Hal yang paling ibu khawatirkan tengah terjadi saat ini. Dua orang pria berbadan besar dan berpakaian hitam terus saja berlari di belakangku. Sepertinya mereka orang jahat, entah apa yang akan mereka lakukan jika aku berhasil mereka tangkap.
"TIIDDAAKK!" Teriakku histeris.
"TOLOONNNGG!" Aku terus berteriak.
Berharap seseorang datang dan menolongku. Namun, percuma saja aku berteriak. Ini sudah hampir malam. Jarang sekali orang berkeliaran pada waktu seperti ini, apalagi di tengah hutan tempatku berada sekarang. Ya, ini memang salahku. Seharusnya aku tidak pergi ke hutan sendirian. Seharusnya aku menuruti nasihat Ibu. Jika saja aku melakukan hal yang seharusnya, aku tidak akan berlari tergesa-gesa di sebuah hutan untuk menghindari para penjahat seperti ini.
Aku terus berlari. Melewati rerimbunan pepohonan yang memenuhi hutan ini. Hari semakin gelap membuatku semakin sulit untuk berlari.
"AAAAKKKKHHHH!" Kakiku terkilir karena sebuah batu yang tak sengaja aku sandung.
"Ja..Ja..Jangan men..dekat. Aku mo..hon." Lirihku terbata-bata. Aku tidak tahu apa mereka bisa mendengar suaraku yang pelan ini. Dua orang penjahat tersebut kini sudah berada di hadapanku. Aku sangat takut. Ingin sekali aku berteriak dan menangis. Benar-benar mengerikan.
"Kau tidak bisa lari lagi, bocah." Pria yang paling tinggi diantara mereka berdua menyeringai kepadaku. "Kau seharusnya tidak kabur karena itu percuma saja." Pria yang lebih pendek melirik dan menyikut teman di sampingnya. Mereka berdua kini tertawa kepadaku. Bulir-bulir bening di mataku sudah tak sanggup lagi aku bendung. Membentuk sebuah aliran sungai kecil di pipiku.
Aku menutup mata dengan kedua tanganku. Aku berdo'a kepada Allah SWT agar melindungiku. Aku berdo'a agar diberikan seseorang yang baik untuk menolongku.
TRING!
Terdengar sebuah suara aneh. Kilatan cahaya hijau muncul sesaat. Aku membuka mata untuk melihatnya. Seseorang berdiri di hadapanku dengan pakaian serba hijau. Cahaya rembulan menerangi wajahnya. Aku belum sempat melihat wajah penolongku itu. Penglihatanku memudar. Semakin lama semuanya menjadi gelap.
Aku tidak bisa mengingat apapun lagi setelah itu.
"Rara!" Seseorang berteriak kecil memanggil namaku. Aku membuka mata perlahan dan mencoba untuk menyesuaikan mataku dengan cahaya matahari di sekitarku.
"Ibu? Kenapa aku ada disini?"
Bertubi-tubi pertanyaan terlontar dari mulutku.
"Kamu ini kenapa?" Ibu terlihat sangat bingung mendengar pertanyaaan-pertanyaanku.
"Bukannya tadi aku di hutan? Penjahat tadi kemana? Orang yang menolongku juga tak ada?" Ibu semakin bingung.
"Kamu ini sudah 15 tahun masih saja suka berkhayal."
Tidak mungkin aku berkhayal. Jelas-jelas kejadian tadi memang benar terjadi. Kejadian itu terasa sangat nyata. Apa mungkin itu hanya mimpi? Batinku.
"Cepat bangun dan bersiap-siap jika kau tidak ingin terlambat."
"Terlambat? Oh tidak! Aku harus berangkat sekolah." Aku segera pergi ke kamar mandi.
"Aku berangkat sekarang. Assalamu'alaikum!"
Selesai menyiapkan segala hal yang aku perlukan di sekolah dan menghabiskan sarapanku, aku berpamitan kepada Ayah dan Ibu. Aku bergegas menuju sekolah dengan berjalan kaki.
Pelajaran matematika yang sedang diterangkan di depan kelas membuatku sangat pusing. Aku tidak mengerti apa yang sebenarnya sedang diterangkan di depan. Tiba-tiba aku teringat kejadian semalam. Tidak. Mungkin kejadian dalam mimpiku semalam. Aku sangat bersyukur karena itu semua hanya mimpi. Namun, aku tetap saja penasaran dengan kejadian itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen Menarik
Short StoryKumpulan cerpen menarik dan memotivasi. Dipenuhi berbagai macam cerita yang dapat memberikan motivasi untuk kalian. •ginchama Note: JIKA INGIN MENGGUNAKAN CERPEN SEBAGAI TUGAS ATAU APAPUN HARAP CANTUMKAN AUTHOR ASLI, JANGAN LUPA JUGA FOLLOW DAN V...