kumpul-kumpul kayak yang lain?" Tanya nya
"Laper, perut urusan utama" singkat ku
"Oh iya deh iya" lalu berpamitan ke peepustakaan

Bel pulang pun berbunyi, teman-teman ku menghela nafas setelah selesai pelajar guru Sejarah. Mereka hampir tidur karena cerita nya.

"Tut...tut...tut.. halo Pak Jimin bisa jemput Cintya dan Cinta?" Cintya menelfon pak Jimin
"Maaf non Cintya, bapak harus antar Ibu ke arisan keluarga. Kata ibu, non Cintya dan non Cinta di suruh naik Bus"
"Yah gimana sih Ibu ini, ayah belum pulang pak?" Tanya Cintya
"Belum non, bapak non lagi urus berkas kepolisian"
"Sini handphone nya, halo pak gak apa-apa biar Cinta dan Cintya naik bus. Makasih pak, Cintya tutup ya"
"Ih gue males baik bus, bisa gak alternatif yang lain gitu?" Tanya nya pada ku
"Gak bisa, mending kita naik bus aja. Kamu mau naik ojek? Gak kan?" Cintya mengeleng dan ikut mau ku

Cintya jarang sekali naik bus, ia selalu naik mobil. Aku sudah terbiasa dengan suasana bus. Selama perjalanan Cintya selalu bergumam dengan keadaan bus ini. Aku selalu menenangkan nya. Aku bagaikan kakak nya tapi yang lahir dulu dia.
Cintya adalah anak paling pintar di sekolah ku bahkan dia banyak di sukai semua orang. Sebalik nya aku hanya mempunyai Rain. Aku bahkan jarang berinteraksi dengan teman sekelas ku. Kak Firman pun hanya sekedar kenalan kakak kelas karena dulu ia kakak barak ku waktu MOS.

Sampai di rumah aku langsung ganti baju dan makan siang. Terlihat ayah sedang di kamar dengan laptop di depan nya. Ia memang selalu bekerja walau di rumah, ya dia menulis laporan tentang kasus yang ia tangani.
Ayah sangat dingin pada ku, tapi dia sanggat hangat pada Cintya. Entah kenapa aku merasa keluarga ku hanya Pak Jimin seorang. Mereka seperti tak memperdulikan ku. Aku hanya seperti pajangan saja.
Aku coba mengerti dan selalu bersyukur aku hidup cukup dan memiliki keluarga lengkap. Tapi aku tetap saja berfikiran lain.
Kadang aku ingin mencoba membuka diri pada Rain dan menceritakan semua masalah dan kegelisahaan ku tapi aku tidak bisa entah karena apa.

🌌🌌🌌🌌🌌🌌🌌🌌🌌🌌🌌🌌🌌🌌
"Gimana sekolah kamu hari ini Cintya?" Tanya Ibu ku
"Baik bu, cuma aku agak kesel karena harus naik bus" cerita Cintya
"Maaf Cintya ibu ada keperluan mendadak, lain kali gak seperti itu. Kamu harus tetap rajin ya belajar nya"
"Iya bu" sambil meminum jus
"Kamu kan dapat nilai 100 pada ulangam fisika, kamu mau hadiah apa dari Ayah?" Tanya ayah dengan wajah gembira
"Emmm apa ya?"
"Oh aku ingin beli tas main baru yang ada do toko yang aku kunjungi itu" terus Cintya
"Baik lah besok kita pergi beli tas itu"
Terlihat Cintya begitu gembira dan mengecup pipi Ayah. Aku bahkan tak mendengar satu pertanyaan pun yang di tunjukan untuk ku.

My twin is something bad luckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang