Cahaya mentari pagi masuk kekamar Aletha. Menerangi seluruh sudut ruangan dan sekaligus membangunkan-nya. Perlahan lahan ia mulai beradaptasi dengan cahaya ruangan yang mulai menggangu mata.
Aletha melihat ke jam dinding berwarna tosca dengan angka angka yang berwarna putih didinding. Baru menunjukan pukul setengah enam pagi. Tapi dia sudah sangat terburu - buru sekali.
"Aletha kamu udah bangun?" Dian agak sedikit berteriak dari luar kamar. Takutnya, putrinya itu bangun kesiangan seperti dulu sewaktu masih duduk dibangku SMP.
"Udah ma,"
Aletha POV's
Hari ini MOS udah dimulai. Hal yang paling gue gak suka. Karena lo harus berdandan kayak orang aneh. Contohnya sekarang ini rambut gue udah dikuncir dua trus dikasih pita. Trus nanti gue harus pake atribut lainnya.
Gue turun ke bawah. Papa, mama sama kak Arsen mukanya pada bingung entah kenapa. Mungkin karena dulu itu gue gabisa bangun pagi. Dan sekarang gue dapet keajaiban bisa bangun pagi. Warbiasah.
"Ma, pa aku berangkat sekarang aja ya. Rotinya aku makan disekolah aja oke," kata gue sambil mengambil beberapa roti trus dimasukin ke tempat makan. Gue mengecup kedua pipi papa sama mama. Dan narik kak Arsena biar cepetan dikit.
"Ayok kak gece lu mah makan kayak siput," kata gue kesel.
"Iya iya sabar,"
Kami berdua baru setengah perjalanan. Kurang lebih sih 15 menit lagi nyampe. Yha semoga aja gak macet.
"Enakan jadi lo ya sen,"
"Enak gimana?"
"Iya enak udah gak ngerasain diginiin lagi," kata aletha sambil mengerucutkan bibirnya.
"Dulu gue itu jauh lebih susah dari lo tau. Dulu gue sampe disuruh bawa barang barang gak jelas tapi pake kode kode gitu kan bikin kesel," kata dia cerita panjang kali lebar kali tinggi sama dengan volume. Apaansih ta.
"Jadi angkatan lo masih dibilang beruntung," lanjutnya lagi
"Iya iya kak. Syukur deh gue cuma beginian doang. Eh btw lu tuh ga ikut Osis atau jadi panitia gitu?"
"Iya gue jadi panitia," jawabnya lagi sambil sesekali ngeliat ke gue.
"Lah panitia kan aturan kemaren masuk?"
"Cuma buat MOS nya doang. Emang kenapa? Lu pengen famous gara gara gue ya?"
"Idih gak usah gara gara lo gue juga bakalan terkenal,"
"Yauda gece turun udah sampe,"
"Kuy."
Gue turun trus nungguin kakak tercintah gue ini dulu. Jijik si ya ngomongnya. Gapapa deh sekali sekali. Tapi dari jarak beberapa meter gak jauh jauh amat sih gue denger banyak orang yang ngomongin gue.
"Eh itu Aletha kan kok bisa bareng kak Arsena yang cogan gitu ya,"
"Ih mendingan Kak Arsena sama gue deh,"
"Cantikan gue lah daripada dia."Buset itu mulut apa gak dower ya daritadi pada gak berhenti ngomong. Terus pas Kak Arsen keluar dari mobil dia langsung gandeng gue. Dikira anak kecil kali.
"Ayok dek buruan lo kan belom makan,"
Seketika cewek cewek yang ngomongin gue kicep seribu bahasa. Muka mereka berubah jadi kayak orang nahan boker gitu. Hahaha lucu banget sumpah.
Gue mau otw ke kelas tapi kenapa curut satu ini masih ngikutin gue sih?
"Ngapain sih lu ngikutin gue mulu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Siluet Langit Violet
Teen FictionAku pikir tadinya perasaan itu tidak ada. Tapi ini, malah menjadi cinta.