Judul : Cewek
Penulis : Esti Kinasih
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
PG : Remaja***
Ya Allah, Bok! Ini saya baca pas masih SMP. Tulisan Mbak Esti selalu segarrr kayak capcin gitu. Jokesnya 'dapet' banget, bahasanya ringan khas teenlit. Baru baca 'Cewek' lagi, dan masih ketawa ngakak bagian humornya. Apalagi pasangan Bima-Fani yang kayak kucing dan tikus hahaha. Romance-nya juga nggak terlalu cheesy kayak teenlit kebanyakan. Malah bikin hatiku kadang luluh lantak gitu sama cowok-cowok gambarannya Mbak Esti yang selalu lakik abis. Aaaaakkk!
'Cewek' ini tentang Langen, Fani, dan Febi yang pacarnya anak mapala (mahasiswa pencinta alam). Kerjaannya malam minggu ditinggal mulu. Rei, Bima, sama Rangga lebih milih macarin gunung daripada macarin cewek di malam minggu. Langen yang feminis dan keras kepala ketemu sama laki macam Rei yang egonya gede banget, sama-sama keras, padahal saling sayang. Fani yang manis tapi sebenarnya berjiwa pemberontak ini pacaran dengan terpaksa sama Bima yang serem banget baik tampilan maupun sikapnya, katanya takut dikanibalin sama Bima. Bima ini ya... Selayaknya si Bima Pandawa lima adiknya si Yudistira itu... Tinggi, gede, serem, kuat, tapi sweet and tender on the other side. Sedangkan Febi yang masih ada turunan kraton, darah biru, priyayi, ketemu sama Rangga yang sama-sama adem ayem aja. Karena bagi Febi, perempuan itu memang dijajah pria, dijadikan perhiasan sangkar madu, jadi kudu manut aja.
Tulisan Mbak Esti ini selalu enak dibaca, ngalir aja gitu. Saya tenggelam dalam 'kedudulan' tokoh-tokohnya. Dan yang paling disuka dari 'Cewek' ini adalah ketika Langen CS dan Rei CS saling gerilya, perang secara nggak langsung untuk menutupi dan membongkar trik kebut gunung Langen CS. Mereka benar-benar kayak pakai taktik perang untuk menemukan clue, dan menghancurkan perlahan dari dalam. Sementara Langen dan Fani siap backup masing-masing dari Rei dan Bima, sedangkan Rei dan Bima cuma jadi eksekutor, yang mana otaknya di belakang manuver mereka adalah Rangga. Rei grasak-grusuk karena dominan pakai perasaan kalau udah menyangkut Langen, sedangkan Bima lebih didominasi logika, pelan-pelan menarik Fani dan menganalisanya sendiri. Tapi bukan Mbak Esti namanya kalo bukan dibumbui dengan celetukan-celetukan ngaco yang bikin ngakak dan senyum-senyum sendiri. Ditambah pengetahuan Mbak Esti soal gunung yang kayaknya emang pengalaman banget. Bikin settingan ceritanya kuat banget.
Inti ceritanya sih sebenarnya tentang gimana perempuan itu selalu dipandang sebelah mata. Disini Langen CS ingin membuktikan bahwa perempuan itu punya otak, nggak selalu bisa dibegoin sama laki-laki, walaupun perempuan nggak punya otot segede laki. Tapi nggak ekstrim juga kok seruan feminismenya, karena diimbangi dengan Febi yang masih memegang teguh budaya jawa, kalau perempuan itu harus berkelas dan kodratnya memang dipimpin oleh laki-laki. Hanya saja, perempuan tetap harus cerdik supaya nggak gampang dibegoin.
Ah, baca ini jadi rindu dengan teenlit-teenlit angkatannya. Yang isinya bukan cuma sekedar rebutan cowok aja.
***
YOU ARE READING
Bookmarks (Review)
De TodoYuk berghibah! Tentang buku-buku (baik buku fisik/wattpad) yang sudah pernah saya baca dan meninggalkan kesan.