Bab : 16

53 2 0
                                    

Joni terus menungguin bu Anita sampai tersadar. Dia menggenggam tangan kanannya yang tidak terpasang infus. Berkali-kali jemarinya dikecup. Dalam hati Joni dia terus-terusan meminta maaf pada bu Anita.

Alex dan Ellisa tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Karena apa yang dilihat tidak bisa untuk disalahkan. Bahkan Joni terlihat sangat terpuruk. Karena dia telah bersalah. Dia teringat bagaimana menderitanya mama saat merawatnya seorang diri. Yang akhirnya mereka berpisah dan meninggalkannya sendirian.

"Aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Apa pun yang terjadi. Aku akan menikahimu entah kamu mau atau tidak. Aku akan tetap bertanggung jawab dan mencoba untuk mencintaimu"gumamnya.

"Benarkah? Aku akan sangat beruntung bila ada yang mencintaiku walau tidak ada anak didalam perutku"

Joni mengangkat wajahnya. Ditatapnya lekat wajah bu Anita.

"Apa pun itu. Dengan anak atau tanpa anak aku akan menikahimu dan mencoba mencintaimu"

Bu Anita tersenyum sambil mengelus rambut Joni."terima kasih"

Ellisa yang sedari tadi berdiri diseberang Joni memeluk mominya.

"Momi, aku sayang momi"

"Iya. Aku tahu itu. Tapi maaf aku telah merusak moment indahmu. Kini jadi tertunda"

"Udahlah mom. Yang penting momi sehat dulu. O ya, Ellisa pulang dulu nanti balik lagi. Ellisa mau ganti baju dulu"

Bu Anita mengangguk. Ellisa mengecup kening bu Anita sebelum pergi. Dan Alex menepuk pundak Joni.

"Ingat! Dijaga. Jangan disiksa"

"Tentu"bu Anita hanya tersenyum melihat mereka berdua.

*******

Tiga hari bu Anita dirawat. Tidak sehari pun Joni meninggalkan bu Anita sendirian. Bahkan dia membatalkan semua urusannya hanya untuk menemani bu Anita. Semua dilakukan demi tanggung jawabnya. Dia tidak mau menyakiti hati bu Anita.

Dia membantu bu Anita membereskan pakaiannya. Ternyata prasangka buruknya tidak benar. Ternyata lelaki didepannya tidak seburuk yang dibayangkan. Bu Anita mengambil air dan meminumnya.

Dengan langkah hati-hati didekatinya lelaki itu. Dia hanya termangu saja memandanginya yang sibuk beres-beres. Merasa diperhatikan Joni menoleh kearahnya dan menghentikan aktivitasnya.

"Apa ada yang kamu butuhkan?"bu Anita menggeleng.

"Apa perut kamu sakit?"tanyanya lagi. Memang sedari tadi bu Anita memegangi perutnya dan mengelusnya. Lalu bu Anita menggeleng lagi.

Joni terdiam sambil menatap wanita yang ada didepannya. Memang benar, wanita ini sangat cantik. Walau tanpa make up sedikit pun dia tetap cantik. Kulitnya yang putih kemerahan menambah pesonanya.

Sungguh laki-laki buta yang menyia-nyiakan wanita secantik dia. Dengan menghela napas pelan dibukanya kedua tangan Joni. Direngkuhnya tubuh bu Anita.

"Kenapa ibu ingin aku peluk"

"Tidak kenapa-napa. Apa tidak boleh? Tapi jangan panggil aku dengan ibu. Panggil saja namaku saja"

Dengan lembut tangan Joni mengelus rambutnya. Semakin dalam kepalanya didalam dada bidang Joni.

"Apa lebih baik?"tanya Joni lagi. Lagi-lagi bu Anita hanya mengangguk.

Entah kenapa aku hanya ingin dipeluknya. Mungkin ini juga keinginan anak yang aku kandung. Dia ingin lebih dekat dengan ayahnya.

Perlahan tangan Joni melepaskan pelukannya. Lalu dipegangnya dagu bu Anita. Dikecupnya bibirnya dengan lembut. Bu Anita hanya tersenyum.

"O ya. Kita pulang kerumahku saja. Besok kita akan menikah. Tapi tidak meriah. Kita hanya akan menikah digereja saja"ucapnya sambil menutup tasnya.

My Heart BoatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang