Bab IV : Dua bersaudara

791 31 0
                                    

Suara desingan pedang memenuhi gendang telinganya, namun perhatiannya tidak lepas dari pasien yang sedang ditanganinya. Dengan bantuan apin dan bebrapa warga Lembah selawe , ia mengubah sebuah gudang yang tidak terpakai menjadi sebuah klinik. Hari ini hari pertamanya membuka klinik tersebut, sudah beberapa orang meminta bantuannya. Rata- rata para pendekar yang terluka saat latihan. Cukup ia akui latihan para Pendekar Bayang putih cukup keras. Sebenarnya ia memerlukan asisten, karena dia tidak bisa menangani seluruh pasien. Bicara mengenai Asisten ia jadi ingat tentang Gadis merah itu. Sejak pagi tadi ia tidak melihatnya, ia bertanya pada apin dan warga lainnya tapi mereka membisu dan memilih untuk mengabaikan pertanyaannya. Sebenarnya siapa gadis itu, mengapa dia membuat Andaru sangat penasaran.  Ada perasaan aneh yang menghinggapi hatinya saat melihatnya, sesuatu dalam diri gadis itu membuat dirinya tertarik. Andaru jadi tidak sabar untuk bertarung dengannya dan menjadikan dia sebagai asistennya. Untuk sementara dia akan melatih apin untuk membantunya.

Disaat sedang menjahit luka salah satu pendekar yang terluka, ia dikagetkan dengan seorang pemuda yang berdiri di pintu masuk kliniknya. Pemuda itu terus memprhatikan gerak-geriknya.

“Dicari sampai timur ke barat, ternyata target dateng sendiri” ucap pemuda itu sambil berdecak, Andaru yang mengerti maksudnya hanya tersenyum tipis.

“Sesuatu akan kembali pada tempatnya, bukan” jawab Andaru, kemudian duduk disebuah dipan di kliniknya.

“Ya kau benar, ternyata kau masih ingat tempat dimana kau berasal” Ucapan dari pemuda itu, sedikit membuka luka dihati Andaru.

Melihat perubahan raut muka pada Andaru,  pemuda itu berdeham untuk mencairkan suasana

“yang penting kau sudah kembali” gumam Pemuda itu

“Saat aku kembali, semua tidak akan sama lagi” Ucap Andaru, memantapkan hatinya. Pemuda itu terlihat senang mendengar jawaban dari Andaru

“Kau terlihat meyakinkan, Dendammu sebentar lagi akan terbalaskan” Ucap Pemuda itu yang membuat Andaru terkekeh

“Siapa bilang aku kembali untuk Dendam. Dendam hanya kan merugikan diri sendiri. Aku kesini untuk membangun kembali sesuatu yang hilang, untuk itu aku harus menyingkirkan penghalangnya. Sesuatu yang baik harus dimulai dari niat yang murni. Itulah yang selalu orangtuaku ajarkan” ucap Andaru

Andaru mengingatkan pemuda itu tentang seseorang, Pemikirannya hampir sama dengan sahabatnya yang diam-diam ia cintai, Si cadar Merah. Ia jadi ingat, buku-buku yang ia bawa untuknya. Ia pasti akan senang, bagi pemuda itu melihatnya bahagia adalah hal yang menakjubkan dalam hidupnya. Tetapi menurut lawang kakaknya, Jingga sudah pergi dan akan kembali dua hari lagi. merah selalu saja seperti itu dari pertama kali ia mengenalnya, ia selalu pergi dan datang sesukanya. Pernah ia mengikutinya tetapi Merah terlalu lihai untuk disiasati. Akhirnya, ia menyerah mencari tahu. Tak mengapa, ia jatuh cinta dengannya. Ia tidak peduli latar belakangnya ataupun fisiknya yang selalu ia tutupi.

Tepukan dibahunya menyadarkan ia dari lamunannya, Lawang terkekeh melihat adiknya yang terkejut.

“Dapunta, ini seseorang  yang tadi kakak bicarakan” Ucap lawang

“Aku sudah tau, benarkan dokter” ucap Dapunta kemudian melengos pergi,lawang hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan adiknya.

“Apa kau tahu kemana Merah pergi” Tanya Andaru yang membuat lawang menggaruk perutnya yang tidak gatal.

“kenapa pertanyaanmu sama dengan Dapunta. Kau tertarik dengan merah ya,banyak saingannya loh termasuk Adik nakal ku itu? “Ucap Lawang setengah berbisik,Andaru terkekeh. Ia tidak bisa menjelaskan Apa yang ia rasakan pada merah. Tapi Rasa tertarik tidak semuanya berakhir dengan rasa ingin memiliki,bukan?.

“sudah jangan kau pikirkan merah, dia memang seperti itu. Suka-suka dia, tapi dia adalah orang yang berjasa terbentuknya Bayang putih. Dia sangat dihormati oleh pendekar-pendekar bayang putih , sehingga mereka tak pernah mempermasalahkan identitasnya.mereka juga akan marah, jika ada yang mempertanyakan perihal Merah” jelas lawang,Andaru menganggukan kepalnya mengerti pantas saja ia selalu di acuhkan ketika ia bertaya mengenai merah.

Obrolan mereka diinterupsi oleh banyaknya pasien yang dateng.

“ini adalah hari yang panjang bagimu, dokter.selamat bekerja” ucap lawang kemudian meninggalkan Andaru.

***
Dapunta sedang membereskan buku-buku yang ia akan berikan pada Merah. ia tersenyum sendiri membayangkan ekspresinya saat menerima buku-buku ini.

“dapunta, kenapa kali ini kau keluar terlalu lama. Apa ada yang menghalangimu” tanya lawang yang masuk kadalam kamar Adiknya.

“tidak, para prajurit taring hitam yang bodoh itu bahkan terlalu lamban untk mengikuti jalanku”

Lawang berdecak gemas mendengar jawaban adiknya, ia memukul kepalnya dengan buku tebal seprti kamus. Dapunta mengaduh dan menggosok-gsosokan kepalanya.

“Lalu apa yang menghalangimu,adik bodoh”

“saat aku sedang mencari informasi. Aku melihat seseorang perempuan yang pernah mendatangi rumah kita ia sedang berbicara dengan sepasang suami istri, dia mengatakan bahwa anak kedua yang dilahirkan Pitaloka dan gumara selamat. Ia adalah kunci dari semua ini” jelas Dapunta

“maksudmu perempuan itu,Harwati guru dari ibu kita. Aku kira dia juga ikut hilang bersama manusia hariamu yang lainnya”

“aku juga terkejut melihatnya ka, itu juga mungkin menjadi alasan terselubung Dokter itu kembali.

" Ia mencari adiknya yang hilang”


Kumayan : Kebangkitan Harimau putihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang