Bab 16 -Masa Depan Yang (Masih) Suci-

2.4K 117 21
                                    

Syifa mengaduk-aduk teh hijau di depannya. Obrolan antara Yunda dan Anna pun tampak tak dihiraukannya.

Hari ini hari minggu. Syifa, Yunda, dan Anna berinisiatif untuk berkumpul bersama. Mereka janji bertemu di salah satu cafe yang terletak tidak jauh dari lokasi Yunda melakukan PPL. Lokasi PPL mereka memang tidak begitu berjauhan sebenarnya, hanya memakan waktu tempuh satu jam jika menggunakan sepeda motor. Namun jika itu merupakan rutinitas setiap hari, waktu satu jam tentu waktu yang lama.

"Syifaaaa..." panggil Yunda. Ia sadar kalau sedari tadi Syifa hanya diam melamun sambil mengaduk segelas teh hijau di depannya.

Namun Syifa masih tetap diam. Yunda menoleh ke arah Anna untuk meminta penjelasan. Namun Anna pun mengedikkan bahunya pertanda tidak mengerti.

Tiba-tiba ide jahil timbul di benak Yunda. Air di sisi gelas yang berasal dari pengembunan es ke bentuk cair diambilnya dan dipercikkan tepat di wajah Syifa. Syifa yang memang sedari tadi hanya melamun tentu saja kaget dengan ulah Yunda.

"Lo kenapa? Dari tadi ngelamun mulu. Gak kangen apa sama gue? Atau lo lagi mikirin pria beraroma senja itu?" Tanya Yunda setengah menggoda. Dia menaik turunkan alisnya membuat Syifa geli. Sejak kapan sahabatnya itu bertingkah genit seperti itu? Syifa menghela nafas dan memilih untuk menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi.

"Eh, Syifa digosipin pacaran loh sama Ilham di sekolah," seru Anna antusias. Yunda yang mendengarnya tersedak tidak percaya.

"Serius?" Tanyanya yang dijawab Anna anggukan mantap. "Kok bisa?" Tanyanya lagi.

"Soalnya sahabat kita ini sama pria beraroma fajarnya itu ternyata populer dan punya banyak fans di sekolah. Jadi mereka mengamati serta memperhatikan gerak gerik Syifa sama Ilham. Dan ternyata, menurut hasil pengamatan mereka, ya Syifa dan Ilham memang akrab. Jadilah gosip itu muncul ke permukaan....." jelas Anna dengan nada yang 'ah entahlah'. Syifa menatap Anna sinis dan mendengus kesal.

"Bahasa kamu lebay deh, An." Sungut Syifa kesal. Sedangkan Anna hanya terkikik pelan melihat raut sebal sahabatnya itu.

Yunda tersenyum miring. "Baru PPL sebulan, ada aja ya gosip terbaru," goda Yunda yang kali ini mendapat pelototan tajam dari Syifa.

"Merekanya aja yang lebay. Aku sama Ilham cuma sering sholat dzuhur bareng ke musholla, itu aja. Soalnya di SMA Bakti Nusa belum ada peraturan sekolah yang mewajibkab siswa-siswi muslim untuk sholat. Jadilah siapa yang mau sholat ya sholat, yang gak mau ya sudah, biar jadi urusan dia dan Allah." Terang Syifa.

Yunda manggut-manggut mendengar penjelasan dari Syifa. "Trus, reaksi Ilham ke lo setelah ada gosip ini gimana?" Tanya Yunda lagi.

Syifa kembali menghela nafas berat dan melepaskan gas karbondioksida itu. "Awalnya sih dia biasa aja, masih mau nyapa dan ngobrol sama aku. Tapi, belakangan ini dia memang berubah. Gak tau deh kenapa," ujar Syifa pelan. Ada nada sedih dan kecewa di ucapannya.

"Mungkin karena gosip itu, Fa."

"Enggak, Yun. Ilham masih baik ke aku saat gosip itu udah beredar luas. Gak mungkin dia gak tau perihal gosip itu apalagi dia sendiri yang digosipin." Syifa mengatur nafas sejenak. "Dia berubah saat liat tas aku yang ini," ujar Syifa melanjutkan seraya menunjukkan tas yang dikenakannya. Yunda memicingkan matanya, menatap dengan seksama tas bermotif floral itu. "Kamu ingat kan An, waktu kita makan bareng anggota PPL di kantin? Dia memang keliatan kaget gitu liat tas aku. Dia juga nanyain ini tas aku apa bukan. Setelah itu, dia memang berubah,"

Yunda memijit-mijit dagunya sambil bergaya serius. "Jangan-jangan dia ingat sama lo karena tas ini, Fa," ujar Yunda. Syifa mengernyit tak paham. "Lo ingat gak, di semester awal yang kita rebutan meja di kantin trus lo gebrak meja itu pake tas ini trus lo juga sempat ribut sama cowok? Cowok itu Ilham, Syifa. Jangan bilang lo gak inget?" Tanya Yunda histeris.

Hijrah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang