"Siapa? Ada masalah apa?" Tanya Anita dengan wajah yang panik.
Richie memasukkan ponselnya kekantung celananya. "Hmm.. " ia kemudian mendongak keatas, "Lu pulangnya naik bus aja, ya. Gua anter sampe halte depan situ."
"Emangnya lu mau kemana?"
"Ada urusan mendadak. Ayo, gua anterin sampe halte."
"Yaudah, kalo mendadak gua bisa pulang sendiri, kok."
"Ogah, paling kalo sendirian jatoh lagi."
"Terserah, deh. Tapi PR fisika gua tetep kerjain, ya?"
Richie mengangkat kedua ibu jarinya sambil tersenyum.
"Yaudah, ayo, cepet." Anita kemudian menarik lengan Richie dan berlari menuju halte yang berada tak jauh dari posisi mereka.
~~~~~~
Richie duduk diam terpaku menatap wanita tak berdaya yang kini tengah berbaring diranjang rumah sakit. Dengan infus dipergelangan tangannya dan selang oksigen dihidungnya.
"Dari pagi Tante kamu udah pucet, Om ajak kerumah sakit gak mau. Eh, tadi siang malah pingsan didapur." Ucap laki-laki berperawakan tinggi dengan rambut-rambut halus disekitar rahangnya yang duduk disebelah Richie. Om Ervin.
Richie hanya diam tak bergeming. Pandangannya tak pernah lepas dari Anna Tantenya. Dari wajahnya Richie tahu bahwa wanita yang sangat ia sayangi itu kesakitan, menderita dan tak berdaya. Ingin rasanya ia berteriak, namun kenyataanya sepasang bibirnya hanya tertutup rapat.
"Om," Richie akhirnya bersuara.
"Iya?" Ervin menoleh kearah Richie.
"Tante Anna bisa sembuh?" Tanyanya dengan suara yang lirih.
"Om gak tau, bahkan Dokter aja gak tau. Tapi, Om kenal istri Om sendiri. Walaupun persentase kesembuhan penyakitnya kecil, Om percaya kalo Tante gak akan pernah nyerah melawan penyakitnya. Sesulit apapun itu, dia pasti akan terus berjuang, karna dia tau, disini ada orang-orang yang membutuhkan dia, menyayangi dia dan berharap bisa selalu bersama dia," Ervin tersenyum pada Richie yang sedari tadi memandanginya. "Yaitu, Om dan kamu, Richard."
Richie hanya diam menatap Anna. Memendam kesedihannya dalam diam.
~~~~~~
"Rich, liat PR fisika dong." Ucap Fadil yang duduk disamping Richie.
Hari masih pagi namun Fadil sudah datang. Kebiasaannya bila ada PR.
"Hmm," Richie hanya berdehem.
"Yang ini, ya, Rich?" Tanya Fadil seraya mengibas-ngibaskan sebuah buku yang diletakan dihadapan Richie.
Richie menoleh, "Jangan, " ia merebut buku yang dipegang Fadil kemudian mengambil sebuah buku dari dalam tasnya. "Nih."
"Oke, liat, yo."
"Hmm,"
Tak lama kemudian, terlihat Anita berjalan memasuki kelas. Ia berjalan menghampiri Richie yang tengah duduk dibangkunya.
"Mana PR nya?" Tanyanya.
Richie mendongak menatap Anita kemudian memberikannya buku yang tadi diletakan dihadapannya. "Nih,"
"Sip, makasih."
Richie mengangguk lalu tersenyum.
Anita kemudian kembali duduk dibangkunya yang terletak didepan Richie.
Fadil yang sedari tadi memperhatikan menatap Richie heran, "Lu ngerjain PR nya dia?"
Richie hanya menatap Anita dari belakang tak terlalu menghiraukan Fadil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hot and Cold Richie (revisi)
Fiksi RemajaAda kehangatan yang terselubung dibalik tebalnya bongkahan es. Dia sendirian, dia kesepian, mencoba bertahan dalam diam. Dia rapuh, mencoba sembuh tanpa penawar. Cinta datang, cinta menolong, cintalah sang tabib penyembuh, cintalah penawarnya.