"Kita putus, Hae!"
Aku terbangun dari tidur ku, terbangun dalam mimpi burukku yang membuat ku sangat khawatir. Sebuah mimpi buruk yang terasa nyata di benakku. Apa ini mimpi? Atau kenyataan? Aku berharap itu sebuah mimpi, tapi aku tak yakin jika itu hanya sebuah mimpi belaka.
Aku mengerjapkan kedua mataku, menyesuaikan diri dengan mentari yang menyapa. Hanya secercah cahaya yang dapat masuk kekamarku, mengingat gorden putih ku belum terbuka semua.
Tangan kanan ku bergerak untuk memijit pelipisku. Membuang fikiran aneh yang berputar-putar di dalam otak ku. Mencoba untuk melupakan atau tak menganggap itu terjadi. Suatu keputusan yang di buat secara sepihak, tanpa menyetujui pihak yang lainnya. Aku sungguh kesal, marah, tapi Aku tak bisa mencurahkan segala amarahku. Aku takut, takut ia akan membenci diriku. Aku kalut, dengan wajah indahnya yang membuat hatiku berdebar. Aku menerima itu semua dengan lapang dada, walaupun di dalam lubuk hati ku, Aku belum bisa menerimanya. Tapi aku mencoba meyakini diriku, bahwa Aku tak pantas untuknya!
Aku mencoba untuk bangun dari tempat tidurku, tapi entah kenapa itu sungguh berat. Seperti ada perekat yang menempel pada punggungku. Ku alihkan arah pandangku kearah jendela kamar. Melihat semua kenangan yang masih tersimpan disana. Setiap pagi, Aku selalu membuka jendela kamar lebar-lebar. Melihat seorang bidadari cantik yang sedang bernyanyi dan berjoget ria diseberang sana. Hanya melihatnya seperti itu, Aku lebih bersemangat. Tapi sekarang? Entahlah, semangat ku telah hilang. Aku ingin melakukan hal itu kembali, tapi, apakah aku sanggup? Apakah aku sanggup melihat senyum cantiknya yang tidak lagi ia berikan padaku? Apakah mungkin Aku harus menjauh, agar Aku bisa melupakannya? Dapatkah itu terjadi?
Aku mencoba bangun dan melangkah menuju jendela kamar. Aku membuang napas berat. Aku harus berfikir ratusan kali untuk membuka gorden ini. Bahkan saat ini, jantungku berdebar keras, dan seluruh keringat dingin keluar dari pelipisku.
"Aku tak boleh bergantung padanya! Aku harus tunjukkan padanya, jika Aku baik-baik saja tanpanya!"
Ku buka gorden secara perlahan, dan mimpi burukku kembali datang. Sebuah penampakkan yang membuat hatiku hancur. Aku menyesal telah membuka gorden sialan ini. Hatiku remuk sudah. Aku mencengkram gorden dengan kencangnya. Menahan seluruh air mata yang hendak keluar dari sudut mataku. Menahan isakan tangis yang keluar dari bibirku. Aku tak bisa menahannya, lalu Aku harus bagaimana? Apa gadisku akan mendengar isakkanku dan melihat air mataku ini? Aku ingin kuat dihadapannya. Aku ingin membuktikan padanya jika aku akan baik-baik saja tanpa kehadirannya. Tapi aku telah melawan takdir. Takdir yang sesunggunhnya adalah, Aku tak mampu berdiri ataupun bernafas tanpa kehadiran dirinya di dalam hidupku.
Aku jatuh terduduk, tak kuat menahan berat tubuhku sendiri. Isakkan ku semakin keras, air mataku semakin deras. Apa Aku sanggup melupakan apa yang telah ku lihat tadi? Ini sungguh menyesakkan hati! Melihat gadis yang kucintai berciuman dengan lelaki pilihannya saat ini. Tersenyum padanya, dan tertawa padanya. Bukankah, seharusnya Aku yang berada disana? Menciumnya, dan melihat ia tertawa dan tersenyum padaku? Apa roda kehidupan telah berputar? Apa kau lupa dengan semua rencana yang telah kita buat bersama? Menyusunya dengan rapih untuk 12 kedepan? Aku rasa kau sudah melupakannya. Yang sekarang ada difikaranmu saat ini hanyalah kekasih baru mu itu kan? Asal kau tau, Aku selalu ingat apa rencana kita bersama. Tapi kau menghancurkannya dalam sekejap mata. Memilih pria lain ketimbang diriku yang telah lama mencintaimu. Apa yang kau lakukan bersamanya? Apa yang kau lakukan bersamaku? Apa kau tak ingat sedikit kenangan indah kita berdua? Agar hatimu terbuka lagi untukku? Dan yang terpenting adalah, apakah lelaki pilihanmu mencintaimu seperti aku mencintaimu?
Aku sudah menyadari dari awal, jika kau akan meninggalkan ku. Apa kau tak pernah sadar jika Aku selalu membuntutimu kemanapun kau pergi bersama pria itu. Bahkan kau mengajaknya ketempat yang selalu kita kunjungi bersama. Apa kau tak tau? Aku sangat marah saat kau lakukan itu pada Pria lain. Kau selalu mencari-cari kesalahanku, padahal Aku sadar jika aku tak punya kesalahan sekecil pun padamu. Tapi kau tetap bersikeras jika Aku melakukan sesuatu kesalahan padamu. Kau tak pernah mengindahkan panggilanku dan tidak membuka jendela kamarmu pada pagi hari. Inikah caramu untuk lepas dari ku? Jika kau bosan padaku, berkatalah dengan jujur! Jangan selalu mencari kesalahanku! Apa kau tak ingat, Aku sampai berlutut dihadapanmu, meminta waktu agar Aku bisa merenungkan semua kesalahanku padamu, agar hubungan ini dapat terjaga sampai mati. Tapi apa yang kau perbuat? Kau datang menghampiriku sambil berucap kata, 'Putus' di kemudian hari, saat Aku mulai tau apa yang jadi kesalahanku. Kau tau? Itu sangat lucu! Kau mencuri waktu untuk menggantikan ku. Disitu aku berkesimpulan, kau tak lagi mencintaiku!
Apa Aku harus perjuangkan cintaku padamu? Apakah Aku harus merebut cintaku kembali? Apakah harus Aku lakukan itu? Atau Aku harus bertahan dalam keadaan seperti ini sampai cinta baru muncul didalam hatiku? Sepertinya akan susah jika Aku perjuangkan cintaku padamu, karena mungkin hatimu tertutup untuk pria lain selain pria pilihanmu saat ini.
Kau tau? Hatiku terluka saat ini. Luka yang diukir oleh gadis yang amat kucintai. Gadis penopang hidupku. Tanpa penopang, hidupku runtuh, hancur lebur. Berbahagialah bersamanya! Saat air mataku habis, aku memulai kehidupan baru bersama cinta yang baru. Tanpa dirimu, dan tanpa mengenal wajahmu.
Never should have let you go
I never should have let you go
KAMU SEDANG MEMBACA
That Should Be Me by SungRIMIn
Teen FictionThat should be me, holding your hand That should be me, making you laugh That should be me, this is so sad That should be me, (Justin Bieber - That Should Be Me)